[10] Alasan Terbesar

23.9K 1.4K 42
                                    


10. Alasan Terbesar

VELMA mencak-mencak sendiri melihat kelakuan Dhirga saat ini, sepupuan tetapi sifatnya tetap sama seperti Revan. Batu! Lihat saja, saat ini Dhirga tengah duduk santai sambil menengadahkan kepalanya keatas memang terlihat sangat mengenaskan. Sudah beberapa lama dirinya berdiri menunggu apa yang akan dipesan oleh cowok di hadapannya ini, ingin pergi tetapi di tahan olehnya.

Semenjak di uks tadi pagi, dirinya memang sudah menanyakan beberapa hal yang malah tidak di jawab sama sekali oleh Dhirga membuat dirinya kebingungan sendiri, Velma juga menanyakan kepada perempuan yang mengantar Dhirga ke uks kenapa bisa terjadi seperti ini tetapi Rosi memilih untuk bungkam.

  "Dhirga, lo kenapa si? gue mau kerja." Terlihat Dhirga meliriknya sekilas lalu menghembuskan nafas kasar "Gue pembeli dan setau gue pembeli itu raja." Velma mendengus sambil mengusap dadanya, sabar.

  "Gue harus berdiri di sini berapa jam lagi." Lirih Velma memegangi kepalanya yang pusing akan tingkah Dhirga yang biasanya ramah berubah drastis menjadi dingin dan suka memaksa persis seperti Revan, tetapi mungkin ini lebih parah.

Revan tadi izin untuk pulang duluan karena akan manggung di salah satu cafe, membuat Dhirga kembali berani memaksanya pulang bersama seperti ini.

  "Gue pesen, nasi dua porsi. rendang. nasi goreng. ayam bakar. risoles keju. barbeque. ayam panggang. air minum segalon."

Velma mengerjapkan matanya, sungguh di luar dugaannya itukan makanan warteg semua kok, Dhirga?

  "Serius!? Lo yaampun Dhir-"

  "Pesenin aja yaelah, cepet." Velma mendengus lalu mencatatnya dengan sabar, hidup dikelilingi dua orang yang bisa-bisa membuatnya gila dalam waktu dekat ini.

  "Oke tunggu." Velma menyerahkan sekertas lain yang berisi pesanan Dhirga agar tidak ada kesalahan sambil berlalu meninggalkanya yang malah meringsut memandangi pemandangan diluar.

Semenjak beberapa minggu lalu untuk pertama kalinya dan malah keterusan dirinya menjadikan tempat ini sebagai tempat favoritnya, disamping memudahkannya melihat mobil kesayangannya tetapi juga untuk sekedar melihat cewek cakep, lumayan karena dari luar mereka tidak bisa melihatnya.

  Drrt..Drrt

Ponselnya menyala membuat Dhirga langsung melihatnya, nama yang tertera dalam layar ponselnya hampir membuat dirinya muntah saat itu juga, 'Rosi selingkuhan Revan' , Dhirga mendesis sejak kapan dirinya mempunyai kontak cewek aneh itu?

  Rosi selingkuhan Revan : Buku biologi gue kebawa gak sih sama lo?

  Dhirga : Lo ke restoran amora sekarang, temenin gue.

  Rosi selingkuhan Revan : Otw.

Dhirga tersenyum, lumayan buat menemani dirinya makan sebanyak itu. Memang seperti ini jika dirinya sedang frustasi atau mempunyai banyak beban.

Velma yang sedari tadi memperhatikannya dari balik kasir hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, di dalam benaknya tersimpan banyak pertanyaan untuk cowok itu, Devi yang sedang membaca pesanan Dhirga melotot kaget "Ngapain dia pesen air segalon!?" Pekiknya membuat Velma langsung menggigit bibir bawahnya.

  "Layanin aja, dia keluarga Prayoga." Devi mendengus, "Iya tapi gue gak habis fikir sama dia deh! kayak yang lagi patah hati, konyol." kemudian Devi meninggalkannya yang semakin kebingungan.

  "Dia minta kamu yang layaninnya ya?"  Velma terkesiap ketika melihat pak Yosep tiba-tiba ada dihadapannya, setelah mencerna kata-kata yang dilontarkan Yosep tadi dirinya hanya mengangguk pelan, "Sabar ya? orang sabar pasti penyabar."

Velma mengusap wajahnya pelan, apaan sih si bapak ini kayaknya mau ngelucu tapi sumpah garing banget! Velma hanya tersenyum paksa lalu kembali memikirkan hal yang tidak seharusnya di fikirkan.

őőő

Rosi membuka pintu restoran yang ramai itu dengan cepat, lalu matanya ia edarkan untuk mencari seseorang yang mengajaknya untuk kesini tadi. Setelah beberapa saat berdiri seperti orang gila, Rosi langsung sumringah ketika melihat Dhirga yang sedang melamun di ujung sana.

Kakinya ia langkahkan dengan cepat, tangan satunya ia gunakan untuk memegang pengait tas berwarna hijau kesukaannya, Rosi meringis ketika melihat keadaan Dhirga yang mengenaskan. Dirinya tau kalau Dhirga sedang galau tingkat dewa pokoknya! Dan ini saatnya dia harus menghiburnya, 'ada' ketika Dhirga membutuhkan salah satu cara membantunya juga kan?

BRAK

  "Hoy!" Dhirga terkesiap kaget namun hanya sekilas membuat Rosi mengerucutkan bibirnya "Dhirga, gue baru tau cowok cool kayak lo bisa galau nyampe kayak gini."

Dhirga meliriknya sekilas membuat Rosi memasang wajah betenya "Gue udah kesini malah dicuekin" Mendengar itu, Dhirga langsung menormalkan posisi duduknya "Mending gak di kelabang."

"Ah? Cantikan gimana? gini ya? sebenernya sih mau gue kelabang tapi berhubung memakan waktu cukup lama gue urungin deh, takut lo kelamaan nunggu." Dhirga menatap Rosi yang juga sedang menatapnya.

  "Biasa aja, eh iya lumayan beda." jawaban yang diberikan Dhirga tambah membuatnya kesal, ambigu! "Uh dasar! udah deh, kalo lo beneran sayang sama dia lo pasti ngerelain dia kok." Rosi kemudian duduk di hadapan Dhirga yang terlihat tengah berfikir keras.

  "Justru itu, Velma gak akan pernah bahagia sama Revan."

Rosi melotot hendak memprotes sebelum Dhirga melanjutkan perkataannya "Karena apa? Karena keluarga Prayoga gak akan ngebiarin anak kesayangannya jatuh cinta sama cewek seperti Velma. Lo tau kan? Prayoga menjunjung tinggi derajat apalagi kekayaan."

Hening, keduanya terlihat berfikir keras. Rosi benar-benar tidak berfikir sejauh apa yang difikirkan oleh Dhirga, pantas saja Dhirga frustasi berat.

  "Dan gue tau, sekalinya Revan jatuh cinta dia gak akan pernah sekalipun ngelepas cewek itu Ros, sekeras apapun dia akan mempertahankan Velma." Dhirga mengusap wajahnya pelan sebelum melanjutkan perkataannya lagi "Tapi justru itu yang akan membuat Velma makin jatuh, gue takut kalo Velma akan jatuh sejatuh-jatuhnya tanpa bisa dia kembali untuk bangkit lagi karena keluarga Prayoga gak akan ngebiarin Velma baik-baik aja sebelum dia pergi jauh dari kehidupan Revan."

  "Terus? Lo juga keluarga Prayoga kan!? Kenapa lo malah ngebuat hal yang sama kayak Revan? Lo malah ngebuat Velma semakin menderita Dhirga! Apa bedanya lo sama Revan!?"

Rosi benar-benar tidak habis fikir dengan pria dihadapannya ini, sebelum Dhirga sempat membalas perkataannya Velma datang dengan beberapa piring di tangannya "Seru banget." Ucapnya diselingi senyuman manis yang membuat Rosi ikut tersenyum kikuk takut Velma mendengar pembicaraanya dengan Dhirga tadi.

  "Air segalon nya nanti, tunggu dulu." Velma melirik sinis kearah Dhirga yang malah menutup wajahnya menggunakan daftar menu.

  "Air segalon!?" Cicit Rosi tidak percaya, Velma mengedikkan bahunya "Iya, tadi Dhirga pesen air segalon. Datengnya palingan lima menit lagi yaudah gue ke belakang dulu." Rosi menatap punggung Velma sambil menghembuskan nafas lega "Kayaknya dia gak denger pembicaraan tadi."

Dhirga langsung duduk normal lagi "Syukur deh." Ucapnya acuh, Rosi menatap semua makanan yang ada di hadapannya "DHIRGA LO KENAPA PESEN SEBANYAK INI!?" pekiknya

  "Makan aja! Rejeki!"

őőő

Ddyulian

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang