Four

45.5K 2.9K 7
                                    

Princess Prilly POV

Sesuai janjinya tadi siang, Ali akan mengajakku pergi ke suatu tempat. Entah kemana, aku tak begitu ambil pusing aku hanya mengikut apa katanya. Lagi pula dia suamiku, tak mungkin juga dia akan mencelakakan aku dan anak yang ku kandung ini yang katanya ia anggap sebagai anaknya sendiri.

Styleku hari tak terlalu ribet, dress hitam panjang yang sedikit mengetat membalut ramping tubuhku yang semampai. Dibagian perut terlihat sedikit terlihat buncut namun tak seberapa. Aku memilih menggunakan sepatu high heels yang tidak seberapa tinggi. Setelah selesai semua aku turun menemuinya yang kebutulan sudah menungguku di ruang tengah bersama Bunda.

Dia tersenyum ke arah ku. Dia bangkit dan menyambutku ketika aku baru saja turun dari anak tangga. Sungguh, kalau boleh jujur malam ini ia terlihat tampan sekali. Dengan stelan jas rapi yang tak ku duga serasi dengan warna dressku, hitam. Rambutnya dimodel jambul, menambah ketampanannya.

"Udah siap, Princess?!" Tanyanya yang senang hati ku senyumi dan aku angguki. "Yaudah yuk jalan, keburu malem!"

Dia menyodorkan lengannya untuk ku rangkul. Dengan senang hati aku menurutinya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk bisa menjadi seorang istri yang baik untuk suamiku.

"Bun, Ali sama Prilly pergi dulu yah, asalamualaikum.." ucapnya pamit pada Bunda.

"Iya, walaikumsalam. Hati-hati yah.. Bunda titip mantu kesayangan bunda.. dijaga ya Li.." ucapan Bunda yang hanya dibalas dengan acungan jempol dari dirinya.

Dia membukakan pintu mobil untukku. Dengan riang aku tersenyum dan berkata terima kasih tanpa suara sebelum masuk ke dalam mobil.

Mobil melaju namun selama perjalanan itu kita hanya diselimuti rasa canggung dan gengsi untuk memulai pembicaraan.

Bukan aku kalau suka suasana hening, aku akhirnya mencoba mencairkan suasana dengan mengotak-atik radionya.

"Kamu gak ada CD apa gitu?! Sumpah bosen. Siaran radionya ini juga gak ada yang asik buat didenger.." ucapku.

"Ada kok, di dashboard.." jawabnya singkat. Aku segera membuka dashbornya dan mencari CD yang enak untuk didengarkan. Aku menemukan sebuah CD milik artis yang mempunyai nama sama denganku, Prilly. Yaps, Prilly Latuconsina.

"Suka sama Prilly yah?!" Tanyaku ketika lagunya mulai diputar.

"Iya." Jawabnya singkat sambil terus fokus pada jalan.

"Sejak kapan jadi Prillvers?!" Tanyaku.

"Prillvers?"

"Iya, nama penggemarnya Prilly kan Prillvers.."

"Kamu punya penggemar?"

"Kok jadi aku. Bukan Prilly aku, tapi Prilly Latuconsina. Artis yang lagi naik daun itu loh..."

"Oh, aku kira kamu. Gak sih, aku cuma suka biasa aja sama dia, suka karya-karyanya." Ucapnya yang hanya ku balas dengan membulatkan bibir membentuk huruf "O".

"Btw, ini kapan nyampenya sih?!" Tanyaku yang sudah merasa jenuh.

"Entar lagi.." ucapnya.

"Getaran ini ada, saatku tau kau tak pernah menatap yang lebih dalam, selain hubungan ini, terjalin dengan tulus dalam sebutan sahabat hidup.." Huft. Sumpah bosen banget. Akhirnya aku memilih bernyanyi-nyanyi mengikuti musik untuk menghilangkan rasa jenuhku.

"Suara kamu bagus. Gak kalah sama Prilly Latuconsina.." aku tertawa mendengar pujiannya. Dia berniat memuji atau menyindir secara halus? Secara di kenyataan banyak orang (dulu) yang bilang suara aku itu cempreng pake banget-nget-nget.

Mr. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang