Five

45.3K 2.7K 9
                                    

Pagi menjelma, seperti biasa Ali harus pergi ke rumah sakit. Prilly menyiapkan semua barang-barang yang akan dibawa Ali ke rumah sakit. Ia merapikan jas dokter yang Ali kenakan serta jambul Ali yang menambah ketampanannya tersebut.

"Morning smile.." ucap Ali membuyarkan lamunan Prilly. Yah, entah apa yang Prilly pikirkan, dia tersenyum sendiri saat merapian jas dokter Ali. "Kamu kenapa?!" Tanya Ali.

"Gapapa kok. Seneng aja. Pengalaman baru, pagi-pagi bangun siapin perkakas kerja suami trus rapiin pakaiannya trus anterin dia ke depan gerbang trus..."

"Trus aku cium kening kamu, trus aku keblabasan cium bibir kamu.." potong Ali yang sungguh ngelantur dan membuat pipi Prilly bersemu.

"Apasih?! Kamu mah gombal ae.." ucap Prilly yang tersipu sambil sesekali memukul dada bidang Ali pelan. Mereka berdua pun tertawa bersama.

Prilly yang terlalu lepas tertawa hingga tak sadar akan terjatuh dengan sigap dan cepat Ali meraih pinggang istrinya tersebut. Memeluknya. Prilly memejamkan matanya.
"Dipelukmu seperti ini, serasa tak ingin ku lepaskan. Walaupun itu hanya sedetik saja." Batin Prilly sebentar, ia sadar apa yang dipikirkannya itu mustahil. Menikah saha baru beberapa minggu, sebulan saja belum ada. Mana mungkin ada... Gak. Mustahil.

Tak lama Ali sedikit mengendurkan pelukannya. Kaitan tangan di pinggang Prilly masih terkunci rapat. Menatap dalam wajah Prilly yang baru Ali sadari sangat cantik dengan mata hazel, hidung mancung, pipi chubby, dsb, semuanya terlihat sempurna. Sangat cantik. Ali mendekatkan wajahnya. Menempelkan dahinya di dahi Prilly sehingga hidung mancung mereka saling bertemu. Ali teris memandangi wajah Prilly. Jujur, ini membuat Prilly tak nyaman.
"Menatapmu sedekat ini, serasa tak ingin aku berpaling. Walaupun itu hanya sesaat saja." Batin Ali yang juga hanya sebentar. Mareka saling berpaling. Tak berani saling memandang muka lagi. Ali yang gugup ingin berpamitan dengan Prilly jadi tak berpamitan. Hanya sekedar mengucap kata, "Aku pergi" lalu keluar dari kamar.

Prilly terduduk lesu disofa. Ia memejamkan matanya. Mencoba melupakan kejadian yang baru beberapa menit lalu terjadi.

*Kling*
Prilly mengernyitkan dahinya saat mendengar suara seperti suara notifikasi ponsel. Tapi ponsel siapa? Perasaan, sejak kejadian itu Prilly sama sekali tak memegang ponsel sama sekali. Prilly bangkit, menjelajahi ranjang, mencari ponsel tersebut.

"Ketemu.." pekik Prilly saat menemukan ponsel itu di bawah bantal Ali. Yah, memang itu ponsel Ali.

Ia membuka ponsel tersebut, terdapat notifikasi BBM. Karena penasaran Prilly membukanya.

Melani Najwa: PING!!!

"Melani Najwa?? Itukan, nama panjangnya Lani.." gumam Prilly saat melihat nama pengirim pesan.

Dr. Ali: Iya?

Tak butuh waktu lama Lani pun membalasnya.

Melani Najwa: Sayang, maafin gue pasal kemaren ya! Please... gue janji gak akan ngomong macem-macem lagi sama istri yang lo nikahi hanya atas dasar rasa iba. Gue tau kok rasa sayang lo masih sepenuhnya buat gue.

"Sayang? Maksudnya apa sih? Ali nikahi gue cuma karena rasa iba?" Gumam Prilly sendiri muali bertanya-tanya sendiri. Pikirannya mulai menjalar berfikir yang tidak-tidak.

*

Sementara Prilly gelisah di rumah, dibubuhi banyak tanya, Ali di rumah sakit tak fokus kerja. Ia seperti orang gila yang segampang itu ketawa atau senyum sendiri.

"Dokter Ali gak apa-apa kan?!" Tanya seorang suster yang mendampingi dokter Ali menjalankan kegiatan pemeriksaanya hari ini.

"Oh, gak apa-apa kok Sus, saya baik-baik saja!" Jawab Dokter Ali lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti karena kegilaan fikirannya yang terus mengarah kepada kejadian tadi pagi. Sungguh istrinya itu saat ini tlah meracuni otaknya. Apakah mungkin cinta itu sudah hadir pada Ali? Kalau pun iya, apa Prilly juga merasakannya? Apa cinta ini hanya hadir sepihak saja??

Mr. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang