3

730 35 0
                                    

Terbanglah

Yogyakarta, Indonesia 2010

Seluruh lorong di Sekolah Menengah Atas itu dari sepi menjadi sangat ramai. Siswa-siswa berebut memasuk koperasi, kantin dan hanya beberapa yang memasuki perpustakaan. Meski begitu tetap ada yang tetap di kelas menatap kaca jendela kelas.

Disana. Di kaca jendela sekolah. Dua anak manusia adam dan hawa saling bertemu tatap dari kejauhan untuk yang pertama kalinya. Tak ada yang melepas tatapan itu hingga waktu memecahkannya.

"Andro, lu ngapain disitu. Ayo keburu kue sus ama donatnya raib!"

Anak lelaki itu kembali melangkahkan kakinya dengan tak rela. Sedangkan anak perempuan yang tadi bertemu tatap hanya mengalihkan arah matanya menuju papan putih di depannya. Sebelum seorang anak lelaki iseng menutupi pandangannya sehingga membuat dia berkata tajam.

"Ngoponeh koe, Linux?!"

[Mau apa lagi kamu, Linux?]

Bagaiman tidak lelaki itu cengesan tidak jelas. Tetapi, setelah perkataan Ainun malah kepala gadis itu terkena pukulan dari lawan bicaranya yang sudah mengambil langkah seribu. Gadis itu akhirnya hanya menghela nafas datar. Kemudian, menelungkupkan kepalanya di dalam tumpukan kedua lengannya.

*****

Beberapa Minggu sebelumnya

Kelas sepuluh terbaik yang diisikan oleh para siswa berotak paling encer. Mereka sedang bergerombol. Beberapa dari mereka ada yang memainkan laptop mereka. Dibagian lainnya siswa perempuan membuat perkumpulannya sendiri. Begitu juga dengan siswa laki-laki membuat beberapa perkumpulan kecil.

Dari pembicaraan gerombolan itu. Andro remaja mengenal gadis itu secara tidak langsung. Ia mengerutkan keningnya mendengar cerita temannya.

Gadis itu bernama Ainun dan memutuskan Lutfi tanpa alasan ketika Sekolah Menengah Pertama.

Aneh...

Pasti ada alasan disetiap tindakan bukan?

*****

Sekarang

Andro sampai di depan mejanya dengan kue sus favoritnya. Tersenyum cerah ketika gadis yang ia suka menoleh ke belakang tepatnya ke arahnya. Ia mengerjap beberapa kali sebelum membalas senyum gadis kesukaannya.

"Ada apa, Mira?"

"Ini An, kamu bisa soal yang ini?"

Kemudian ia mulai berkutat bersama gadis bernama Mira. Melupakan sebentar kue sus kesukaannya. Larut dalam soal-soal yang berbumbum virus merah jambu di sekeliling bangku mereka.

Seusai mengerjakan soal bersama. Ia mulai menyantap jajanannya di sisa waktu istirahat. Tetapi, ingatannya kembali kepada gadis di jendela tadi.

Apa gadis tadi yang bernama Ainun?

Ia masih mencoba mengusik memori otaknya. Beberapa minggu lalu, Lutfi memang menunjukan mantan pacarnya. Memang gadis itu sepertinya.

Tanpa ia sadari ia mulai mencari nama Ainun di dalam jaringan pertemanan media sosial. Menambahkan Ainun menjadi temannya. Alasannya? Penasaran mungkin...

Ia senang karena tidak membutuhkan waktu lama ia di konfirmasi menjadi teman maya Ainun. Mulailah rasa penasaran dalam dirinya mulai menyeruak. Andro tidak bisa menahan lagi rasa penasarannya.

Ia memberikan pesan via jaringan pertemanan itu kepada Ainun. Menanyakan hal yang ia ingin tahu. Alasan dibalik keputusan Ainun memutuskan hubungan pacarannya dengan Lutfi.

Well, di sisi dunia yang lain. Seorang Ainun sedang mencak-mencak melihat orang asing yang lancang menanyakan tentang kehidupan pribadinya. Ia menatap tajam foto profil orang itu. Mengamatinya baik-baik. Dia sadar dengan yang ia lihat kalau ini adalah gambar lapangan Sekolah Menengah Atas yang baru saja ia masuki. Kesimpulan dalam otak Ainun, orang ini satu sekolah dengannya.

Ingatkan aku untuk memasukan orang ini dalam daftar hitamku. Batin Ainun.

Tanpa Andro sadari ia sudah mengusik ketenangan Ainun. Membuat seorang Ainun me-notice keberadaan Andro dengan cara yang tidak bisa dikatakan indah. Tetapi, setidaknya dua siswa dari kasta berbeda itu saling mengenal tahun ini. Iya benar beda kasta. Untuk informasi saja, Andro berada di kelas terbaik dengan dia sebagai siswa terbaik. Sedangkan Ainun, ia hanya siswa biasa-biasa dengan peringkat paling baik mungkin rangking 60 dari 160 siswa.

*****

Kyoto Prefecture, Japan

Andro tersenyum mengingat awal pertemuannya dengan Ainun. Ia menggeser layar sentuhnya yang menampilkan pesan pribadi di media sosial. Di sana terpampang pesan yang ia kirim ke Ainun ketika Sekolah Menengah Atas. Juga balas dari Ainun saat itu.

Sudah sangat lama ya...

"Dro!"

"Eh udah ambil catatan ngajinya?"

Orang yang diberikan pertanyaan hanya menganggukan kepala. Sembari memberikan cokelat panas untuk Andro dan duduk di sebelah kanannya. Mereka menikmati hawa dingin dari Kyoto yang berselimut salju.

"Andromeda..."

"Hmm?"

"Pak Firman bilang besok jadwal elu adzan pas shalat Jumat."

"Eh--- aku gak denger Pak Firman ngomong gitu, Bang..."

Andro mengkerutkan keningnya. Tadi seingat dia hanya penyampaian materi sama setoran hafalan saja. Apa ada yang terlewatkan ya?

"Elu ngelamun tadi. Sekalian Pak Firman tadi nitip satu pesen lagi buat elu gara-gara elu-nya kurang tanggep."

"Apa?"

"Ada cewe yang mau sama elu gitu deh. Gue juga kurang tanggep."

"Bambang..."

"Tsk! Bukan gue tapi Pak Firman yang nitip pesen."

"Aku gak mau."

"Gue tahu. Sejak elu mutusin jadi manusia pembelah diri buat punya keturunan keknya elu bakal celalu nolak buat ta'aruf kan? Tapi Dro----"

"Bang, aku pulang duluan."

"YA! ADROMEDA! Gue lagi ngomong!"

Andro sudah berjalan tanpa menoleh. Hanya melambaikan tangannya begitu saja. Bambang hanya bisa berdecak kesal sekaligus sedih melihat sahabatnya hidup seperti itu.

MenemukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang