"Engga ah. Tiba-tiba jantung gue deg-degan gini."Iqbaal mengangkat tangannya, lalu memegang jantungnya yang memang sedang berdetak kencang. "Setdah. Takut lo?"Bastian terkejut. Matanya menatap Iqbaal yang saat ini sedang menatap dengan pandangan kosong.
Iqbaal tersentak ketika Bastian memukul jidatnya kencang. Menatap kesal kearah Bastian dengan bibir berkomat-kamit. Iqbaal melirik (Nanakamu) yang kini tengah berdiri di hadapan kasir, mesen makanan kali. Lalu mengikuti jalan (Namakamu) hingga gadis itu bener-bener duduk ditempatnya menggunakan lirikan matanya. Iqbaal terpaku sejenak. (Namakamu) bahkan kelihatan lebih cantik jika memakai pakaian selekehan kayak gitu.
Celana jeans pendek di atas lutut berwarna biru langit dengan atasan hoodie hitam polos. Rambutnya dicepol sembarang. Kayak emak emak gaul yang baru selesai nyiapin makanan buat suaminya. Duhhh kalau liat (Namakamu) kayak gitu rasanya pengen cepet-cepet dinikahi. Lahhh masalahnya disini si cewe mau apa kaga, kampret. Harapan Iqbaal jatoh ketika tangan Bastian bergerak menjitak keningnya. Anying Bastian. Mata Iqbaal melirik tajam muka Bastian yang kayanya watados banget. Ujung bibir kanan Iqbaal naik seolah-olah mencibir.
"Gue males sama lo. Jadi gue gamau datengin tuh orang. Gue maunya datengin cinta gue. Noh disana. Yailah, dianya alone lagi. Pas banget timingnya. Bye Bas."Ucap Iqbaal tersenyum manis sekilas lalu pergi dari hadapan Bastian yang saat ini sedang menatap punggung Iqbaal. Mencibirkan bibirnya ketika melihat Iqbaal sudah duduk dihadapan seorang gadis.
"Hai kak."Iqbaal tersenyum lalu tanpa izin langsung duduk di hadapan (Namakamu) yang tengah menatapnya datar. "Sendirian?"
Muka (Namakamu) semakin datar. "Menurut lo?"
"Jiahhh jomblo dong."Kebayang ga sih sama muka (Namakamu) yang udah datar makin datar terus dibikin tambah datar lagi sama Iqbaal. "Sadar diri tae."
"Gue? Jomblo? Masih jaman."Noh muka si Iqbaal nyongong buat si (Namakamu) makin kesel aja. Makin datar dah tuh muka. "Ngga deng, lagian gue juga nungguin elo, kalo lo siap, gue bakalan lebih siap dari lo."
"Btw, Lo ngapain disini kak?"
"Mau eeq."
"Yaelah mau berak aja sampe kesini."
"Mau makan coeg. Ini kan cafe. Setdah, lo anak setan ya."
"Kenapa ga telfon gue, biar gue bawain kerumah."Iqbaal menaikkan alisnya. Kemudian tersenyum lebar. "Lo pikir gue gaada duit buat beli makanan."
"Yaelah bukan gitu kak. Maksud gue...."
"Wehhh anjing. Gue nyuruh lo kesini bukan untuk ketemu cewe. Setdah, punya temen kayak lo bikin gue pen cepet cepet mau mati tau gak."
Iqbaal mencibir. Orang yang barusan nggebrak meja yang membuatnya terkejut sekaligus menghentikan ucapannya tiba-tiba itu si Bastian. Lah ilahhh ga pernah ngerasain kena tabok lo. Mata Iqbaal memicing.
"Cepet anjing. Malah diem."Kesal Bastian. Ingin rasanya Bastian mencabik-cabik mata Iqbaal yang lagi sok tajam itu sekarang juga.
"Sabar ngapa. Lo duluan kesana aja gih, ntar gue nyusul."Ucap Iqbaal sambil mendorong-dorong tubuh Bastian. "Awas lo ga dateng."Bastian berbalik, menatap tajam Iqbaal kemudian kembali berbalik dan berjalan menuju keramaian diujung sana. Iqbaal masih terus memicingkan matanya menatap punggung Bastian hingga punggung Bastian hilang ditelan kerumunan. Dan ketika Iqbaal mengalihkan pandangannya dari Bastian bunyi kencang terdengar dari arah sana. Iqbaal sudah yakin itu kerjaan Bastian. Gak salah lagi, Bastian nonjok mereka. Iqbaal menggelengkan kepalanya. Kenapa dia harus punya temen yang kaya gitu? Yang otaknya pendek. Kampret-__-. Ngebahas soal otak pendek, Iqbaal kesindir.
Iqbaal memutarkan bola matanya lalu kembali menatap ke masa depannya yang kini sedang berada di hadapannya. Etdahh, tolong siapa pun, ini ga bener. Kenapa semakin diliat, dia makin cantik? Iqbaal tersenyum memikirkan itu. Tiba-tiba pikirannya tertuju pada seorang pria beruntung. Karel. Kenapa Karel jelek? Sedangkan saudara kembarnya cantik gini. Apa jangan-jangan Karel... Oke abaikan Iqbaal ngelantur. Otak Iqbaal kembali lagi kepada (Namakamu). Gadis cantik yang selalu diharapkannya.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Lie
Teen FictionEmang susah meyakinkan seseorang bahwa kita mencintainya. Benar-benar mencintainya. Kita mengganggunya karena ingin menunjukkan bahwa kita benar-benar mencintainya namun ketika dia menyuruh kita menjauh. Kita bisa apa? Hanya menjauh. Menjauh sedikit...