8

724 101 4
                                    

"Ini makanan kalian udah jadi. Selamat menikmati. Gue keatas dulu ya."(Namakamu) menatap satu persatu teman Karel yang sudah duduk di tempatnya masing-masing. "Ehhh ntarr, lo belom kenalan sama temen temen gue ini. Jadi, lo kenalan dulu sama mereka."Perkataan Karel membuat (Namakamu) tidak jadi membalikkan badannya.

"Gausahhhh!"Tukas Iqbaal dengan cepat.

"Kok gausah sih?"Karel mengernyit, menatap Iqbaal yang kini baru saja datang sambil membawa beberapa potong sosis dipiring. Tadi Iqbaal memang membantu (Namakamu) menyiapkan makanan didapur, emm maksudnya membantu memakan makanan yang sudah dibuat (Namakamu), padahal udah berapa kali (Namakamu) nyuruh Iqbaal gabung bareng teman temannya.

"Yaa gausah aja. Dia cuma boleh kenal sama gue doang."Mendengar pernyataan dari Iqbaal, (Namakamu) berusaha sebisa mungkin menahan senyumnya.

"Lohh, lo kok gitu sih."Ari angkat suara. Pria tampan itu menatap Iqbaal dengan tatapan sebal. "Iyaaa! Gaasik loo!"Sambung salah satu temannya setelah menelan sesuap nasi, Mike.

"Lahh kenapa emangnya? Gue suka sama dia. Ntar, kalau misalnya dia kenalan sama lo lo pada, yang ada teman makan teman. Apalagi sama lo dan lo."Dua orang yang ditunjuk sama Iqbaal nyengir kuda. Siapa lagi kalau bukan Mike dan Ari.

"Gue tau otak otak lo."Iqbaal mencibir.

"Yaudah kalau gitu sama gue aja."Alwan tersenyum sok polos.

"Apalagi sama lo!"Ketus Iqbaal sambil nunjuk Alwan pakai garpu.

"Gila lo Baal!"Celetuk Bastian sambil menggetok kepala Iqbaal menggunakan sendok yang dipegangnya, pria itu sempat berdiri untuk menggapai kepala Iqbaal. Dimatanya, sikap Iqbaal terlihat memuakkan.

"Awww Bass! Santai kali."Ringis Iqbaal sambil mengelus kepalanya.

"Udah ah, kalau kalian mau kenalan sama dia, lewat gue aja! Perkenalkan nama dia (Namakamu), calon istri gue!"Iqbaal nyengir ketika menatap wajah Bastian yang tiba tiba aja berubah, sengaja menjelek-jelekkan wajahnya ketika Iqbaal sedikit menekan kata 'calon istri gue.'

Belum lagi Karel yang menatapnya bingung, apalagi Mike, Alwan, Bastian, Ari, dan Arbani. Semuanya termasuk bad boy yang notabenenya adalah anak-anak orang kaya namun kekurangan kasih sayang.

Sambil memakan sosis goreng menggunakan garpu, Iqbaal menarik tangan (Namakamu) menjauh dari mata-mata nakal temannya. Yang Iqbaal lihat ada beberapa dari mereka menatap (Namakamu) dengan tatapan tertarik. Ada. Dua atau tiga orang.

"Eh itu adek gue. Kok jadi dia yang maen ngatur sih?"Karel angkat bicara setelah sadar apa yang dibicarakan Iqbaal tadi. Maksudnya, Karel baru aja ngeh, baru aja ngerti.

"Adek lo kelas berapa? Cantik juga."Arbani yang daritadi diam tapi tetap memperhatikan pembicaraan mereka angkat bicara. Arbani, pria tampan berwajah dingin. Rada ga suka sama cewe tapi bukan berarti dia gay. Gara-gara dia nanya begini, persis banget semuanya yg ada di meja makan menoleh natap dia.

"Apa?"Arbani salah tingkah diliatin gitu, so ga ambil pusing, dia pura-pura makan makanannya yang ada piring. "Enak juga ya."Sedikit nyengir, Arbani menggigit bibirnya.

"Sama kaya gue sihhh."Karel menjawab, masih dengan wajah bingungnya.

"Lahhh, kok bisa. Lo pernah tinggal kelas yaaaa."Mata Bastian memicing, "bego banget lo!"Tambahnya lagi.

"Ckk! Dia itu kembaran gue!"Ucap Karel kesal.

"Kok lo ga ngasih tau gue punya kembaran cantik gitu!"Mike mendengus sambil menunjuk Karel memakai sendoknya. "Ho'ohh jahat lo."Ari juga ikutan mengangguk, menyetujui pernyataan Mike.

LieHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin