[43] Titik Kelemahan

11.1K 637 36
                                    


43. Titik Kelemahan

  RUANGAN ini hanya ramai dengan bunyi buah-buahan yang sedang dikupas oleh Saras. Satu-satunya perempuan yang berada dalam kamar Revan. Lingga duduk di dekat jendela sedangkan Meka memainkan puzzle frozen yang katanya milik Ran, adik Revan. Sementata itu, Revan terbaring di tempat tidurnya.

  "Sudah jadi." Saras tersenyum sambil membawa buah apel, "Nih makan... Aaaa..."

  Revan menggeleng pelan, "Gak usah. Udah kenyang tadi."

  Saras mendengus sambil meletakan buah apel itu dimeja, "Beberapa hari lo gak makan. Terus perut lo apa kabar? Masa cuma diisi sama roti dan susu, lo kenyang?"

  "Gue baik-baik aja."

  Sementara itu, Meka beranjak dari kursi dan terduduk di karpet berwarna abu-abu ketika puzzelnya sudah tersusun rapi. "Makan buahnya Van, lo harus fit. Gimana mau masuk sekolah kalo keadaan lo kayak gini."

  "Perhatian lo, Mek. Geli, lagian gue baik-baik aja."

  "Serius Meka ’tuh, malah dianggap becanda. Gimana sih." Saras langsung mengambil buah itu kembali untuk disuapi kepada pria dihadapannya ini, "Coba makan, enak kok. Aaaa..."

  Dengan sedikit paksaan, Revan mulai membuka mulutnya dan menerima suapan dari Saras yang malah tersenyum puas. "Aduuuu, muka lo lucu banget."

  "Dhirga... Nyusul Velma?"

  "Hm."

  Lingga beranjak dari kursinya lalu mengikuti langkah Meka, terduduk di karpet abu-abu sambil menyalakan televisi.

  "Kenapa dia kesini?" Hening sejenak, "Maksud gue, Velma."

  "Dia khawatir, bego."

  Revan terdiam ketika Lingga berbicara seperti itu, sementara Meka mulai mencium bau-bau keributan. Untuk mengantisipasi, Meka bersiap untuk menjadi penengah sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, apalagi sebentar lagi UN akan dilaksanakan.

  "Gue gak ngerti sama dia, sebenernya dia itu mau gue perjuangin atau bagaimana. Gue harus kayak gimana lagi sama dia, gue sayang dia emang."

  Hening.

  Saras masih sibuk dengan buahnya, sedangkan Meka dan Lingga memilih untuk bungkam. Walaupun sebenarnya, Meka sudah ingin mengungkapkan penderitaan yang dialami Velma selama Revan tidak ada, tapi mengingat kondisi Revan yang seperti ini, Meka mengurungkan niatnya.

  "Tapi kalo kayak gini, gue mau nyerah. Gue baru sadar kalo ada perempuan yang juga ngebutuhin gue, selain Velma. Gue nyerah bukan berarti perasaan gue hilang begitu aja, tapi lo pada tau? Apa yang lebih menyakitkan daripada ditinggalkan? Itu pura-pura dicintai."

  Lingga menggeram ketika mendengar penuturan dari sahabatnya itu, "Gila. Setelah semuanya lo perjuangin buat dia, bahkan kita juga ikut kena ampasnya, lo mau nyerah gitu aja? Lo payah, kalah sama bokap lo."

  "Maka dari itu, gue mau nyerah sama bokap gue. Setelah itu, urusan selesai ‘kan? Biarin dia bebas, milih hidupnya. Gue sadar, gue terlalu ngekang dia. Gue cuma beban dia, gara-gara gue... Dia jadi punya masalah. Dan dia bilang, gue ini sebagai sumber keuntungannya dia aja, jadi gue milih buat mundur. Masalah perasaan, biar gue yang ngatasin."

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang