Rasanya malas sekali harus membuka matanya dan bangkit dari tempat tidur, tapi bagaimana lagi itu sudah menjadi kewajiban bagi Prilly menjadi seorang istri. Sungguh baru kali ini ia merasakan tak enaknya mempunyai bayi, tengah malam ia harus bangun dari kantuknya menenang Digo yang rewel. Yah, 2 hari lalu Prilly dan Digo sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Ia membuka matanya, meraba-raba sisi samping ranjangnya tak ada 2 laki-laki tersayangnya itu di sampingnya. Ia membenarkan bajunya yang semalaman terbuka untuk menyusui Digo. Ia turun dari ranjang menengok box bayi Digo yang berhadapan langsung dengan tempat tidurnya. Kosong. Tak ada Digo di sana. Prilly keluar dari kamar mencari kedua manusia yang sangat ia cintai tersebut.
Begitu bahagianya Prilly mendapati pemandangan baru di hadapannya tersebut. Ali tengah menggendong Digo yang berjemur di bawah sinar matahari pagi di halaman belakang.
"Li.." Panggil Prilly membuat Ali menoleh.
"Kok di gendong sih?? Kenapa gak ditaruh deluxe baby bather nya aja. Kan kalo kayak gini kamu juga yang kepanasan." Ucap Prilly sambil mengelap keringat di dahi Ali.
"Gapapa Pril, pengalaman barulah jadi Ayah, hehehehe..." jawab Ali enteng.
"Emang Digo udah mandi??" Tanya Prilly.
"Udah dong. Yakan Digo?!"
"Siapa yang mandiin?? Ros??"
"Iya tadi mbak ros yang nyiapin air, sabun, sampo dan segala macamnya."
"Aku gak nanya siapa yang nyiapin, ih. Aku nanya siapa yang mandiin, bukan nyiapin."
"Siapa Digo?? Jawab atuh mamanya."
"Papa ya yang mandiin?!" Tebak Prilly yang hanya dibalas dengan senyum Ali.
"Abis kamu, Digo nangis histeris kayak apa tau kamu gak bangun-bangun. Pampersnya bocor juga tadi pagi, jadi langsung aku mandiin aja."
"Ya maaf, semalaman aku bergadang. Baru bisa tidur jam 4 masa."
"Ya itulah resiko punya bayi, sayang. Nanti klo Digo udah gede juga kamu bisa tidur lelap kayak biasanya."
"Iya juga sih. Eh, kamu gak kerja??"
"Kerjalah."
"Yaudah sini Digonya. Kamu mandi sana, siap-siap ke rumah sakit." Ucap Prilly.
"Iya iya, mama bawel." Balas Ali seraya menyerahkan Digo pada Prilly lalu berlalu masuk ke dalam rumah untuk bersiap diri menuju rumah sakit. Menjalankan kewajibannya menjadi seorang Dokter. Sebelum berlalu masuk, Ali sempatkan diri untuk mencium bibir Prilly sekejap.
Prilly berjalan mendekati ayunan di sekitarnya dan duduk di sana sambil mengelap lembut keringat-keringat yang ada di sekujur Digo yang masih terbalut dengan handuk bayinya.
"Mbak..." Ros datang sambil membawa bedak, minya telon, baju, popok dan bedong Digo ketika Prilly sibuk menciumi perut gembul anaknya tersebut.
"Eh ada mbak Ros. Ada apa mbak Ros??" Tanya Prilly dengan nada anak kecil mewakili sosok Digo yang masih tidak bisa bicara. Sangat menggemaskan, yang menggendong bayi. Hihihi.
"Ini, pakaiannya dek Digo." Ros memberikan apa yang ia bawa pada Prilly.
"Makacih, mbak Ros. Baik deh sama Digo," ucap Prilly sambil menerima apa yang diberikan oleh Ros tersebut.
"Eh, kamu ngambil baju Digo nya gimana? Kan di kamar Ali lagi ganti,""Ini tadi diambilin mas Ali mbak, trus dikasihin ke saya. Tadi mas Ali masih pake baju kok mbak, tenang aja. Saya gak ambil kesempatan dalam kesempitan. Saya tau posisi saya di sini sebagai apa. Saya juga gak doyan lihat badan suami orang, mending-mending juga lihat badan dek ganteng Digo. Hihihi. Biar saya aja sini mbak yang bajuin adek Digo, mbak Prilly layanin mas Ali aja sana. Kan mau berangkat kerja." Prilly mengangguk setuju apa kata Ros. Ia memberi alih Digo pada Ros, lalu ia berlalu menuju kamar menghampiri Ali.
*Klekk...*
"Sayang..." Panggil Prilly membuat Ali yang hendak memakai jas dokternya menoleh terlebih dahulu pada dirinya.
"Kamu kok di sini?? Digo mana??" Tanya Ali sambil memakai jas dokternya dan dibantu oleh Prilly.
"Sama Ros," Jawab Prilly santai. "Kasihan kayaknya dia pengen banget dari kemaren gendong Digo, ya udah aku kasih aja." Terang Prilly agar Ali tak marah. Takutnya nanti Ali marah kalau Digo segampang itu diberikan ke pada orang lain. Meskipun Ali bukan ayah kandung Digo, tapi jangan salah, Ali sangat sayang dan posesiv pada Digo. Terkadang sifat itu membuat Prilly bangga dan bahagia, terkadang juga Prilly cemburu. Ia merasa tersaingi dengan anaknya sendiri.
"Pagi ini Papa's time." Goda Prilly membuat Ali terangsang. Ali mulai mendekat dengan tatapan seperti macan yang akan menerkam mangsanya. Dipojokkannya Prilly di sudut kamar. Tangan Ali dengan lembut membelai rambut dan wajah Prilly. Perlahan wajah mereka mendekat, kecupan pertama dari Ali mendarat langsung ke bibir tipis Prilly. Mungkin awalnya hanya kecupan namun lama-kelamaan kecupan lembut itu berubah menjadi lumatan yang ganas.
Seakan tak mau kelewatan batas, Ali menyudahi aksinya pagi ini. Ada rasa tak ikhlas di hati keduanya. Namun bagaimana lagi, belum saatnya mereka melakukan yang lebih. Digo masih terlalu kecil untuk mempunyai adik. Ia masih butuh kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya.
"Belum waktunya sayang, Digo masih terlalu kecil. Dia masih perlu kasih sayang penuh tak terbagi dari kita." Ucap Ali menjawab kekecewaan Prilly. Ia mengecup dahi Prilly dalam dan cukup lama.
"Aku kerja dulu yah! Kamu jaga Digo baik-baik di rumah. Aku sayang kamu. Sayang Digo. Sayang keluarga kecil kita." Ucap Ali tulus.
"Iya, aku pasti jaga Digo kok. Kamu hati-hati yah, jangan kebut-kebutan nyetirnya. Jaga mata dan hati kamu juga buat aku dan Digo. Jangan lirik-lirik yang lain. Jangan sampe kejadian yang dulu terulang kembali. Aku juga sayang sama kamu, Digo dan keluarga kita ini."
"Pasti sayang." Ucap Ali sambil mengacak rambut Prilly yang memang masih berantakan. Ia mengecup kening, hidung, pipi, dan bibir Prilly secara bergantian setelah Prilly mencium tangannya tunduk.
Setelah mengantar kepergian Ali, Prilly kembali masuk ke kamar untuk membersihkan dirinya. Selagi Digo masih nyenyak bersama Ros. Hari ini Prilly berdandan seadanya, hanya menggunakan duster batik berwarna biru. Make upnya pun hanya sekedar polesan bedak tipis. Rambutnya dijedai ke atas melihatkan leher jenjangnya. Sungguh dandanan Prilly hari ini sudah seperti ibu-ibu rumah tangga pada umumnya. Namun, kecantikan Prilly masih jelas terlihat di wajah bahagianya.
*************************
Maafin aku😣
Aku gak maksud PHPin kalian😢
Alasan kenapa aku gak next,
1. Lagi banyak PR/ Tugas (Sibuk sekolahlah pokoknya)
2. Banyak masalah yang lagi melanda (Dari cekcok pertemanan sampai HTSan aku yang cuma jadi bahan gantungan, #ngenest😭😝)
3. Gak ada ide, gak ada mood.
Mood sama ide aku lagi ada di Pengamen Ayu ➡ https://www.wattpad.com/story/80193945?utm_medium=link&utm_content=story_info&utm_source=android
Jadi, ceritanya itu aku lagi terlibat project sama @storydap_ dan Pengamen Ayu itu karya aku, alibaba. Cerita bergenre Fanfiction, teenstory.
Di situ kalian bisa belajar bahasa sehari-hari yang aku pake di sini, di kotaku ini, Surabaya.
Baca yah baca!!!
Votment jangan lupa!
Di PA sama di cerita ini.
Okeoke,Thanks before😙
Alofu😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Doctor
FanfictionSendiri selama 28 tahun tidak menjadi beban bagi seorang dokter tampan yang sangat dikagumi tersebut. Namun, ibunya selalu mendesaknya agar cepat menikah. Dokter tampan ini termasuk anak yang sangat berbakti kepada sang ibu. Ia selalu menurut apa ka...