21

705 97 8
                                    

Tiga tahun berlalu.

Gak terasa, tiba-tiba aja (Namakamu) sudah duduk dibangku kuliah. Permohonannya, untuk meminta pindah sekolah di Jerman dikabulkan oleh orangtuanya walaupun (Namakamu) harus memaksa. Dan dia ga sendiri disini, bareng sama BD dan Karel.

Sebenarnya (Namakamu) ga rela buat ninggalin orang tuanya gitu aja demi nahan malu sama Iqbaal, gegara dia udah nyosor bibir Iqbaal. Tapi ya mau gimana lagi. Lagian dia emang udah bilang ke Iqbaal, kalau dia bakalan pergi ke Jerman. Dan untungnya, papa mamanya tidak mempersulit soal itu. (Namakamu) berasa kayak jadi lucky girl.

---
Flashback on.

"Mamaaaaa, Papaaaaa, plissss. (Namakamu) mohon. (Namakamu) pengen lanjut sekolah ke Jerman. (Namakamu).. (Namakamu) mau jadi orang yang berguna dengan sekolah ke luar negeri mahhh, pahhh. Plisss."

Ketika (Namakamu) sampai rumah, gadis itu langsung menemukan papa dan mamanya serta BD dan Karel yang entah kenapa bisa ngumpul diruang keluarga. Dan kesempatan ini, tak disia-siakan oleh (Namakamu) untuk berbicara penting.

"Kalau papa bilang engga ya engga, (Nam...). Kalau mau, kamu selesaiin dulu SMA kami disini, terus lanjut kuliah ke Jerman. Kamu juga kenapa kayak gini sih? Dulu aja ditawarin sekolah keluar negeri gamau, giliran sekarang malah mewek mewek minta pindah."

"Papa?! Namanya juga manusia pah, suka berubah fikiran."

"Bid, pliss ya temenin gue lanjut sekolah disana aja. Lo juga lanjut kuliahnya disana aja. Ya ya ya?!"(Namakamu) menyatukan kedua tangannya, sambil memohon kepada BD. BD menghela nafasnya lalu meminum minumannya dulu. "Gue mau-mau aja kalau nyokap bokap kasih. Tapi kan lo tau sendiri, bokap gamau kasih."

(Namakamu) tersenyum. "Tuh pahhh, ada BD yang bisa jagain (Namakamu). Pah plissss."

Papa (Namakamu) menghela nafas beratnya lalu menoleh menatap mama (Namakamu) yang berada tepat disampingnya, "Mana yang terbaik aja pah."

"Oke. Papa kasih kamu dan BD lanjut studi ke Jerman, tapi janji sama papa kalau kalian ga bakalan buat yang macam-macam. Ingat, papa punya temen bisnis disana. Kalian bakalan papa titip sama mereka. Punya satu anak seumuran kamu, (Nam..). Dulu waktu kalian-kalian kecil, dia tinggal didepan rumah sini, nah anaknya itu temen akrab kamu sama Karel dulu, (Nam..). Kita ga punya rumah disana, jadi kalian bertiga bakalan tinggal bareng anaknya teman papa itu."

(Namakamu) tersenyum lebar lalu mengangguk. "(Namakamu) gak bakalan macam-macam. Janji!"

"Oke, cukup tau gue sama lo (Nam..). Kenapa lo cuman ngajak BD doang? Lo lupa sama saudara lo satu lagi yang disini, padahal kita kembaran. Kata orang, kalau anak kembar itu punya naluri yang sama dan gak bakalan bisa dipisahin. Tapi, lo malah ngajak BD bukan ngajak gue."

(Namakamu) menoleh menatap Karel yang sempat-sempatnya ngambek.

"Kalau gue ngajak lo juga, lo gak bakalan mau ngikut sama gue. Karena, lo punya banyak temen yang ga bisa lo tinggalin disini."Karel nyengir. Kemudian menggigit bibirnya sendiri, yang dikatakan (Namakamu) emang bener, tapi Karel juga gamau pisah dari saudaranya.

"Pah, Mah, Karel juga mau ikutan bareng BD sama (Namakamu)."Ucapan Karel sangat membuat (Namakamu) tersentak. Dia gak percaya kalau kembarannya itu bakalan ninggalin temen berandalannya itu.

"Mau gimana lagi, papa ga bisa nolak. Tapi papa janji, bakalan datengin kalian sebulan sekali."

"Yesss. Mayan ke luar negeri."

"Rel, lo gamau ngasih salam perpisahan ke temen-temen lo gitu? Karna kita bakalan berangkat besok."

Setelah mendengar ucapan (Namakamu), yang Karel lakukan adalah buru-buru pergi meninggalkan rumah tanpa izin terlebih dahulu.

LieHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin