Sesuai janji Iqbaal pada Zidny untuk mentraktir gadis itu distarbucks, mereka berdua langsung bergerak menuju starbucks di salah satu mall terdekat setelah bel sekolah berbunyi.
"Emmm Zid, kayaknya kita gajadi ke starbucks deh. Gue traktir di tempat lain aja ya? Ada tempat yang bagus banget."Ucap Iqbaal setengah berteriak agar suaranya tidak tenggelam oleh suara angin.
Zidny tersenyum dibelakang, kemudian mensejajarkan kepalanya dengan kepala Iqbaal, "iya terserah lo aja."Balas Zidny dengan volume suara yang tak jauh beda dengan Iqbaal.
Iqbaal menatap motor yang sedikit jauh dari tempatnya. Motor yang daritadi diikutinya dari gerbang sekolah. Motor Aldi dengan (Namakamu) diboncengannya.
Walaupun sedikit jauh, mata Iqbaal tetap akan fokus dengan motor itu yang saat ini sedang meliuk-liuk melewati mobil-mobil satu persatu.
Dan pada akhirnya berhenti di sebuah taman sepi yang indah. Samar-samar Iqbaal dapat mendengar suara teriakan girang (Namakamu) yang sudah mulai memasuki taman dari tempat Iqbaal berdiri. Ketika sudah turun dari motornya, Iqbaal membantu Zidny turun dari motornya. Dilihatnya, cewek keturunan Belanda itu tersenyum. "Bagus ga tempatnya?"
Zidny menyeringai, "Kayaknya gue bakal betah ditempat kayak gini."
Iqbaal melepaskan genggamannya pada tangan Zidny, membuat cewek itu mendesah kesal dengan pelan.
"Yuk, masuk."Zidny mengangguk kemudian menyusul Iqbaal yang sudah berjalan lebih dulu. "Lo tunggu disitu ya? Biar gue beli cemilan atau minuman."Zidny mengangguk kemudian duduk ditempat yang Iqbaal tunjuk. Matanya memandang punggung Iqbaal yang perlahan mulai hilang dikikis oleh jarak.
Tak berapa lama, gadis itu mendesah kesal. Merasa bosan, karena Iqbaal tak kunjung kembali setelah meninggalkannya selama 5 menit. Zidny bangkit dari duduknya, berniat menyusul Iqbaal yang gatau sekarang ada dimana.
Hingga akhirnya, dia menemukan Iqbaal sedang sembunyi disebuah pohon kecil dengan daun yang lebat sambil memegang sebuah kantong plastik berisikan makanan.
Zidny mengernyit lalu sedikit memiringkan kepalanya untuk mengetahui apa yang dilihat Iqbaal. Dan lagi-lagi, Iqbaal selalu ketangkap basah oleh Zidny mengintip (Namakamu).
Zidny menepuk pelan bahu Iqbaal, berpura-pura tidak tau, walaupun matanya kini sudah berair, tapi sempat ditepis oleh Zidny sebelum menepuk bahu Iqbaal.
Iqbaal menoleh lalu meneguk salivanya, melihat Zidny yang sekarang notabenenya adalah pacarnya sudah berada dibelakangnya.
"Gue tungguin daritadi, ternyata lo ada disini, lo ngapain sih?"Zidny berpura-pura memiringkan kepalanya namun tertahan oleh Iqbaal.
"He'eh, gausah, gue lagi ga liat siapa-siapa kok. Yuk balik ketempat tadi aja."Kata Iqbaal cepat sambil menarik tangan Zidny untuk memutar balik tubuhnya dan meninggalkan tempat ini.
*
"Kayaknya gue beneren mau move on aja deh, Bell."Kata Iqbaal sambil menaikkan kakinya ke sofa apartemen Bella. Bella mengernyit, "Kenapa?"
"Ada cewek yang secara gak langsung, bilang suka ke gue. Dan begonya gue, gue malah bilang kalau gue mau move on ke dia."Bella terbelalak dan refleks berdiri untuk memukul kepala Iqbaal membuat Iqbaal berdesis kesal sambil mengelus bekas kejahatan Bella.
"Lo kenapa sih, Bell?"
"Lo bego banget sumpah. Denger ya Baal, hati cewe...."Bella menujuk bagian hatinya, "Ga sama kayak batu."Menunjukkan pada Iqbaal genggaman tangannya.
"Lo pikir lo bagus mainin hati cewek kayak gitu."Bella mendengus kemudian duduk dengan kasar ke sofa.
"Makanya gue bilang sama lo, kalau gue mau bener-bener move on."Bella menghela nafasnya, "Kalau emang lo serius, yaudah lupain (Namakamu)."
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Lie
Teen FictionEmang susah meyakinkan seseorang bahwa kita mencintainya. Benar-benar mencintainya. Kita mengganggunya karena ingin menunjukkan bahwa kita benar-benar mencintainya namun ketika dia menyuruh kita menjauh. Kita bisa apa? Hanya menjauh. Menjauh sedikit...