[19] Arti Tatapan Itu,

16.4K 948 41
                                    


19. Arti tatapan itu,

SEKUAT tenaga Revan kerahkan untuk menggendong Velma menuju ruangan medis disekolahnya, atau sering kita sebut UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Tetapi tentu saja berbeda karena disini terdapat fasilitas yang sangat memenuhi, Revan sama sekali tidak mengerti ternyata Velma bisa drop seperti ini, dan asal kalian tau setelah ini Revan tidak akan pernah lagi mengizinkan gadisnya ini bekerja paruh waktu.

"Velma, sadar. Lo kayak gini bikin gue inget waktu dua tahun yang lalu pertama kalinya gue ngerasain jatuh cinta sama lo."

Sambil terus berjalan tergopoh-gopoh menyusuri koridor, akhirnya Revan dapat menemukan ruangan itu. Disana terdapat juga Dhirga yang tengah di obati oleh Alsa yang memang salah satu anggota tim medis yang sedang piket.

"Ambulan sekolah mana?" Di baringkannya tubuh Velma diatas kasur empuk samping Dhirga yang kelihatan syok disini. "Gak usah, gue bisa obatin dia Van."

Revan berdecih, "Gue maunya ambulan sekolah! Kita ke rumah sakit, gue mau Velma ke rumah sakit!" Alsa menghembuskan nafasnya lalu berjalan kearah Velma yang terbaring lemas lalu memeriksanya.

"Mungkin terlalu kecapean, sebaik-"

"Jangan berlaga sok jadi dokter!"

"Ambulan di pake! Lagian dia cuma kecapean. Gak usah terlalu lebay dasar cowok naif!" Alsa mendorong Revan agar menjauhi Velma yang akan dia periksa sedikit-sedikit.

Revan berdiri mematung limabelas meter dari kasur sambil menatap kearah Velma yang sedang di periksa, jujur saja dirinya luar biasa sangat khawatir mengenai keadaan kekasihnya tersebut. Walaupun dirinya tidak yakin kalau Velma juga membalas perasaannya, mencintainya tetapi tetap saja Revan tidak peduli karena memang hatinya mengatakan kalau dirinya sangat-sangat mencintai gadis itu.

"Lo sebaiknya tunggu di luar Van."

Revan melirik Alsa yang juga meliriknya sinis, "Jangan harap gue ngebiarin cowok itu deketin Velma lagi, Gak akan."

Nafasnya kembali ia hembuskan kasar "Dhirga, gue tau lo pura-pura tidur. Sana keluar udah gue obatin kan?"

Dhirga menghela nafas pelan sebelum membuka matanya dan langsung beranjak tanpa melirik kearah Velma, tatapan tajam ia layangkan kepada Revan yang juga menatapnya tak kalah sinisnya.

"Lo cuma bisa buat dia menderita." desis Dhirga membuat Revan kembali mengepalkan tangannya, Alsa yang mencium bau-bau akan terjadi pertengkaran lagi hanya memutarkan kedua bola matanya kesal.

"Adu jotos aja terus sampe Velma ninggalin kalian berdua."

Perkataan pedas Alsa berhasil membuat Revan mengurungkan niatnya dan Dhirga langsung pergi keluar meninggalkan ruangan ini, "Salahin aja gue, dia yang duluan."

"Gue gak mau dengerin curhatan lo," Revan mengerjapkan matanya sambil menatap kearah cewek yang bener-bener menyebalkan dihadapannya karena sebelumnya tidak ada yang berani seperti ini kepadanya.

"Ngapain disitu? gue nyuruh lo keluar dari tadi." Apalagi mengusirnya seperti itu, Revan mendengus lalu beranjak pergi berniat menunggu Alsa memeriksa gadisnya di luar.

"Velma kayak gini masih aja keras kepala, kasian gue sama lo Vel."

őőő

Sejujurnya Revan ingin sekali menemani Velma -nya di dalam, tetapi karena ambulan memang tidak ada dan yang kebagian piket menjaga UKS nya itu nyai rombeng mantan sahabatnya, Revan dengan berat hati menunggu di luar sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok.

Setelah beberapa menit yang lalu Alsa menyuruhnya keluar, Revan menjadi gelisah. Seharusnya dia tau Velma belum seratus persen pulih tetapi dirinya malah membuat masalah seperti ini. Revan rasa ini terlalu lama untuk memeriksa Velma di dalam, apa jangan-jangan mereka malah asik ngerumpi? Ah Revan benar-benar ingin masuk ke dalam sekarang juga.

CEKLEK

Alsa terperanjat melihat Revan disana membuka pintu, "Lo malah asik-asik main hp sementara gue nungguin di luar?" Revan mengusap keningnya sambil berkacak pinggang di depan Alsa yang malah melirik sinis dirinya.

"Salah sendiri, kenapa gak nanya." Alsa beranjak dari duduknya lalu beralih ke meja yang penuh dengan obat-obatan "Gue minta tolong jagain Velma dulu,"

"Gue mau nganterin ini ke bu Teti." Revan hanya mengangguk di iringi Alsa yang keluar dengan alat kesehatan di genggamannya. Setelah melihat Alsa pergi, dirinya mendekati Velma yang masih terbaring lemas. Wajahnya sangat pucat membuat kecantikan kulit putihnya menjadi ikut pucat.

"Lo tau gak sih, 2 tahun lalu saat lo pingsan pas upacara? Sebenernya itu awal gue ngerasain hal yang beda setiap gue ngeliat lo."

Revan tersenyum sambil menatap indah wajah menawan yang sedang di hadapannya.

2 Tahun lalu...

Flashback On

Seperti biasanya jika hari ini hari senin, banyak orang yang mengeluh karena libur minggu yang tidak cukup. Di tambah senin ini harus pergi pagi-pagi sekali karena untuk mengikuti upacara bendera.

Revan menghela nafas kasar melihat perempuan di sampingnya terus melakukan hal aneh seperti; mengusap kepalanya pelan, meringis dan dirinya sangat yakin kalo sebentar lagi perempuan ini akan tumbang karena memang panas matahari yang sangat terik pagi ini, padahal upacara kan baru di mulai beberapa menit yang lalu.

"Lingga. Geser." Ucapnya yang malah di jawab dengan tatapan tidak mengenakan darinya "Kenapa? Geser."

"Gue lagi menatap bidadari, ngapain emang?" Revan menatap Lingga kesal lalu mengurungkan niatnya.

"Jangan sekarang, please." Gadis di sampingnya ini berkata lirih membuat Revan sekali lagi ingin menjerumuskan gadis itu ke ruang UKS sekarang juga. Tanpa melihat situasi apapun lagi Revan membulatkan tekadnya untuk memanggil anggota medis di sekolahnya "MEDIS MEDIS. ADA YANG PINGSAN."

Seluruh anak-anak langsung melihat kearahnya dan saat itu juga gadis di sampingnya pingsan, Revan hanya terdiam tidak menangkap ataupun menggendongnya begitupun anak-anak yang lain hanya bisa melihat dan berbisik bisik, tidak lama kemudian anggota medis datang membawa tandu dan menggendong gadis itu menuju uks.

Lingga ternganga melihat sahabatnya peduli seperti ini di senggolnya lengan Meka yang juga sama tengah cengo melihat kejadian ini, Revan menghela nafas pelan sambil melihat kearah gadis itu di bawa.

"Biar gue aja." Valdo seorang anggota medis yang tadi membantu membawa tandu hanya mengerjapkan matanya ketika Revan tiba-tiba datang dan merebut genggaman tandu itu, "O-oke."

"Heh bangun, udah gue bopong nih ke UKS. Lo harusnya bangga di bawa cowok ganteng ke UKS."

Valdo dan satu temannya hanya terdiam melihat Revan yang tiba-tiba seperti ini, Revan yang merasa dirinya dianehkan hanya mengulum bibirnya sambil menghembuskan nafas pelan harus diketahui bahwa ini kali pertama dirinya merasakan kekhawatiran yang bahkan untuk orang yang ia tidak tau namanya.

Flashback Off

Fikirannya melayang sampai tidak sadar bahwa dirinya pun ikut terhanyut ke dalam mimpi indah dua tahun yang lalu, tanpa sadar juga orang yang ia tunggu; Velma mengerjapkan matanya ketika melihat di mana sekarang ia berada. Sambil memegang kepalanya yang masih berdenyut nyeri, Velma mencoba untuk bangun karena melihat jam yang menunjukan pukul setengah tiga artinya dia harus cepat-cepat pergi ke restoran tempatnya ia bekerja.

Tetapi suara dengkuran halus mengurungkan niatnya, matanya langsung membulat ketika melihat Revan di sampingnya sedang tertidur pulas. Wajahnya luar biasa tambah tampan jika sedang tidur seperti ini, tiba-tiba Velma merasakan pipinya panas. Aduh, kok bisa-bisanya gue cari kesempatan dalam kesempitan. Velma tersenyum malu ia akhirnya memilih untuk menunggu Revan bangun dengan menatapnya tanpa harus membangunkannya.

őőő

Ddyulian

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang