Ketika bel istirahat berdering, (Namakamu) buru buru keluar kelas bersama Aldi tentunya. (Namakamu) sama sekali belum mengisi perutnya tadi pagi, apalagi pelajaran sejarah yang berlangsung selama 3 jam itu benar benar menguras otaknya.
"Mantapppp."Kata (Namakamu) sambil tersenyum sumringah ketika Aldi datang dan langsung menaruhkan nampan di meja.
"Ald, ntar gue nebeng yak."Ucap (Namakamu) setelah mengunyah nasi ayamnya.
Aldi mengangguk, "Ke PIM bentar tapi. Gue belum beli peta yang disuruh sama Bu Linda."
"Ho'oh, ga bayar bensin tapi kan?!"Ucap (Namakamu) mewanti-wanti. Abisnya, Aldi suka gitu. Apa apa bensin, apa apa bensin. Padahal orang kaya dianya.
"Gaaa rilex."
"Btw, kok tumben Iqbaal ga gangguin lo?"Kata Aldi sambil menunjuk Iqbaal menggunakan dagunya. (Namakamu) menghentikan makannya, kepalanya dengan refleks menoleh ketika Aldi dagu Aldi bergerak. (Namakamu) menghela nafasnya ketika melihat Iqbaal lagi lagi berdua dengan gadis yang tadi pagi.
"Bagus dong. Lagian gue juga rada risih kali diganggu mulu."Ucap (Namakamu) dengan fake smilenya.
"Risih diganggu cowo ganteng? Aneh lo"(Namakamu) sedikit terkejut mendengar jawaban Aldi, gadis itu menghela nafasnya kencang membuat Aldi mendongak dan menatap (Namakamu).
"Suka-suka gue kali. Kok jadi lo yang sewot sih. Ambil sono kalau lo mau."Ketus (Namakamu). Sangking sebalnya dengan Aldi, gadis itu mengunyah nasinya secara kasar.
"Ya elo jan sewot juga dong."Aldi menggertak giginya, "Ga pulang lo ntar."
(Namakamu) menyeringai, "Wahh maen ngancem. Ga asik lo."
*
Ditemani dengan siulan pelan dari bibirnya, Iqbaal berjalan pelan menelusuri koridor sekolah yang lumayan ramai sambil memainkan kunci motornya. Ketika matanya menatap sekeliling, segala hal terasa pahit untuk dilihat saat matanya memandang tepat di koridor seberang. Sambil mendekat ke pegangan koridor, Iqbaal menatap kedua insan yang sedang berjalan diiringi dengan candaan.
Iqbaal tersenyum miris sambil menghela nafasnya, kemudian mengambil langkah lagi setelah (Namakamu) dan Aldi sudah ditelan oleh tikungan.
"Jadi ini namanya, sakit tapi ga berdarah. Perih padahal ga dikasih alkohol. Hati gue emang kayaknya udah rusak kali yak, gue tau di dalam sana pasti banyak darah yang lagi nyucur. Sakit banget ya Tuhan. Kenapa harus cowo lain yang ada di posisi gitu?"
"Emang udah takdir kali. Kalau emang jodoh, pasti bakalan disatuin sama Tuhan. Cumanya, gue ga rela kalau dia bareng sama cowo lain selain gue. Tapi ya mau gimana lagi, dia yang nyuruh. Lo harus kuat Iqbaal. Banyak cewek diluar sana, tapi emang gaada yang kaya dia."
"Iqbaal."Panggil Zidny beberapa meter dari tempat Iqbaal. Iqbaal menoleh dan mengangkat alis kanannya ketika melihat Zidny datang menghampirinya. "Ada apa?"Tanya Iqbaal sambil melanjutkan langkah kakinya ketika Zidny sudah tiba disampingnya.
"Ohya Baal, ntar...."
"Eittt, tunggu deh Zid. Gue buru buru banget, ngomongnya lanjut besok aja ya. Byeeee."Iqbaal berlari menelusuri koridor, melewati anak tangga dengan cepat, hingga tiba di parkiran. Sedikit ragu ketika hatinya seakan menyuruhnya untuk mengikuti (Namakamu) dan Aldi yang baru saja melewati gerbang.
"Duhhh, ikut engga ikut engga ikut."Di kancing kemeja sekolahnya paling bawah, jawaban terakhirnya adalah ikut.
"Gue bakalan jauhin lo, tapi gue gabisa untuk ga ngawasin lo dari jauh."Iqbaal berlari menuju motornya, menaiki motornya dan langsung melajukan motornya megikuti motor merah milik Aldi.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Lie
Genç KurguEmang susah meyakinkan seseorang bahwa kita mencintainya. Benar-benar mencintainya. Kita mengganggunya karena ingin menunjukkan bahwa kita benar-benar mencintainya namun ketika dia menyuruh kita menjauh. Kita bisa apa? Hanya menjauh. Menjauh sedikit...