Jack si Pencabik pt. 2

658 84 10
                                    

Ini aku.

Apa ada orang di sana?

Kenapa di sini gelap?

Aku sendirian di tempat asing nan gelap ini. Kedinginan, tanpa harapan akan adanya cahaya sedikitpun. Aku mengedarkan pandangan pada kepekatan tempat ini. Di mana? Tanyaku berulang-ulang di kepala bagaikan biang lala. Samar kudengar langkah kaki berat menuju ke arahku. Aku mengedar pandang sekali lagi, mencoba melihat di tengah gelap yang tak mungkin berhasil. Dari mana suara itu berasal? Siapa—atau apa itu? Derap itu semakin dekat ke arahku, membuat otakku refleks menyimpulkannya sebagai sesuatu yang menakutkan, ngeri, dan mengancam. Singkatnya, aku ketakutan. Tiba-tiba dengan cepat suara itu lenyap bersamaan dengan ketika ku rasakan mulut pistol menempel di dahiku. Tidak. Aku tidak bisa melihatnya. Seseorang, tolong aku!

Aku terperanjat. Segera aku duduk dan mengatur napas. Udara masih dingin dan kulihat jam menunjukkan pukul tiga malam. Aku menghela napas. Semua bayangan mereka—para korban—tiba-tiba saja menggerayangiku bagaikan mimpi buruk. Sepakat. Aku tidak bisa kembali terlelap. Aku gusar. Ingin segera kusudahi semua ini. Semua pembunuhan itu, persetan dengan itu semua! Apa kalian menanyakan siapa Jack sebenarnya? Jika ya, akan kujawab. Jika tidak, abaikan saja aku dan tidurlah.

Jangan tanyakan padaku kenapa aku membunuh mereka semua. Jangan tanyakan padaku kenapa aku melakukannya. Jangan sebut aku gila. Jangan tatap aku seolah aku seorang—yang mereka sebut—psikopat gila. Aku tidak gila. Tidak ada alter yang menguasaiku. I'm just me. Aku hanya diriku. Tidak ada yang dapat mencegahku melakukan keinginanku. Dan, mereka, yang menghalangi jalanku, harus disingkirkan. Jangan bertanya kenapa. Jangan bertanya lagi. Tutup mulutmu dan saksikan. Sebentar lagi mereka akan segera tahu. Sebentar lagi mereka akan melihat dengan mata kepala mereka sendiri siapa di balik kasus kelas atas London yang belakangan naik pamor lagi. Ha! Persetan dengan mereka! Karena mereka menghalangi jalanku! Manusia pertama yang membuatku ingin menyayat tubuhnya dan gemas sampai ke tulang adalah Jeremy. Tutur kata busuknya memang tidak pernah disekolahkan. Berbanggalah akan kedudukanmu sekarang. Tidak lama lagi kau akan bungkam oleh sifatmu sendiri. Licik! Sama halnya seperti mereka semua, yang tak perlu susah payah ku sebutkan satu per satu. Apa urusan mereka mencampuri urusanku yang menciptakan sebuah mahakarya di tubuh korban-korbanku? Aku hanya ingin mengembangkan bakatku, tidak lebih. Persetan dengan mereka yang kerap kali menyebutkan namaku di headline koran sialan mereka, Jack the Ripper! Polisi bebal itu membuatku ingin menjajaki dunia mereka, menjadi detektif ternyata menyenangkan. Aku bahkan tidak merasa bodoh dengan bersikap seolah-olah tidak mengenal Jack, diriku sendiri! Oh, dan peniru itu! Pria gila yang mengaku sebagai diriku, bahkan memaksa pengadilan untuk memenjarakannya. Sungguh bodoh! Aku tidak sudi punya plagiator sampah seperti dia! Aku tidak sudi mendengar tawa bodohnya! Ya. Makanlah makanan beracun itu. Nikmati kematian yang sudah ku siapkan sepenuh hati untukmu, plagiator bebal! Tertawalah sampai mulutmu berbusa di akhirat!

Emily?

Ah, gadis asing itu! Apa kabar dirinya? Belum sempat kutanya bagaimana rasa pisauku di tubuhnya. Tak sempat aku bertanya. Aku terlalu sibuk menunjukkan mahakaryaku pada tubuh gadis itu, lalu melancarkan skenarioku. Tidak buruk, kan? Apa salahnya bermain-main dengan ayahku? Tidak. Tidak ada keinginan turut menyertakan Tn. Owen. Aku tidak mau susah-susah membuat skenario 1 korban 2 pelaku. Tidak ada hubungannya aku dengan pria tua bangka itu. Karena aku memang tidak berniat meladeninya, dan hanya ayahku yang ingin kuladeni. Kapan-kapan aku akan belajar menyusun skenario 1 korban 2 pelaku. Sepertinya menarik. Masih banyak darah yang bisa ditumpahkan!

Sama bebalnya dengan teman-teman kantorku. Teman-temanku itu—atau mari kita sebut mereka saja, karena aku tidak pernah menganggap satu pun dari onggokan daging tidak berguna itu adalah temanku—sok-sokan jadi detektif super yang mencariku. Padahal kerja mereka tidak becus. Toh mereka tidak akan bisa menemukanku. Tentu saja tidak. Mereka sudah mati! Tidak akan ada lagi yang menyebut namaku dengan nada sarkasme. Tidak akan ada lagi yang menyebut namaku dengan jijik. Jack the Ripper sang legenda! Biarlah namaku menggema senantiasa di telinga masyarakat hingga masa depan. Biar mereka tahu siapa aku. Persetan dengan penjarah yang membunuh ayahku! Akan kutemukan mereka, karena mereka sudah menghabisi apa yang tidak pantas mereka habisi! Biarkan sisa-sisa kehidupan menungguku datang dan mengetuk pintu rumah mereka. Biarkan aku meneriakkan namaku dengan lantang, Jack Si Pencabik!

Antisocial [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang