(Namakamu) menggigit bibir bawahnya ketika sudah tiba di depan kelas 10 IPS 1, ada satu alasan yang membuatnya terlalu bersemangat ketika disuruh ke kelas ini. Iqbaal. Cowok itu dikelas ini.
Tok tok tok
Setelah mengatur raut wajahnya agar tetap datar dan tenang, (Namakamu) masuk ke dalam kelas ketika guru didalamnya mempersilahkan masuk.
'Suit suitttttt.'
'Masuk kak'
'Bisa juga kau nih kak'
'Kak, besar sama adek ya.'
Baru saja masuk sudah di goda seperti itu membuat (Namakamu) semakin mempertahankan wajah datarnya. (Namakamu) sedikit menolehkan pandangannya kepada para murid dan mencari tempat duduk Iqbaal, kemudian kembali menatap lurus ketika tau bahwa Iqbaal juga melihatnya.
"Permisi Bu Ita, saya disuruh ngambil barangnya Bu Linda yang ketinggalan bu."Ucap (Namakamu) ketika dia sudah berada di hadapan Bu Ita yang wajahnya rada nyeremin.
"Ohh, yang ini ya?"Bu Ita memberikan spidol dan sebuah buku kepada (Namakamu). Baru saja tangan kanan (Namakamu) mau terangkat, Iqbaal datang dan berdiri di sampingnya. (Namakamu) menoleh sambil mengernyitkan keningnya, membuat Iqbaal juga menoleh sambil tersenyum.
"Bu, saya permisi ke toilet ya."Kata Iqbaal. Bu Ita mengangguk, "cepat."
Ketika Iqbaal berjalan keluar kelas, tangan (Namakamu) terangkat lagi untuk mengambil buku dan spidol dari Bu Ita. "Makasih ya bu."Bu Ita mengangguk dan (Namakamu) berjalan menuju pintu masih diiringi dengan godaan dari adik kelasnya itu.
(Namakamu) berjalan pelan sambil mendekap buku tersebut.
"Hallo."Iqbaal menunjukkan seringaiannya kepada (Namakamu) ketika cowok itu tepat berada di hadapan (Namakamu) membuat (Namakamu) berjengit dan refleks mundur selangkah.
"Lo apaan sih."Ucapnya sambil memukul bahu Iqbaal dengan buku yang dipegangnya. "Kurang kerjaan tau gak."(Namakamu) kembali memukul bahu Iqbaal ketika melihat Iqbaal masih terap tertawa kencang.
"Ntar ke kantin bareng gue yak. Gue jemput ke kelas lo."Ucap Iqbaal sambil tersenyum.
"Gak."Ketus (Namakamu).
"Ga mau tau. Sebelum istirahat, gue bakalan ada di depan kelas lo."
"Bodo."
"Hih, gue paksa. Dah ah gue mau belajar yang bener, biar masa depan kita ntar jelas."Ucap Iqbaal diakhiri dengan seringain jahil. Kemudian pergi meninggalkan (Namakamu) yang saat ini tengah tersenyum. (Namakamu) menoleh kebelakang, menatap punggung Iqbaal dan kembali tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Iqbaal selalu tau bagaimana membuatnya tersenyum. Andai aja, dia ga punya penyakit berbahaya itu, mungkin mereka udah bersatu.
*
Seperti apa yang dikatakan Iqbaal tadi jika dia akan mengajak (Namakamu) untuk ke kantin bersama, kini Iqbaal sudah berdiri di pintu kelas (Namakamu) yang tertutup. Cowok itu melirik jam tangan hitamnya di tangan kirinya, kira kira 2 menit lagi bel akan berbunyi.
Kring kring kring
Bel tanda istirahat berbunyi, tak lama pintu terbuka dan seorang pria paruh baya keluar dari sana. "Pagi Pak Gatot."Sapa Iqbaal sambil menyalam guru tua itu. Guru itu tersenyum.
Mata Iqbaal menjelajah kelas (Namakamu) ketika Pak Gatot sudah pergi. Ketika menemukan (Namakamu) yang masih duduk di tempat duduknya, Iqbaal berjalan menuju tempat (Namakamu). Kemudian duduk di depan meja (Namakamu) dan menghadap ke arah gadis itu.
"Kantin ayokk."Ucapannya sukses mengejutkan (Namakamu) yang sedang sibuk membuka bekalnya. Gadis itu meraih satu roti tawar dengan selai coklat dan langsung memakannya. "Ald, nih."Tawar (Namakamu) kepada Aldi yang sedang sibuk memainkan game di handphonenya.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Lie
Novela JuvenilEmang susah meyakinkan seseorang bahwa kita mencintainya. Benar-benar mencintainya. Kita mengganggunya karena ingin menunjukkan bahwa kita benar-benar mencintainya namun ketika dia menyuruh kita menjauh. Kita bisa apa? Hanya menjauh. Menjauh sedikit...