[21] Tidak Semudah Itu

16.2K 929 23
                                    


21. Tidak Semudah Itu

  VELMA terdiam, diam adalah satu-satunya cara untuk menenangkan hatinya saat ini. Setelah beberapa menit yang lalu, sudah dia duga, hal yang selama ini dia takutkan akhirnya berujung kenyataan. Velma bingung, apakah yang dilakukannya kini benar atau justru tambah membahayakan dirinya.

  Walaupun dirinya tergolong ke dalam kategori peringkat atas dalam hal pengetahuan, tapi sungguh mengenai penyakit ini dirinya sama sekali tidak ingin mengetahuinya. Velma menggigit pelan bibir bawahnya sambil menghirup nafas pelan, tatapannya kosong saat ini biarkan dirinya berfikir sebentar.

  Dokter Naufal yang berada tepat beberapa centi di belakangnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tadi gadis itu memintanya untuk menutup mulut tentang hal ini. Tentu saja dirinya tidak mau melakukannya, bisa terluka harga diri dokter yang melekat padanya. Tetapi jika melihat keadaan Velma yang memang sangat sulit, harga dirinya juga seolah terinjak kembali mengingat dulu dirinya pernah mengecewakan gadis kecil yang berujung kepahitan dan efeknya masih membekas sampai saat ini.

  Dan keputusan dealnya, dia akan melakukannya, sekalipun nyawa taruhannya jika Revan mengetahuinya, "Baiklah," Dokter Naufal beranjak dari tempat duduknya. Velma terlihat sedikit menolehkan kepalanya walaupun matanya tetap lurus ke satu arah di depannya.

  "Saya akan menutup mulut pada semua orang tentang hal ini, asalkan dengan satu syarat."

  Velma mengerjapkan matanya lalu menatap dalam ke arah dokter Naufal yang terlihat menyunggingkan senyum masamnya, berharap dokter Naufal benar-benar membantunya saat ini.

Sepersekian detik selanjutnya, Velma mengangguk pelan.

őőő

  Sambil memegangi tangan mungil indah milik Ran, Revan mengusap kening gadis kecil itu. Di dunianya hanya Ran yang selama ini selalu berada di sisinya, apapun itu Revan berjanji akan selalu menomorsatukan adiknya ini. Semampu mungkin.

  Setelah sejam yang lalu dirinya meninggalkan Velma dan dokter Naufal di ruangan itu, Revan mulai terlihat gusar. Memang dirinya bisa dibilang jahat karena sudah memaksa gadis itu untuk ke rumah sakit dan setelah itu malah meninggalkan Velma begitu saja sendirian.

  Matanya terus-terusan melirik kearah pintu, berharap dokter Farhan cepat kembali setelah tadi meminta izin untuk pergi ke lab memeriksakan sesuatu karena Ran belum juga sadar. Revan mengusap wajahnya pelan, seluruh kepalanya hanya di isi oleh bayang-bayang gadisnya saja. Apalagi nanti lusa dirinya akan melakukan kegiatan camping.

  Untung saja dirinya sudah menghubungi Naufal untuk mengetahui keadaan Velma yang katanya baik-baik saja dan hanya kecapean, itu lumayan membuat hatinya lega saat ini walaupun ada sedikit perasaan tidak enak yang sedari tadi terus mengganjal di hatinya.

  "K-kak.."

  Walaupun dirinya tau menyayangi Velma itu salah satu resiko yang sangat besar, Revan akan tetap berjuang. Lebih baik mengejar Velma kan daripada mencari orang pengganti yang sama seperti Velma, itu susah. Bahkan tidak akan ada lagi di dunia ini.

  "Kak.. Evan."

  Revan mengerjapkan matanya dan langsung menoleh kearah samping, senyumnya merekah ketika melihat Ran sudah sadar dengan segera Revan beranjak dari tempat duduknya "Tunggu disini sebentar, kak Evan mau manggil dokter ya?"

  Ran mengangguk lemah sambil menatap sekeliling, matanya memancarkan harapan yang tidak terbalaskan. Ran berharap kedua orang tuanya ada di sini, menemaninya. Walaupun dirinya sangat masih kecil untuk mengerti urusan dewasa tetapi tetap saja Ran butuh kasih sayang dan berbagai bentuk perhatian dari orang tuanya, untuk sama seperti yang lain juga untuk menguatkan dirinya bertahan di dunia ini.

őőő

  Setelah menerima satu pesan dari Revan, Naufal langsung mengajak Velma untuk pulang walaupun gadis itu bersikeras menolak di antarkan olehnya.

  "Kamu saya antarkan saja."

  Velma tersadar dari lamunanya dan langsung menatap dokter Naufal yang sedari tadi hanya memainkan ponselnya, "Revan terlihat sangat sibuk."

  "Oh, e-em.. gak usah." Terlihat kernyitan dahi milik dokter Naufal membuat Velma mengerjapkan matanya "Ja-jangan, kalau gitu saya bisa pulang sendiri."

  "Revan akan mengamuk jika tahu kekasih hatinya pulang sendirian," Dokter Naufal tersenyum kecil membuat pipinya merona seketika, "Kamu sangat menarik, tetapi sayangnya milik orang lain. Dan itu Revan, jika tidak sudah saya ajak ke pelaminan kamu."

  Velma mengerjapkan matanya sambil memasang wajah takut, Naufal menyadarinya dan langsung memamerkan tawaan di bibirnya yang sangat menawan, "Saya hanya bercanda, bisakah kita langsung ke mobil atau memang kamu mau berlama-lama di sini bersamaku?"

  "B-baiklah, kita ke mobil sekarang." Velma langsung gelagapan menuju pintu keluar, sementara Naufal menyunggingkan senyuman gelinya sambil menatap gadis itu yang sekarang mendahuluinya, padahal dirinya yakin seratus persen kalau Velma tidak tau mana mobil miliknya itu.

  Dan benar saja, tepat beberapa langkah di parkiran sana, Velma berdiri menunggunya. Naufal hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil merogoh kunci mobil di dalam saku jins nya, Velma meliriknya sekilas lalu mengikutinya dari belakang.

  "Kenapa kamu malah berhenti?"

  "Saya tidak tahu harus kemana,"

  "Ikuti saja."

  Velma mengangguk pelan, Naufal berusaha mensejajarkan langkahnya dan langsung melangkah menuju mobilnya yang sudah terlihat di sana.

  Brugh

  "Akhirnya mobilku kembali di naiki oleh gadis cantik lagi," Naufal terkekeh membuat Velma semakin takut "Jangan panggil dokter di sini ya? Aku gak lagi bekerja."

  "I-iya," Velma hanya mengangguk pelan lalu menghirup nafas sebanyak-banyaknya. "Bisa ceritakan bagaimana Revan bisa jatuh cinta kepadamu?"

  Kepalanya langsung ia tolehkan ketika Naufal melontarkan kalimat yang membuatnya mengingat sesuatu "Saya juga tidak tau, Revan datang lalu membuat saya kesal dan langsung menyatakan bahwa sekarang saya pacarnya."

  Naufal terkekeh, "Revan memang belum pernah pacaran setauku."

Senyuman malu tersungging di bibir tipisnya, Velma merasa bersyukur kalau dirinya yang seperti ini bisa membuat seorang Revan jatuh cinta. "Tetapi kamu harus selalu ingat ini, Velma."

  Velma menatap Naufal yang tengah memfokuskan pandangannya ke depan, menunggu kalimat apa yang akan dilontarkanya setelah itu. "Keluarga Prayoga tidak akan semudah ini menerima kamu sebagai kekasih Revan,"

  "Bagaimanapun juga, Revan anak pertama dan yang paling di banggakan. Akan menjadi penerus keluarga Prayoga yang hebat ini, dan asal kamu tau. Minggu depan, Ayah dan Ibu dari Revan akan pulang kembali ke Indonesia."

  Velma mengerjapkan matanya lalu menatap lurus ke depan, hatinya tidak enak sangat tidak enak. Berbagai argumen berkecamuk di dadanya, mengenai segalanya. Tentang ketakukan akan kehilangan sosok yang selama ini telah membuat percaya dirinya kembali, Revan.

  Tidak semudah itu..

őőő

Ddyulian

I Love You, RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang