Agatha Bloodwell

788 91 4
                                    

Agustus 1865

"Abe!"

"Di mana ibu?"

"Abraham!!!"

"Kau sudah punya nama untuknya?"

"Terima kasih. Semoga perjalananmu menyenangkan."

"Selamat, Tn. Bloodwell."

"Agatha ... "

Abraham membuka matanya. Rasanya seperti tersentak, napasnya sesak. Ia menghela napas sambil memegangi lehernya. Masih pukul 2 pagi. Ia duduk.

Ouch, sialan!

Abraham meringis begitu merasakan lehernya sakit. Memijat leher belakangnya, Abraham setengah tersadar. Lehernya nyeri. Kerjaannya masih menumpuk dan ia mengantuk.

Lapar.

Abraham memegangi perutnya. Ada makanan apa jam segini? Ia berdiri dan beranjak. Tiba-tiba suara tangisan mengejutkannya. Niatnya pergi ke dapur ia urungkan. Didatanginya sumber suara itu. Sebuah kamar. Ya. Abraham yakin ia berhenti di depan pintu kamarnya. Diraihnya gagang pintu di hadapannya, lalu perlahan ia dorong pintu yang terasa dingin itu.

Pandangannya beradu dengan Anna. Wanita itu tersenyum pada Abraham yang masih setengah sadar.

"Hai," ucapnya.

"Kau terjaga?"

"Tidak."

"Pasti Agatha membangunkanmu."

Anna mengusap kepala gadis kecil di dekapannya. Ia menatapnya dan Abraham bergantian.

"Kerjaanmu masih banyak?" tanya Anna setengah berbisik, menjaga keheningan malam itu.

"Ya," sahut Abraham. "Aku ... masih harus melakukan sesuatu besok."

Anna mengangguk. Sesaat kemudian Abraham pergi, menutup pintu kamar pelan-pelan agar tak membangunkan gadis kecilnya.

Makan.

Itu yang paling ia ingin lakukan sekarang. Selayaknya pencuri, Abraham menggeledah seisi kulkas dan berhasil mendapatkan sekaleng makanan beku, beberapa potong sayuran, dan sebotol susu. Karena tidak ada makanan lain, terpaksa ia harus memanaskan makanan kaleng itu.

Perlahan piring di hadapan Abraham terkuras habis isinya. Pria itu makan dalam hening. Ia sangat menikmati kesunyian malam itu. Kesunyian itu hilang ketika seorang pria tua yang setengah tertutup matanya datang. Ia terdiam saat melihat Abraham, lalu berlalu menuju kulkas. Beberapa saat kemudian ia kembali membawa sekaleng makanan beku dan sebungkus roti. Ia duduk di hadapan Abraham.

"Hei, Nak." ujarnya.

Abraham diam.

Thomas menyendok makanan beku itu dan membungkusnya dengan roti yang ia bawa tadi. "Bagaimana kerjamu?"

"Good." sahut Abraham sembari menyendokkan makanan ke mulutnya.

Thomas manggut-manggut sesaat lalu menggigit roti di genggamannya. "Bagaimana kabar Deph?"

"Good." jawab Abraham lagi.

"Bagaimana Jack?"

"Jack apanya? Dia bukan Jack."

"Apa yang terjadi?"

"Dia bukan pelaku sebenarnya. Dia hanya mengaku-aku diri sebagai Jack."

"Wow."

Antisocial [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang