[9] Not Bad

23.8K 1.5K 37
                                    


9. Not Bad

TANGANNYA ia kepal, sambil menggertakan giginya kesal Dhirga berjalan untuk menemui seseorang. Dirinya tidak terima melihat video yang di perlihatkan Rosi tadi, cemburu? tentu saja.

"Revan!"

BUGH

Dhirga langsung menerjang Revan tanpa ampun, Revan yang tengah berjalan ke ruang musik terkaget di buatnya "Apa-apaan lo?"

Dhirga terdiam tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Revan dan tetap terus menerjangnya membuat Lingga yang tengah bersamanya langsung menarik Dhirga "Woy! Ada apaan si?"

"Lo bikin hidup Velma menderita!" Teriak Dhirga membuat Revan tersenyum sinis "Gara-gara Velma?"

"Lo kayak gini cuma gara-gara cewek bro!" Lingga menarik Dhirga yang wajahnya tak kalah kacaunya ulah Revan, "Urus dia Lingga gue mau ambil gitar."

Revan mengusap darah yang ada di sebelah bibirnya sambil berlalu meninggalkan Dhirga yang terlihat sangat emosi, "Lo enggak bisa ngelawan Revan! Sekalipun lo orang yang paling deket sama dia sendiri, seharusnya lo lebih tau bagaimana sikap Revan. Jangan kaget kalo setelah ini lo dapet masalah, gue gak bisa nyegah." Tekan Lingga membuat Dhirga terdiam.

őőő

Matanya ia edarkan ke seluruh penjuru koridor, dirinya tidak ingin berpapasan dengan seseorang yang membuatnya tidak tidur semalaman, karena berhadapan dengan Revan membuat jantungnya berdetak lebih keras belum lagi pipinya yang suka memerah tanpa bisa di kontrol. Velma melotot ketika melihat Revan tengah membawa gitar berjalan berlawanan arah dengannya, Velma rasa kalau Revan pasti melihatnya tadi, dengan sekejap kilat Velma berbalik badan lalu melihat jam tangan yang menunjukkan pukul tujuh pas, sambil menggigit bibir bawahnya Velma menghirup nafas pelan dan menguatkan hatinya untuk melewati Revan.

Velma langsung membalikkan badannya, matanya ia kerjapkan ketika melihat sosok yang tadi sedang membawa gitar disana mendadak tidak ada, dirinya sedikit bingung kenapa Revan seperti tidak mengenalinya? sambil memegangi dadanya Velma menghembuskan nafas lega lalu berlarian menuju kelasnya.

BUGH

"Awhs.." Velma meringis pelan ketika kakinya tersandung sesuatu, padahal kelasnya tinggal beberapa langkah lagi. Ceroboh! lututnya sangat nyeri terbentur lantai "Sorry gue gak sengaja." Velma mendongkak dan saat itu juga dirinya melihat Resta yang tengah melipat tangannya di dada sambil memasang muka yang menyebalkan.

Velma hanya mendengus lalu mencoba untuk berdiri tapi kakinya luar biasa sakit, alhasil dirinya kembali ambruk ke lantai membuat Resta tersenyum sinis "Makannya jangan sok kuat, lo masih butuh bantuan orang lain jangan ngerasa dengan diri lo sendiri, lo bisa lakuin semuanya!"

Pernyataan Resta membuatnya bungkam, setelah itu Resta berjalan menjauhi dirinya yang hanya bisa diam walaupun banyak pasang mata yang melihatnya tidak satupun yang berinisiatif ingin menolongnya. Bukan itu alasan kenapa dia lebih nyaman merasa sendiri tapi karena dia memang selalu merasa tidak pantas jika disandingkan dengan siapapun di sini. Restanya saja yang tidak mengerti dan merasakan.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba menggendongnya membuat Velma melotot kaget, dilihatnya Revan tengah membawanya wajahnya yang membiru dengan sejuta kebungkaman membuat dirinya bingung "Lepasin, lo apa-apaan sih?" Revan hanya meliriknya sekilas sambil tetap menggendongnya, Velma hanya meringsut pasrah sambil memejamkan matanya malu banyak orang yang melihatnya.

"Resta, gue mau ngomong sama lo nanti." Revan melirik dingin ke siapapun yang tengah memandanginya bersama Velma, "Van, gue mau di bawa kemana?" Velma tambah bingung karena kelasnya sudah terlewat beberapa langkah dari tadi, "Diem." ucapnya yang membuat Velma diam sampai tempat yang ditujunya, UKS.

"Ceroboh." Velma meringis saat Revan mengobati lututnya yang tergores lantai tadi, sambil memperhatikan Revan berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hatinya "Bagaimana bisa seorang Revan seperti ini?"

"Apa dia tidak merasa malu punya pacar kayak gue?" Velma menunduk mengalihkan pandangannya ke arah lain, Revan yang sedari tadi memperhatikannya hanya bisa diam menahan amarahnya. Dia tidak suka gadisnya diperlakukan seperti ini.

"Lo istirahat aja dulu." Velma menggeleng pelan "Yaampun Van, gue cuma lecet di lutut doang-"

"Lo gak bisa nolak permintaan gue."

"Van, muka lo juga perlu gue obatin. Lo abis berantem?"

Revan sama sekali tidak menganggapnya ada apalagi menatapnya saat ini membuat Velma kebingungan sendiri, kenapa mendadak pria itu bersikap dingin setelah kemarin... ah, dasar Velma! seharusnya dirinya tidak terlalu membawa perasaan saat itu akhirnya kan jadi seperti ini, satu yang harus Velma tau dari awal kalau dirinya tidak harus melayang layang seperti orang kegirangan, takut terhempas dan merasakan sakit yang luar biasa. Dan... Terbukti, saat ini.

"Lo diem, istirahat gue kesini lagi." Setelah berkata seperti itu Revan pergi meninggalkan sedikit goresan dalam hatinya yang lumayan membuat sesak, sesesak-sesaknya orang sesak.

Velma menyandarkan dadanya pada tembok yang ada di pinggir tempat tidur uks, teganya Revan meninggalkan dirinya sendirian disini. Eh memang biasanya juga seperti itu kan? Aduh Velma berhenti ngarepin Revan dia itu gak pantes buat lo! Velma memegangi kepalanya yang sakit. Setelah beberapa menit memandangi ruangan uks ini dirinya akan mencoba tidur, semalaman juga dirinya kan tidak tidur akibat Revan yang terus-terusan menghantui pikirannya.

CKLEK

Matanya ia kerjapkan ketika melihat seseorang di balik pintu yang tengah dituntun oleh seorang perempuan, wajahnya sangat pucat dan banyak yang membiru membuat Velma langsung turun melupakan sakit di lututnya.

"Dhirga kenapa?"

"Di keroyok kelas dua belas."

őőő

Revan mengulum bibirnya, dia tidak menyangka orang-orang begitu membenci hubungannya dengan Velma. Sambil memasukan tangannya ke dalam saku, Revan berjalan menuju kelas Velma untuk meminta izin.

"Selamat pagi." Ucapnya sopan ketika membuka pintu kelas membuat seluruh penghuninya menahan nafas, Alsa yang duduk di sebelah Resta hanya bisa menatap cemas kearah Resta.

"Revan? ada apa?" Guru yang dikenal sebagai guru paling tampan sesekolahan-pak Yusuf tersenyum kearahnya "Velma izin pak, dia sakit." Pak Yusuf hanya mengangguk-anggukan kepalanya "Saya juga izin pak, mau ke Resta" Revan melirik Resta yang tengah menulis dan dia tahu kalau Resta hanya sedang pura-pura.

"Resta, silahkan." Pak Yusuf mengarahkan tangannya ke arah pintu yang sedang dia pijak, "Makasi pak sebelumnya."

"Sama-sama Revan, jangan lama-lama saya akan menjelaskan materi takut Resta tidak bisa pas uts." Revan hanya mengangguk dan saat itu juga Resta muncul dengan wajah yang menyebalkan.

Sambil menutup pintu, Resta berjalan menjauhi kelas diikuti oleh Revan yang terlihat kesal "Ada apa!?" Ucapnya sinis sambil melipat tangannya di dada membuat Revan muak sendiri.

"Gue mau lo minta maaf." Matanya membulat mendengar pernyataan dari mulut pria dihadapannya ini, Resta tertawa sinis "Gue gak salah! Gue lagi diem dan dia nabrak gue, kenapa gue yang harus minta maaf?"

"Bilang ke gue alasan lo benci sama Velma!" Resta mengerjapkan matanya ketika mendengar Revan sedikit membentaknya "Lo."

Revan terdiam mendengarnya, "Maksud lo apa?" Resta memejamkan matanya "Gue gak rela lo jadian sama Velma! Lo lebih pantes sama Saras dibanding dia" Tegasnya membuat Revan terkekeh menyebalkan.

"Dengerin gue, lo hanya fans fanatik yang bisa-bisanya ngatur hati bahkan hidup gue Rest. Asal lo tau gue sayang sama Velma bukan sama Saras atau lo! mending lo cepet-cepet hapus rencana jahat yang udah disusun dalam otak lo buat ngancurin Velma sebelum gue yang hancurin elo."

őóő

Ddyulian

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang