Pertemuan

701 77 0
                                    

Sore hari pada bulan September. Angin berhembus sama kencangnya sejak tadi siang. Seorang wanita yang sedang duduk di ruang tengah rumahnya dan sedang membaca sebuah buku. Wanita itu sesekali menyesap teh hangatnya.

"Aku pergi dulu." suara seorang pria membuyarkan konsentrasinya. Wanita itu menoleh.

"Sudah mau pergi lagi?" tanyanya.

"Aku ada urusan dengan Tn. Brunner."

"Terserah."

Langkah kaki menggema di rumah itu. Suara itu semakin menjauh, dan perlahan menghilang setelah suara pintu tertutup. Wanita itu kembali fokus pada bukunya. Sebuah buku lama berjudul Anesthesia yang mengingatkannya pada teman lamanya. The Gideon's Birth series terukir di bawah judul buku tersebut, yang sekarang sedang ia raba menggunakan jemarinya. Buku itu—

"Dad?" seru seorang pria dari ruangan lain. Wanita itu menoleh. Suara itu menghilang. Ia menyibakkan rambut cokelat kemerahannya, kembali pada bukunya.

"Dad?" suara itu muncul lagi. Kali ini lebih dekat dengan ruangannya.

"Hei," suara itu berhenti tepat di balik kursinya. "Kau lihat ayahku?"

"Tidak." jawab wanita itu singkat.

Tak ada jawaban. Wanita itu menoleh dan tidak mendapati pria tadi di belakangnya. Mungkin ia sudah pergi, pikirnya.

"Jeremy?" panggilnya.

"Ya?" Suara tadi terdengar lagi. Kali ini sedang menuruni tangga dan menuju ke arahnya.

"Kau kenal James Brunner?" tanya wanita itu. Ia masih duduk di kursinya dan kembali membaca buku.

"Koruptor itu?"

Wanita itu terdiam. Pandangannya kosong dan terfokus pada satu titik di depannya. "Koruptor?"

"Maksudku, dia sering terlibat masalah di perusahaan. Pernah ada yang melaporkannya ke kantorku."

Wanita itu ber-oh ria. Ia mengedikkan bahu. "Lupakan saja."

"Kenapa memangnya?" tanya Jeremy.

"Akhir-akhir ini Theo sering menghubunginya. Aku takut kalau ternyata pria itu memang benar koruptor... seperti katamu."

"Tidak. Tenang saja."

Wanita itu mengangguk. "Kau mau pergi?"

"Ya. Ke kantor. Tidak akan lama, hanya mengurus beberapa berkas kemudian pulang."

"Boleh aku titip salam?"

Jeremy terdiam. Ia mengatupkan bibirnya, menahan mati-matian kalimat dugaan yang meronta meminta diucapkan.

"Untuk siapa?" tanyanya mengalihkan kalimat dugaannya tadi.

"Abraham."

***

"Ini." Abraham menyodorkan setumpuk berkas yang langsung diterima Jeremy. Pria itu memicingkan matanya, membaca headline berjudul 'Penyebab Kematian Peniru Jack The Ripper Masih Menjadi Misteri'.

"Penyebab kematian peniru Jack the Ripper masih menjadi misteri," ujarnya menirukan kalimat tersebut. "Kapan persidangan berikutnya?"

"Minggu depan. Kau saja yang menghadirinya." sahut Abraham dingin.

Jeremy mengiyakan, lalu segera ingat sesuatu.

"Kau dapat salam," tuturnya. "dari Michele."







Antisocial [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang