[6] Rencana Jahat

27.7K 1.6K 14
                                    


6. Rencana Jahat

  SEJAK tadi matanya terus ia kerjapkan beberapa kali, selain karena mata pelajarannya sekarang sejarah Velma juga merasakan pusing yang luar biasa. Entah apa penyakitnya yang jelas akhir-akhir ini dirinya sering merasakan mudah lelah, keringat dingin atau mimisan.

  Velma melirik jam di dinding dan wajahnya langsung sumringah sepuluh menit lagi bel akan berbunyi, sambil melirik pak Yusuf selaku guru sejarah yang menurut cewek-cewek genit di sekolahnya ini guru paling ganteng dan memang guru pria termuda di sekolahnya. Dengan mempunyai kulit berwarna putih, mata bulat, bibir tipis, hidung yang mancung dan satu yang menjadi ciri khasnya. Rambutnya selalu ia kuncir di belahan rambut paling depannya saja agar terlihat rapih, tetapi sangat di sayangkan dia seorang guru sejarah. Kenapa enggak guru olahraga atau kimia? denger-denger sih waktu SMA nya dia jurusan kimia analis.

  Eh? Velma menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, kenapa dirinya jadi mikirin pak Yusuf sih!? Lagian bagi dirinya om-om atau yang lebih tua darinya sama sekali tidak menarik. Baru saja dirinya ingin beranjak menormalkan posisi duduknya bel pulang berbunyi membuatnya tersenyum senang.

  "Yah, pak padahal kita-kita masih mau belajar sama bapak." Resta mengedipkan matanya pada pak Yusuf yang malah tertawa nyaring.

  "Modus pak! Resta kan paling anti pelajaran sejarah." Timpal Rojak yang membuat Resta cemberut dan murid-murid di kelas tertawa terkecuali dirinya yang malah menguap bosan.

  "Velma, kenapa? Sudah gak tahan mau pulang ya?" Velma mengerjapkan matanya lalu tersenyum sopan sambil menggeleng pelan, Resta hanya berdecih sambil memutarkan kedua bola matanya terlebih melihat pak Yusuf tersenyum lebar karena seorang Velma yang menurutnya tidak ada apa-apanya sama sekali.

  "Ya sudah, sampai ketemu nanti hari sabtu. Rojak, Ali jangan lupa hapalin sejarah Perang Diponegoro!"

  "Siap bapak ganteng, santai aja sama kitamah santai." Ujarnya yang membuat pak Yusuf menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Assalamu'alaikum."

  Seluruh murid dikelasnya berteriak riuh ketika melihat pak Yusuf mulai menjauhi kelas mereka.

  "Dasar, modus!" Teriak Rojak yang membuat Resta melotot "Heh! Serah gue kali, basa-basi."

  "Basa-basi beo burung perkutut! Kayak yang gak tau aja gue."

  "Apaan si! Lo cemburu ya sama gue!"

  Velma nenghela nafas pelan kemudian menunduk dan beranjak keluar dari kelasnya ini, kelasnya itu memang ramai terlebih ada Rojak dan gengs yang akan selalu membuat keributan. Tetapi bagi Velma, kelas ini menyesakan karena Velma-nya dulu yang humoris dan banyak omong harus dia buang jauh-jauh karena ini sudah berbeda, bahkan sangat berbeda keadaannya.

BUG

  "Ampun deh!" Desisnya sambil rada mencak-mencak, hari ini hari bertubrukan nasional kali. Velma sama sekali tidak mengerti mungkin bertubrukan akan dia bawa sebagai hobby barunya.

  "Udah pulang?" Velma mendongkak, disana terlihat Dhirga yang tengah nyengir kearahnya.

  "Lo ngapain sih ngehadangin jalan kayak gitu? Ngapain juga di depan kelas gue?" Jika sudah seperti ini Velma akan sedikit cerewet.

  "Maaf deh! Gue kan nungguin lo."

  Velma mendelik sambil menghembuskan nafas kasar, "Gak ada kerjaan."

  Mendengar penuturan gadisnya itu, Dhirga cemberut lucu sambil memasukan tangannya ke saku celana "Pulang bareng yuk? Gue anterin."

Dhirga meliriknya tepat saat Velma memalingkan wajah, alhasil pandangan mereka bertemu.

  "Lo cari mati!" Desis Velma penuh penekanan lalu berjalan menjauhi cowok naif itu.

  "Siapa yang nyari mati sih? Orang mati mah paling deket sama kita di dunia ini." Ucap Dhirga yang sama sekali tidak di dengar olehnya, Dhirga kemudian mengejarnya sambil tebar pesona kepada kakak kelas yang membuat Velma meringis sepanjang jalan di koridor.

  "Mending lo jauh-jauh sana, daripada lo dapet musibah dapet masalah." Dhirga tetap tidak mendengarkannya dirinya tidak takut kepada Revan, sedangkan Velma menghela nafasnya pelan. Hidupnya memang penuh gangguan.

  "Revan lagi latihan di stadion, gue gak akan punya masalah selagi dia enggak ada."

  Velma mendelik tak habis pikir "Lo enggak liat? Banyak pasang mata yang ngeliatin kita saat ini, dan mereka kemungkinan ngasih tau ini atau lebih parahnya dijadiin bahan gosip. Emang lo mau baru sekolah udah jadi gosip anak-anak?"

  Dhirga mengerjapkan matanya. Baginya ini Velma yang luar biasa, biasanyakan ngomong irit. "Lo takut banget ya sama Revan? Lo sayang sama dia?"

  Hening, hanya langkah kaki mereka yang terdengar. Velma bungkam ditanya seperti itu dan Dhirga menunggu jawaban Velma dengan sabar, apaan sih Dhirga.

  "Gak usah di jawab deh, mending kita cepetan ke tempat kerja lo. Daripada telat? Kena marah lagi."

  Dhirga menarik lengan Velma yang terlihat pasrah dengan apapun yang terjadi nantinya, yang jelas Velma udah berusaha ngejauh kan? Yang penting udah usaha! Nah.

őőő

  Resta menatap tajam ke arah Velma yang kian menjauh, bibirnya menyunggingkan seringaian. Dirinya memang sangat tidak suka ada gosip menyebar bahwa Velma pacaran dengan Revan, mantan gebetannya. Apalagi Velma tidak ada apa-apanya dibanding dia, hanya lebih pintar. Itu juga wajar, kan karena beasiswa untuk yang tidak mampu dan harus pinter.

  Jika Revan dengan Saras, ya wajarlah dirinya memaklumi karena Saras memang cantik dan multitalenta. Resta menghembuskan nafas pelan, dirinya sudah menahan segala gejolak yang ada dihatinya tetapi pas tadi pelajaran fisika dirinya benar-benar jengkel dan lagi pak Yusuf malah lebih respect terhadap gadis kampung itu. Velma tidak pantas mendapati itu semua!

  "Res, ayo pulang mau sampe kapan berdiri sambil mandangin tas? Jones ya jones aja kali." Resta mengejapkan matanya lalu nyengir tidak waras pada dua orang cewek yang tengah menatapnya di pintu. Wina dan Alsa.

  "Lo kenapa sih?" Alsa melipat tangannya di dada melihat Resta tumben-tumbenan ngelamun, setaunya dia sudah hampir sempurna mempunyai segalanya dan hampir menyaingi Saras disini.

  "Ah, gini gue punya sesuatu!" Serunya lalu menghampiri mereka berdua dengan cengiran yang tadi.

  "Menurut kalian Velma itu virus bukan sih? Maksudin gini, kita komporin orang-orang kalo Velma itu gak pantes ada disini! Atau kita mata-matai dia gitu permaluin, gue enek banget di kelas guru-guru pada Velma lagi-Velma lagi. Terus juga dari dulu lo pengen juara satu kan Als?"

  Wina terlihat sedang berfikir sedangkan Alsa menggigit bibir bawahnya, sangat tidak setuju dengan sesuatu dari Resta ini, bagaimana pun juga dirinya ingin mendapat predikat ranking satu dengan cara suci atau baik-baik, lagian Alsa akui kalau Velma memang pintar.

  "Tapi Res, kalo sampe ketahuan pihak sekolah kita bisa dapet masalah." Wina mengangguk menyetujui pendapat Alsa.

  Resta tersenyum sinis, "Yaampun tenang aja kali, gue bisa atur semuanya." Tangannya ia jentikan membuat Wina mengangguk pelan sementara Alsa meneguk ludahnya, Alsa paling anti pembullyingan. Terlebih kepada seorang Velma yang dimatanya sudah sangat kesulitan.

  "Alsa, lo gimana? kok diem aja, atau jangan-jangan lo gak setuju sama gue!?"

őőő

Ddyulian

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang