17

798 102 10
                                    

"I.. Iqbaal?"

*

"I.. Iqbaal?"

Iqbaal menaikkan alisnya lalu menoleh. "Ya?"Jawab Iqbaal.

"Lo udah lama?"Tanya (Namakamu) agak gugup. Iqbaal kembali menatap novel yang dipegangnya sambil membuka lembaran pertama novel tersebut.

"Udah daritadi sebelum lo dateng."

Mungkin Iqbaal tertarik dengan novel yang dipegangnya. Berharap jadi flat shoes-nya (Namakamu) untuk melindungi langkahnya, menyertai langkahnya, mengetahui ketika kakinya berjinjit senang, bahkan ketika kakinya terjatuh dan sakit. Gapapa dipijak-pijak asal selalu ada untuk gadis itu.

Kutipan novel itu seakan memasuki kepala Iqbaal dan memenuhi isi otaknya hingga ke sudut-sudut, membuat Iqbaal benar-benar tertarik dengan novel itu.

Iqbaal beralih mencuri pandang menatap kaki jenjang (Namakamu) yang polos karna cewek itu hanya memakai celana jeans pendek. (Namakamu) pakai flat shoes. Sangat cantik, membuat Iqbaal jadi berandai-andai ingin menjadi flat shoes-nya (Namakamu).

"Lo suka sama novelnya ya?"Iqbaal kembali menoleh menatap (Namakamu), kemudian cowok itu mengangguk.

"Bagus kan? Aku mencintaimu. Ketika pertama aku melihatmu, aku benar-benar merasa bahwa aku mencintaimu."Kata Iqbaal lagi sambil membaca salah satu kutipan dari novel itu.

Dilihatnya (Namakamu) tertegun, membuat Iqbaal tersenyum sekilas. Kata-kata itu memang sengaja dikatakannya untuk (Namakamu) namun dengan embel-embel membaca.

"Iqbaal, lo sendiri?"Tanya (Namakamu) lagi. Dan untuk saat ini dan seterusnya, memang (Namakamu) yang harus memulainya.

"Iya."Selain dengan wajah juteknya, Iqbaal juga sangat suka melihat raut wajah (Namakamu) ketika dia hanya menanggapi ucapan gadis itu dengan ucapan singkat atau dingin. Kesal kesal menggemaskan.

"Lo cuma mau nyari novel?"Tanya (Namakamu) lagi. Iqbaal masih fokus dengan novelnya walau terkadang matanya sangat senang mencuri pandang wajah (Namakamu).

"Engga. Tadi gue mau nyari biografi tokoh terkenal gitu, tapi gue gatau dimana. Jadi nyuruh mbak-mbaknya."

"Gue tau. Ayok gue tunjukin."Ucap (Namakamu) antusias. Tangannya menarik tangan Iqbaal membuat senyuman Iqbaal tercetak jelas dibalik punggung (Namakamu) namun senyumannya memudar ketika alibinya dianggap seserius ini oleh (Namakamu) karna alasan sebenarnya dia datang ke toko buku ini hanyalah mengintip dan menguntit (Namakamu). Iqbaal sedikit kesal memang ketika tau bahwa Aldi meninggalkan (Namakamu) di mall sendirian, tapi Iqbaal gajadi kesal karna ada kesempatan baginya untuk menghampiri (Namakamu) dengan tiba-tiba berada dihadapannya seperti tadi.

"Ini tempatnya."Iqbaal mendatarkan wajahnya tepat ketika (Namakamu) menoleh kepadanya. (Namakamu) tersenyum sekilas pada Iqbaal dan Iqbaal melihat itu. Bahkan karna itu Iqbaal berusaha sebisa mungkin untuk menahan senyumnya.

Iqbaal mengangguk, "Makasih."

"Baal, gue boleh jujur gak?"

"Boleh."Telinga Iqbaal menajam walau fokus matanya masih tetap ke buku-buku biografi yang tersusun rapi didalam rak rak itu.

"Kalau gue bilang gue suka sama lo, lo bakalan marah ga?"Iqbaal membulatkan matanya, seakan-akan ucapan (Namakamu) barusan itu bagaikan sesuatu yang membuat perutnya geli.

Iqbaal menoleh, "Apa?"

(Namakamu) menggeleng cepat membuat Iqbaal beredecak dalam hati. Iqbaal dengar sebenarnya tapi dia hanya ingin memastikan jika ucapan (Namakamu) itu benar karena setelah (Namakamu) mengucapkan itu, Iqbaal mendadak menjadi budek.

LieHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin