Dhirga & Rosi [Extra Part]

13K 301 10
                                    

"Sebenarnya aku ingin sekali meminta kamu kepada Tuhan agar disandingkan denganku untuk saat ini dan selamanya, tapi aku tahu takdir Tuhan akan mempertemukanku dengan yang lebih baik lagi, atau mungkin saja ini jalan Tuhan agar aku sadar, kalau aku sangat membutuhkanmu. Maafkan aku, untuk segalanya."

őőő

Bucharest, Romaria.

Suasana pagi hari di negeri orang itu akan terasa berbeda, menyenangkan, damai, dan menjadi kepuasan tersendiri bagi sebagian besar orang yang sedang melaksanakan liburan. Apalagi liburan sambil mencari uang, seperti yang dilakukannya saat ini, dirinya benar-benar merasa puas.

Dari sekian banyak objek yang dilihatnya, seorang gadis yang tengah memainkan ponsel menjadi pusat perhatiannya saat ini. Gadis itu sangat tidak asing baginya, hanya saja sudah terlihat dewasa dan cantik. Tunggu dulu, sejak enam tahun kebelakang dirinya memang tidak pernah melihat gadis itu lagi. Dan, kelihatannya dia sendirian. Sedang apa gadis itu sendirian di sini? Ternyata sifatnya yang sok pemberani masih mendominan pada gadis itu.

Dhirga menghela nafasnya pelan, lalu berniat untuk memastikan kalau itu benar-benar gadis yang selama ini selalu dipikirannya, yang selalu menghantui dirinya lewat perasaan bersalah yang tak kunjung usai.

Langkahnya masih lumayan jauh ketika gadis itu tiba-tiba memekik, berteriak pencuri menggunakan bahasa Indonesia, astaga gadis itu masih selalu ceroboh.

"Per favore!! Kakek-kakek bangkotan itu mencopet tasku!!"

Dhirga terdiam, hanya memperhatikannya dari jauh. Dhirga hanya ingin tahu seberapa kuat gadis itu bertahan di negeri orang, dan lihat saja tidak ada yang peduli terhadapnya. Gadis itu kelayapan mencari seorang memakai jubah hitam di tengah keramaian sambil meneriaki 'pencuri' dalam bahasa Indonesia.

Dhirga mempercepat langkahnya ketika jejak gadis itu mulai menghilang, apalagi ini musim liburan. Banyak orang yang mengunjungi tempat ini, dan benar saja. Dhirga kehilangan jejak gadis itu.

"Sialan!" Rutuknya.

őőő

Rosi benar-benar kesal, niatnya untuk liburan sirna sudah. Dari pagi, kekasihnya susah untuk di hubungi, padahal awal berangkat mereka bersama-sama, hanya karena Rafli ada urusan mendadak di suatu tempat, dan Rosi malas untuk menemaninya, mereka berpisah dan berjanji akan ketemuan di tempat ini.

Sialnya, pria itu tidak muncul juga padahal sudah telat selama dua puluh menit. Rosi benar-benar hilang kesabaran, apalagi dirinya benar-benar pertama kali liburan ke Roma, dan belum paham tentang bahasa Italia, lalu bahasa inggrisnya pun lumayan... Lumayan amburadul. Sialnya lagi, Rosi harus berlari mengejar kakek-kakek bangkotan yang mencuri tasnya.

Aih, Rosi benar-benar merasa gila. Astaga, apalagi dirinya tidak hapal jalan menuju hotel! Dan jalanan ini begitu sepi, pasti dirinya sudah jauh dari tempat tadi karena mengejar pencopet sialan itu. Rosi menggertakkan giginya kesal.

"Excusme, can you speak in English?" Rosi langsung mendekat ketika dua orang pria di hadapannya ini sedang berjalan akan melewati dirinya, dalam hatinya ia berharap kalau dua orang pria ini dapat menolongnya.

"Non parlo italiano," Ucapnya lagi ketika pria di hadapannya ini malah terdiam sambil menatapnya dari bawah ke atas.

Perasaan Rosi tidak enak, dan benar saja tidak lama setelah itu. Pria di hadapannya ini mendekat, sambil berbicara yang bahkan Rosi mengerti pun tidak.

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang