"Kalau menurut gue, lo ikutin aja apa kata dia. Dia kan nyuruh lo ngejauh, yaudah lo ngejauh."
Setelah mendengarkan semua penjelasan Iqbaal tentang gadis bernama (Namakamu) itu, Bella memberikan saran yang menurut Iqbaal sangat memuakkan. Iqbaal menatap Bella yang sedang berjalan kearah kulkas, dan tak lama Iqbaal menangkap minuman kaleng yang dilempar oleh Bella.
"Ck! Maunya gue, dia bisa suka sama gue. Gimana dong?"
"Ya lo jangan maksain gitu dong! Lagian nih ya, lo juga sih terlalu agresif sama dia. Cewek itu sukanya sama yang misterius. Coba lo jadi cowok misterius yang sok-sok cool gitu, pasti banyak cewek yang tertarik sama lo, terutama (Namakamu)!"Ucap Bella setelah gadis itu berhasil duduk di sofa tepat dihadapan Iqbaal.
"Kok lo cerewet banget sih!"Ketus Iqbaal dengan alis yang bertaut. Bella hanya mendengus, tangannya bergerak mengambil sebungkus rokok dan korek di atas meja membuat Iqbaal terkejut.
Iqbaal bangkit dan memukul tangan Bella hingga rokok itu terlepas membuat Bella menatap Iqbaal dengan tatapan kesalnya, "Denger ya Bell! Kalau gue lagi sama lo, lo ga boleh merokok!"Tekan Iqbaal.
"Lagian, apartemen lo gini banget. Bau asap rokok dimana-mana. Lo itu cewek! Cewek ga pantes merokok, ntar lo mandul, baru tau rasa."Ucap Iqbaal diiringi dengan guyonan.
"Iqbaal! Mulut gue asem kalau ga merokok."
"Bodo amat!"
"Jahat lo, Baal."
"Btw, lo tinggal sendirian disini?"Ucapan Iqbaal hanya ditanggapi oleh anggukan dari Bella. Tapi kemudian gadis itu menyela, "Abis gue mau tinggal sama siapa coba? Nyokap bokap masih betah disana, dan ga bakalan pernah mau pindah kesini karena masa lalu mereka yang katanya buruk itu, tapi gatau kenapa gue malah betah tinggal disini."
Iqbaal mengerti apa yang sempat dialami Bella dan keluarganya sekitar dua tahun yang lalu, tepatnya ketika mereka masih duduk dibangku kelas dua SMP. Bella dan Iqbaal adalah anak baik-baik. Yang satu selalu tertindas dan yang satu bersikap sebagai pembela. Itu yang membuat Iqbaal merasa kasihan pada gadis cantik itu sehingga menjadikan Bella sebagai sahabatnya. Ya itung-itung, dengan adanya Bella, Iqbaal merasakan bahwa dia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga gadis itu. Apalagi sifat gadis itu yang manja membuat Iqbaal terkadang bersikap sebagai abangnya Bella.
---
Flashback on."Hai?"Bella menoleh dan menatap Iqbaal yang sedang tersenyum itu. Sedikit menundukkan kepalanya karena gadis itu segan pada Iqbaal.
"Lo gapapa?"Kata Iqbaal membuat Bella mengangkat kepalanya untuk menatap Iqbaal. Bella tersenyum tipis, dan mengangguk. "Ga... Gapapa. Makasih ya."
Iqbaal mengangguk. "Jangan mau dibully kayak gitu."
Bella menghela nafasnya, "Gue juga gamau, tapi gue gatau harus gimana. Semuanya pada gasuka sama gue, padahal gue gatau apa alasan yang buat mereka jadi kayak gitu ke gue."
"Lo spesial tau, makanya mereka suka jahat sama lo. Mereka itu iri."Ucapan Iqbaal sukses membuat Bella tersenyum manis. Tangan Iqbaal bergerak mengacak rambut Bella yang berponi itu, merasa gemas.
"Kita sahabatan mau? Jadi kalau ada yang jahat sama lo, ada gue yang bisa jagain lo."Bella buru-buru mengangguk. Tangan kelingkingnya diangkat dan dikaitkan dengan kelingking Iqbaal yang sudah mengambang diudara.
Flashback off.
---*
Hari ini adalah hari paling buruk bagi (Namakamu). Melihat Iqbaal di mall bersama cewek lain membuat moodnya berantakan untuk hari ini. Apalagi, ketika disekolah Iqbaal selalu dekat dengan cewek juga.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Lie
Teen FictionEmang susah meyakinkan seseorang bahwa kita mencintainya. Benar-benar mencintainya. Kita mengganggunya karena ingin menunjukkan bahwa kita benar-benar mencintainya namun ketika dia menyuruh kita menjauh. Kita bisa apa? Hanya menjauh. Menjauh sedikit...