Jeruji

1.1K 138 3
                                    

Piringan lagu memutar seiring pupil mata Abraham yang menyusuri seisi buku di tangannya. Wrong Ways, seri ke-15 dari The Humans yang sekaligus seri terakhir karya Anonymous baru saja dibeli Abraham minggu lalu. Koleksinya lengkap dan, oh! Buku Michele! Abraham mengalihkan pandangannya saat teringat oleh gadis itu. Gadis-yang mungkin sekarang sudah menjadi seorang wanita karir dengan suami seorang CEO. Buku yang bagus. Mereka masih tersimpan rapi di antara buku-buku Abraham lainnya.

"Abe,"

Abraham menoleh, seorang wanita berdiri di depan pintunya sambil mendongakkan kepalanya masuk. Ia menoleh.

"Hm?" ujarnya singkat.

"Kau lapar?" tanya wanita itu.

"M-hm." Abraham kembali fokus pada bacaannya.

"Kau mau muffin coklat?"

Ia mengangguk. Sejenak wanita itu pergi dan kembali beberapa saat kemudian membawa sepiring kue muffin coklat. Ia menarik kursi kayu yang ada di pinggir jendela dan duduk di hadapan Abraham yang mengacuhkannya.

"Bagaimana kerjamu?" tanyanya sembari menyibakkan rambut pirang indahnya.

Abraham menunjuk pintu yang terbuka, mengisyaratkan agar menutupnya-masih terfokus pada deretan kata di hadapannya.

Wanita itu mendengus kesal lalu menuruti perintah Abraham. "Bagaimana kerjamu?" tanyanya lagi setelah duduk.

Partnerku seorang keparat. Abraham mengangguk pelan, mulutnya terkatup rapat seperti enggan berbicara dengan tunangannya itu.

"Apa Jeremy baik padamu?"

"M-hm."

"Um ... Abe, kapan kita menikah?"

Abraham mendongak dengan cepat. Ia menatap wanita itu.

"Nanti. Aku sedang sibuk." jawabnya.

Akhirnya pria ini bersuara juga. Wanita itu, Anna, terdiam. Apakah ia kecewa dengan jawaban Abraham? Ya. Sepertinya begitu.

"Kenapa?" Abraham menggidikkan bahunya.

"Egois." ucap Anna pelan. Ia bangkit dan beranjak.

Abraham menahannya. Ia memeluk Anna dan mengelus rambut panjangnya pelan. "Bersabarlah. Aku masih harus mengurus sidang kedua Albert McKay sampai bulan depan dan setelah itu aku janji kita akan menikah."

"Terserah." tukas wanita itu ketus. Ia bahkan tidak membalas pelukan Abraham.






Anna POV

Pria menyebalkan. Wajahku berubah muram setelah pergi dari kamar Abraham. Kubanting pintunya tadi. Aku tidak peduli. Abraham berjanji akan segera menikahiku. Cih, segeranya dia jelas berbeda dengan segeraku. Abraham tipe pria yang dingin, introvert, tergolong jarang berbicara, dan egois. Tetapi jauh di dalam dirinya sebenarnya ia tak jauh berbeda dari Ny. Lucy. Penyayang dan hangat. Apapun itu yang orang katakan tentangnya, aku mencintainya.

"Anne?" panggil Lucy mengejutkanku. Aku berjingkat dari sofa dan segera sadar dari lamunanku.

"Dear, kau kenapa?" wanita itu berjalan mendekatiku dan duduk di sebelahku.

Aku menggeleng. "I'm fine." sahutku singkat.

"Tadi kudengar ada yang membanting pintu, apa itu kau?" tanyanya.

Antisocial [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang