Iqbaal tidak pernah tau jika berkomunikasi dengan orang Jerman akan sesulit ini. Dia kira, dengan modal bahasa Inggris yang baik dapat memudahkan komunikasi Iqbaal, tapi nyatanya, Iqbaal bahkan menyesal mempunyai niat baik menyusul gadis-nya (?) dinegeri ini.
Iqbaal tidak sendiri. Bersama 5 teman berandalannya yang ternyata tidak mengerti berbahasa sama sekali.
"Elo sih! Siapa coba yang ngajakin ke Jerman?!"Ketus Mike kemudian duduk dibangku yang berada tepat dihadapannya. "Udah deh, duduk bentar. Gue capek, Baal."
Iqbaal mengangguk kemudian menatap peta yang dipegangnya. Yang Iqbaal harapkan saat ini adalah, dia bertemu oleh seseorang yang setidaknya mengerti berbahasa Inggris.
Ari mendengus kesal, "Ekspetasi gue beda banget sama realita. Gue kira, kita bakalan senang-senang nyampe disini."Alwan mengangguk setuju, "Lagian, gue juga ga ngira kalau Jerman lumayan luas."
"Lo bego banget sih, Wan!"Sambar Arbani. "Shhh, lagian kalian kenapa gaada yang pinter bahasa Jerman sih?"Kesal Iqbaal. Setelah mendengar ocehan teman-temannya Iqbaal malah jadi muak.
"Gimana mau pinter bahasa Jerman?! Bahasa Indonesia aja gue remed."Celetuk Alwan, membuat Mike mengangguk setuju tapi kemudian mereka berdua mendapat toyoran dikepala mereka dari Bastian yang daritadi hanya diam sangking capeknya berjalan ngikutin peta yang dipegang Iqbaal.
"Shh, kalo lagi kayak gini, gue beneren kangen sama Karel."Desis Ari sambil menatap ke sekitarnya, siapa tau dia dapat melihat Karel. "Gimana Bas, belum dapet kabar sama sekali dari Karel?"Bastian mendesah lalu menggeleng.
Tapi untuk saat ini, Iqbaal dan 5 temannya memang orang yang paling bodoh. Bodohnya mereka, pergi ke negeri orang tak berbekal apa pun. "Baal, pliss cari penginapan dulu."
Iqbaal bangkit diikuti sama teman-temannya yang lain. "Oke! Besok kita lanjut nyari Karel."
*
"(Namakamu)!"
Aldi tercengang kemudian bersorak. Tidak menyangka akan bertemu dengan sahabat lamanya yang sudah tidak pernah memberinya kabar selama tiga tahun. "Lo bener-bener jahat tau gak! 3 tahun lo pergi, dan perginya gaada izin sama gue."
"Peluk gue dong."Dengan cepat (Namakamu) maju mendekatkan tubuhnya pada tubuh Aldi lalu menyambar tubuh Aldi ketika tangan cowok itu merentang. Bahkan (Namakamu) nyaris menangis ketika kembali mengingat pertemanannya dengan Aldi dulu. Dia ga menyangka kalau dia akan bertemu Aldi dengan cara bertabrakan kayak gini.
"Gue ga nyangka kita bakalan ketemu disini."Aldi tersenyum lalu melepaskan pelukannya. Memperhatikan (Namakamu) yang sekarang sedang menghapus air matanya. "Lo beda banget (Nam...)."
(Namakamu) sedikit terkekeh, lalu kembali menatap Aldi. "Lo mau ngapain disini?"
"Liburan, dikasih kesempatan liburan sama bokap gue, dan gue milih ke Jerman. Taunya, gaada yang ngerti bahasa Inggris disini. Dan sampai sekarang gue belum dapet penginapan. Nih koper gue."Ucap Aldi panjang lebar dengan raut wajah kesalnya kemudian menunjukkan kopernya diakhir kalimatnya.
"Gue temenin nyari penginapan mau?!"Aldi mengangguk antusias, "Tapi bayar bensin."Kata (Namakamu) sambil terkekeh, kayak membalikkan keadaan. Dulu Aldi yang kayak gitu, sekarang kan bisa gantian. "Gak gakk, canda Ald."Kata (Namakamu) dengan cepat ketika melihat wajah sewot Aldi.
*
"Nginep disini aja ya, Baal?!"Iqbaal mengangguk tapi sambil menggigit bibir bawahnya. "Yaudah pesenin."Sewot Alwan.
"Lo aja deh."Kata Iqbaal. "Kok gue? Gue ga ngerti pe'a."
Iqbaal memutar bola matanya lalu menatap Bastian yang ternyata lagi menatapnya. "Gue sama sekali ga tau bahasa Jerman. Oke, kita translet?"Kata Bastian yang kayaknya emang udah kesal banget. Cowok itu memgambil handphonenya lalu mengetik sesuatu disana.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Lie
Teen FictionEmang susah meyakinkan seseorang bahwa kita mencintainya. Benar-benar mencintainya. Kita mengganggunya karena ingin menunjukkan bahwa kita benar-benar mencintainya namun ketika dia menyuruh kita menjauh. Kita bisa apa? Hanya menjauh. Menjauh sedikit...