20

608 101 6
                                    

Iqbaal sama sekali tidak menyimak film yang ditayangin di layar itu. Pandangannya emang ke layar, tapi pikirannya melayang pada gadis disampingnya. Iqbaal selalu melirik (Namakamu) diam-diam. Apalagi ketika gadis itu sudah menangis lebih dulu sebelum puncaknya.

Hingga akhirnya Iqbaal tersentak ketika tangan (Namakamu) menyentuh tangannya di pegangan bangku.

"Maaf."Iqbaal tetap diam dengan kepala menoleh, pura-pura tidak tau mungkin lebih baik. Ketika (Namakamu) menoleh, Iqbaal mengernyitkan alisnya melihat wajah terkejut dari (Namakamu). "I... Iqbaal."

Iqbaal tersenyum sekilas, lalu kembali menatap ke layar, berusaha menghindar dari tatapan (Namakamu). "Ga nyangka bisa ketemu disini."

Iqbaal kembali menoleh menatap (Namakamu) ketika (Namakamu) berbicara. "Lo sama siapa?"Tanya (Namakamu).

"Sama Zidny."(Namakamu) mengangguk sekilas dengan bibir berbentuk 'o'.

Iqbaal gatau lagi harus gimana sekarang. Pikirannya udah benar-benar tertuju untuk (Namakamu). Antara ingin melepaskan atau kembali mengejar gadis itu. Masalahnya, Iqbaal udah cukup lelah kalau disuruh lari lagi dan pada akhirnya gak dapat hasil.

*

Jam istirahat berbunyi. Semua murid pasti tidak akan ada yang betah diam dikelas. Ketika semua orang berlari menuju kantin, (Namakamu) malah berlari menuju taman belakang sekolah. Gadis itu duduk diam sambil memandang lurus kedepan sana. Kadang kala terbesit dipikirannya untuk tetap diam tanpa membicarakan semua kesalah pahaman yang terjadi antaranya dengan cowok yang disukainya.

Sampai akhirnya, seorang gadis datang dan duduk disampingnya membuat (Namakamu) sedikit tersentak.

"Hai kak."(Namakamu) tersenyum lalu mengangguk untuk membalas sapaan dari Zidny.

"Gue Zidny, pacarnya Iqbaal."Ucap Zidny. Raut wajah (Namakamu) berubah. Antara ingin menangis dan marah. Sebisa mungkin, (Namakamu) menahan air mata yang hendak keluar dari matanya. Kemudian kembali memfokuskan pandangannya pada kolam kecil didepannya dengan tatapan kosong.

"Iya udah tau."

"Kakak tau gak? Sejak awal gue masuk sekolah ini dan ketemu sama Iqbaal, gue udah langsung suka sama dia. Pelan-pelan, gue berusaha untuk ngedekati dia, tapi dia selalu milih kakak walaupun gue tau kakak selalu nyuekin dia. Sampai akhirnya, gue sama Iqbaal bisa pacaran kayak gini. Tapi gue tau Iqbaal memang ga pernah bisa sayang sama gue. Gue bisa ngebedain mana tatapan cinta yang dia kasih ke gue atau sama ke kakak. Asal kakak tau, dia selalu ngikutin kakak kemana pun kakak pergi. Waktu kakak baru nyampai di sekolah dan mau kekelas, dia ngikutin diam-diam. Terus waktu kakak mau kekantin, dia selalu ada sebelum bel bunyi di samping kelas kakak. Waktu kakak mau pulang sekolah sama Kak Aldi, terutama waktu di bioskop kemarin. Gue tau waktu kalian lagi ngomong walaupun suara kalian emang pelan. Dari situ, gue tau kalau Iqbaal emang ga ada niatan sama sekali buat ngajakin gue jalan."Pikiran Zidny berkelana ketika dia tetap diam dengan menahan sakit saat melihat Iqbaal selalu mengikuti atau memperhatikan (Namakamu) dari jarak jauh.

Zidny menarik nafasnya sambil menghapus air matanya yang udah mengalir ketika dia bercerita. "Kakak tau gak, gimana rasanya ngorbanin perasaan kita untuk orang yang kita sayang. Gue sayang sama Iqbaal. Tapi kalau emang Iqbaal ga bisa sayang sama gue, gue bisa apa?! Gue ga jahat untuk tetep maksa Iqbaal jadi pacar gue sedangkan dia ga bahagia."

Zidny tersenyum paksa, "Mungkin, itu yang bakalan gue lakuin ke kakak. Ngorbanin perasaan gue, untuk lihat Iqbaal bahagia. Apa salahnya untuk membuka hati kakak sedikit aja?! Kakak ga kasihan lihat Iqbaal?"

*

(Namakamu) sama sekali ga bisa konsentrasi pada guru yang sedang mengajar di depan sana. Ucapan Zidny tadi, selalu terngiang-ngiang dikepalanya. Sudah berapa kali (Namakamu) berusaha untuk konsentrasi tapi tak bisa. Malah yang terdengar di telinga (Namakamu) adalah ucapan Zidny tadi.

LieHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin