[45] The Answer

11.4K 675 97
                                    

45. The Answer

DENGAN pakaian rumah sakitnya, Velma menatap Dokter Naufal, "Apa saya harus dirawat di rumah sakit ini? Rumah sakit Revan? Apa Dokter bercanda?"

Dokter Naufal terlihat mengurut keningnya, "Tidak. Ini hanya untuk sementara, sambil menunggu kelulusan nanti. Kalau kamu sudah menerima kelulusan itu, kita akan pergi ke rumah sakit yang saya janjikan."

"Ki-kita?" Velma semakin tidak mengerti, kenapa Dokter Naufal jadi sangat berperan penting terhadapnya.

"Saya di tugaskan untuk memantau kamu, lagian saya juga pindah tempat kerja sesuai dengan rumah sakit tempat kamu mendapatkan pengobatan nanti," Dokter Naufal merapikan jas labnya sejenak. "Terus kamu pikir, Revan akan diam saja? Dia pasti mencari saya kalau tahu kamu berurusan dengan saya."

"Ada ibu saya, Dok. Saya sanggup berdua, dengan ibu saya saja. Tidak perlu merepotkan, astaga." Velma memandang selang infus yang ada di tangan kirinya, "Cukup sampai sini saja, Dokter membantu saya."

"Kamu lupa tentang Rainata ya? Dia juga butuh pengobatan disana, dan selama kamu dirawat disini sementara, saya dan keluarga Prayoga jamin, Revan tidak mengetahui itu."

Velma menghela nafasnya pelan, tidak lama kemudian pintu terbuka, saat itu juga Ibu Dea muncul membawa bingkisan sambil tersenyum.

"Velma, ibu beli sedikit makanan untuk kamu," Ibu Dea kemudian menyimpan tasnya, "Dokter bisa bicara dulu sebentar?"

Dokter Naufal mengangguk, "Tentu saja."

"Bu, Velma mau jalan-jalan sebentar boleh?" Velma menatap ibunya dengan tatapan memelas, Dokter Naufal menghela nafasnya pelan. "Boleh tapi jam lima harus sudah ada di ruangan lagi. Dan jangan lupa, perhatikan aliran infusan itu, kalau macet segera hubungi perawat."

"Baiklah." Velma tersenyum kemudian beranjak sambil menggeret tiang selang infusan, Ibu Dea mulai terisak ketika sosok Velma sudah tidak terlihat.

"Saya tidak menyangka, Ayahnya Velma meninggal karena penyakit ini. Tolong lakukan apa saja untuk menyembuhkan anak saya, Dok."

Dokter Naufal menghela nafasnya pelan, "Pasti, saya akan melakukan yang terbaik untuk setiap pasien yang saya temui. Apalagi, Velma orang yang istimewa di keluarga Prayoga."

"Saya sangat menyayanginya, Velma satu-satunya yang saya punya. Bahkan jika perlu, saya rela menukar hidup saya demi Velma, dia masih muda, punya banyak cita-cita."

"Saya mengerti perasaan Ibu, lebih baik sekarang Ibu berdo'a atas kesembuhan Velma."

Sambil mengangguk bu Dea mengusap air matanya dengan tissu, "Saya tidak mengerti, padahal dulunya Darma dan suami saya berteman baik. Kenapa sekarang, Darma tidak memperbolehkan Velma dengan Revan, padahal sudah jelas tertera di surat kalau suami saya masih mempunyai saham 40% di perusahaan Prayoga ini."

"Kalau itu, saya juga tidak mengerti jalan pikiran tuan Darma, tapi asal Ibu tahu, tuan Darma merencanakan sesuatu dibalik semua ini, untuk anaknya Revan dan menyangkut anak ibu juga, Velma. Percayakan saja padanya, Ibu hanya perlu bersabar."

őőő

Dhirga terpaku dengan informasi yang baru didengarnya perihal Velma, ingatannya menerawang pada saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, di rooftop dan dirinya menemukan darah yang lumayan tergenang, Dhirga baru sadar kalau itu darah Velma.

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang