[16] Egois Dan Ketertarikan

18.3K 1K 39
                                    


16. Egois Dan Ketertarikan

   ADA yang mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk cinta. Itu semua bohong. Bagaimana bisa seseorang mencintai tanpa alasan? Dhirga dapat memberitahu kalian setidaknya 100 alasan mengapa dirinya mencintai Velma. Suaranya. Sikapnya. Hatinya. Tatapannya. Kecantikannya. Bayangannya... Dhirga bahkan seperti orang yang bego. Pokoknya dirinya suka segala sesuatu tentang seorang Velma. Itulah alasannya.

  Alasan yang dapat membuatnya senyum-senyum sendirian, walaupun dirinya tau Velma kekasih sepupunya sendiri tetapi cinta memang tidak bisa kalian salahkan kan? Setau Dhirga cinta itu buta dan tuli seperti lirik lagu milik kembarannya (read:Alghazali).

  Bagaimana tidak buta? Matanya jelas dapat melihat bahwa Revan dan Velma adalah sepasang kekasih jika dirinya tidak mempunyai perasaan apa-apa. Namun, kenyataannya? matanya tidak bisa melihat atau lebih tepatnya lagi tidak mampu melihat apapun yang mereka jalani bersama.

  Tuli. Mengenai tuli, kalian pasti pernah merasakannya. Biar Dhirga kasih contoh yang pas, setiap kali kalian ulangan teman kamu yang pintar akan mendadak seperti orang yang tuli kan? Nah, cinta juga seperti ini.

  Jika seseorang merasa bahwa dirinya pintar, dia senantiasa tidak menggunakan telinganya terhadap hal-hal yang menurutnya tidak penting ketika ujian.

  Dan jika seseorang merasa dirinya tertarik kepada seseorang, dia senantiasa tidak menggunakan telinganya terhadap hal-hal yang menurutnya tidak penting ketika sedang jatuh cinta.

  Dhirga mengacak-acak rambutnya pelan, pagi ini hatinya sudah dilanda beberapa kegelisahan. Apalagi semua kegelisahan itu terletak pada seorang gadis, yaitu Velma.

  Satu hari dirinya tidak bertemu dengan Velma hampir saja membuat raganya melemas, apalagi Dhirga sempat bertengkar terlebih dahulu perihal Revan yang mengeroyoknya kemarin-kemarin.

  Jam menunjukan pukul enam lewat lima belas menit, Dhirga berniat untuk mencegat Velma di gerbang dan berharap bahwa hari ini Velma sekolah.

  Sambil berjalan, Dhirga merapikan letak celananya yang sedikit kusut. Kelas masih terlihat sepi bahkan dari tadi pagi dirinya belum melihat satu orang pun di sekolah ini, tapi itu tidak membuat Dhirga menghentikan niatnya untuk menghadang Velma.

  "Lingsir wengi.. Sliramuuu.."

  Dhirga menghentikan langkahnya ketika mendengar lantunan salah satu lagu angker di kelas yang baru ia lalui tadi, bulu kuduknya meremang. Jangan-jangan itu hantu? hantu rooftop! Waktu pertama dirinya sekolah kan di sana banyak darah segar. Kakinya melemas apalagi di sekelilingnya benar-benar sepi.

  "DUARRR!! HAHAHA."

  Tiba-tiba di depannya sudah ada wanita gila ini yang langsung tertawa terbahak-bahak, membuat Dhirga melotot "Muka lo aneh banget gila!" Rosi menarik-narik baju Dhirga sambil terus tertawa.

  "Menurut lo ini lucu?"

  Rosi mengangguk, "Lucu banget! muka elo nya." Dhirga menaikkan satu alisnya sambil menyingkirkan tangan Rosi yang masih menarik bajunya itu, "Gue kayak gini gara-gara lagi ketemu hantu."

  "Yaampun Dhir, tadi itu gue!" Rosi terkekeh sementara Dhirga hanya menaikan bahunya acuh sambil melanjutkan perjalanannya.

  "Yaiya lo hantunya."

  "Sialan." Rosi memasang wajah kesalnya lalu berbalik arah untuk mengejar Dhirga, "Lo mau kemana? tumben banget udah stand by."

  "Bukannya gue yang harus nanya itu ke elo?"

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang