[22] Tanpa Di Sadari

16.6K 882 30
                                    


22. Tanpa Di Sadari

  SELURUH siswa terlihat sangat sibuk, dengan berbagai perlengkapan camp yang di bawa mereka. Hanya saja terlihat Revan yang malah mendengus sambil melihat layar ponselnya yang lagi-lagi menampilkan hal yang membuat mood nya semakin turun saja, Panggilan Tidak Di Jawab. Revan menyenderkan bahunya ke tembok dan mengedarkan pandanganya ke seluruh penjuru sekolah, masih tidak terlihat. Sosok itu membuat dirinya ingin memakanya sekarang juga, padahal perlengkapan sudah ia kirimkan kemarin sore. Atau jangan-jangan dia marah gara-gara perlengkapan itu? Oh ayolah, Revan melakukan semua ini tulus karena rasa sayangnya.

  "Revan,"

  Kepalanya langsung ia tolehkan ke arah suara, tepat di sampingnya ada Saras yang memakai perlengkapan lengkapnya. Menawan dan cantik, memang kenyataanya tetapi sifat yang kadang sering menyakiti orang lain membuat dirinya tidak jauh seperti benalu yang terselip di antara bunga-bunga mawar yang indah.

  Revan menormalkan posisinya, "Ya?"

  "Boleh gak? Gue duduk sama lo." Saras tersenyum manis sambil menatap Revan yang membalasnya datar, terlihat lawan bicaranya yang seperti itu menciptakan kerutan tidak enak di keningnya.

  "Oh iya, Meka sendirian dan dia butuh temen cewek." Revan menarik Meka yang berada tidak jauh dari tempatnya, Meka yang sebelumnya mendengar perkataan Revan hanya mendengus lalu nyengir.

  "Mau sama gue Ras? Saras, oh tidak. Saras lo jadi cewek gue sekarang." Meka menaik turunkan alisnya menggoda Saras yang memasang wajah cengonya.

  "Tapi Revan, gue maunya sama lo!"

  Saras menarik tangan Revan yang membuat Meka hanya diam tidak berkutik, sambil menghela nafas pelan Revan tersenyum. "Maaf Saras gue ada urusan."

  "Velma kan!? Cewek itu lagi! Berhenti ngejar dia Revan, cewek yang kayak gitu gak pantes buat di perjuangin. Lo dari keluarga Prayoga, gak sela-"

  "Diem. Jangan ngatur hidup gue, lo tutup mulut atau gue bikin hidup lo hancur."

  "Silahkan, gue akan bilang semuanya, dan bokap gue pasti akan ngelakuin sesuatu kalo tau lo selalu ngacuhin gue, tunggu itu, Revan."

  Revan menghembuskan nafas kasar setelah itu lalu beranjak pergi mencari gadisnya itu lagi, tidak mau memperpusing keadaan dengan gadis yang satu ini. Waktunya juga tinggal 25 menit dan ini cukup baginya untuk menyusul Velma ke rumah.

őőő

  Karena paksaan ibunya, Velma ikut serta di acara camp kali ini. Sebelumnya dari kelas satu, dirinya tidak pernah berpartisipasi sedikitpun mengenai acara sekolah semacam ini. Terlebih perlengkapan berlebihan dari Revan yang membuat ibunya semakin membujuknya untuk ikut. Sangat menyebalkan.

  Bukan karena apa, hanya saja dirinya terlalu takut terjadi hal yang tidak di inginkan dan semakin membuat orang-orang di sekelilingnya membantunya, oh sungguh merepotkan dirinya ini.

  Sudah satu jam lamanya dirinya menunggu mas angkot atau bajaj atau mas ojek lewat. Tetapi sama sekali tidak ada, kalau begini caranya Revan pasti mengamuk di sana menungguinya. Yaampun? Velma terlalu percaya diri berharap Revan menunggunya di sana. Ah ya memang Revan tadi bersikeras untuk menjemputnya dan tentu saja dirinya menolak, Velma tidak mau Revan terlalu berperan dalam kehidupannya.

  Tiin.. Tiin..

  Velma menoleh ke samping kiri, ada sebuah mobil yang berhenti di depannya. Oh apa dirinya terlalu banyak melamun dan melalui beberapa spesies angkot yang lewat tanpa sadar seperti ini, sehingga mobil mewah yang berhenti di hadapannya saja tidak disadarinya.

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang