4

1.6K 68 0
                                    

"UKHTI CANTIK JANGAN TUTUP PINTUNYA!!!"

Seorang laki-laki tinggi besar dengan tas ransel hitamnya berusaha mengejar lift yang akan membawanya naik keatas. Dengan deru nafas tajam akhirnya ia berhasil masuk tepat waktu. Saat nafasnya mulai normal ia mulai mengungkapkan sebagian dari kata-kata yang sudah ia susun didalam otaknya.

"Hei nyonya menyeramkan!"

Kali ini ia memanggil gadis berbeda dari gadis sebelumnya yang ia panggil. Sedangkan gadis yang dipanggil tidak merasa kalau dirinya dipanggil. Hal itu tentu saja membuat geram dirinya. Tidak berhenti disitu ia mencoba memutar otaknya. Mengamati keadaan gadis beraura menyeramkan disampingnya.

"Biar gue tebak kalok dilihat ni ye dari muka-mukanya kayak bilang gini..."

"I got dumped by the man i like the most in this world, is'n't it?"

Alisnya naik turun menunggu reaksi lawan bicaranya. Melihat lawan bicaranya menghela nafas dan memalingkan pandangannya membuat ia tersenyum kemenangan karena berhasil membuat perubahan mimik wajah lawannya. Tetapi, ia juga menyadari kalau waktunya sudah habis saat angka menunjukan angka tujuh.

"Sampai jumpa nyonya menyeramkan dan ukhti cantik."

"Sampai jumpa Linux!"

Satu dari salah satu gadis itu menyambut ucapannya. Walaupun jauh didalam hatinya ia juga ingin gadis yang satunya juga menanggapi dirinya. Ia mengembungkan nafasnya sambil menunggu lift melanjutkan ke lantainya. Tapi sebelum pintu lift benar-benar tertutup ia mengatakan, " wanita yang sulit. Ah... mungkin harus benar-benar menyerah dari nyonya menyeramkan."

*****

"Apa kau tidak terlalu dingin dengan Linux?"

"Tidak."

Halimah mengedurkan nafas saat membantu Ainun duduk di ranjang. Memyelimuti Ainun. Kemudian ia memandang Ainun sejenak. Tindakan Halimah itu ternyata cukup membuat Ainun merasa risi.

"Ada apa?"

"Tidak. Aku hanya merasa Linux menyukaimu."

"Aku juga merasa begitu."

Perkataan Ainun tersebut kontak membuat mata Halimah membulat penuh. Bahkan mulutnya membuka lebar hingga Ainun pun menutupkan tangannya di mulut Halimah. Kemudian ia tersenyum kecil.

"Lalu lalu..."

"Apa?"

"Kenapa gak nikah dengan Linux aja!"

Kali ini bulatan mata itu berganti ke tempat Ainun. Ainun benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran saudaranya. Apa jika ia menemukan laki-laki di jalan yang menyatakan suka langsung ia nikahi begitu saja. Mungkin internshipnya di bagian HRD rumah sakit membawa banyak beban mental untuknya sebagai calon sarjana psikolgi.

"Aww..."

Halimah mengelus kepalanya yang tiba-tiba disentil oleh Ainun. Tidak terima ia kemudian membalas perbuatan Ainun. Setelah itu ia menjauh sambil tersenyum mengejek kepada Ainun yang baru saja sembuh dari fraktur di kakinya.

*****

MenemukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang