Penyihir?

1.9K 211 12
                                    

Rabu, 5 Juli 1845
Kediaman Bloodwell, 19.35

Thomas, Lucy, Abraham, dan Anna sedang makan malam. Piring dan sendok saling berdenting seiring makanan yang perlahan mengurang jumlahnya itu. Mereka makan dalam diam. Ya. Kira-kira begitu sampai akhirnya Thomas mengelap mulutnya dengan kain putih lalu menyuarakan suara beratnya yang merdu.

"Bagaimana sekolahmu, Nona Johnson?" tanyanya. Ia menatap lekat pada Anna.

"Please, Anna saja." ujarnya sembari menyunggingkan senyuman singkat. "Baik, Tn. Bloodwell."

"Kau belajar dengan baik?"

Anna mengangguk. "Sepertinya begitu. Saya rasa nilai saya tidak terlalu buruk."

"Hmm ... " Thomas manggut-manggut tanda mengerti. "Apa cita-citamu, Anna?"

"Menjadi guru, mungkin. Aku ingin mendidik orang-orang agar bisa bersikap baik di masyarakat." sahut gadis itu lantang.

Wajar saja. Gadis ini kan kena bullying di masyarakat. Batin Abraham yang sedari tadi mendengarkan sambil menyendok kuah supnya yang sekarang tinggal sesendok.

"Itu bagus sekali, Anne. Semoga harapanmu terwujud." timpal Lucy yang dilanjutkan dengan senyuman lebar keduanya.

"Abe, apa cita-citamu?" pandangan Anna beralih ke Abraham. Anak itu melirik dengan tatapan tak percaya dia-akan-dihujani-pertanyaan semacam ini. Ia mengangkat kepalanya.

"Well," ucapnya. Ia mengangkat bahunya. Aku tidak tahu.

"Jangan bilang kau tidak tahu mau jadi apa nanti, Nak?" Lucy menyipitkan matanya.

Abraham menggeleng. "Aku belum memutuskan."

"Jangan jadi pengangguran. Mau ditaruh di mana nanti wajahku." Thomas menggerutu.

Abraham mengangguk singkat kemudian beranjak dan berlalu. "Terima kasih makan malamnya. Selamat malam."

"Tumben dia sudah mau tidur." Lucy bangkit dan membereskan piring-piring. Anna menatap punggung Abraham yang mulai menjauh sampai benar-benar hilang dibalik dinding ruangan.

***

Thomas POV

"Hari ini aku pulang larut. Tidak usah menungguku dan jangan lupa suruh Abraham belajar." ujarku sembari merapikan pakaian di hadapan cermin. "Oh iya, Anna sudah bangun?"

"Dia bahkan sudah pergi saat aku mengecek kamarnya tadi. Rapi. Sepucuk surat di atas bantal." sahut Lucy. Kulihat ia menyodorkan sebuah kertas yang dilipat padaku.

Tuan dan Nyonya Bloodwell, juga Abe. Terima kasih sudah mengizinkanku menginap semalam. Terima kasih sudah mengobati lukaku dan makan malamnya. Aku sangat menikmatinya. Maaf jika aku merepotkan kalian, ditambah aku hanya bisa berpamitan melalui surat ini. Sekali lagi terima kasih. Salam, Anna.

Kubaca isi surat itu dengan teliti. Entah jam berapa gadis itu pergi aku tidak peduli. Yang penting ia selamat sampai di tujuannya entah itu kembali ke rumah dan bertemu Tn. Angus atau ke manapun itu. Kuletakkan surat itu di meja dan meraih jasku yang hendak disodorkan Lucy.

Antisocial [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang