Eight

39.4K 2.7K 13
                                    

Seperti biasa, rutinitas Ali sebagai dokter berjalan lagi seperti hati-hari sebelumbya ketika memasuki hari Senin. Dengan lihainya tangan mungil istri cantiknya itu merapikan pakaiannya.

"Li..." panggil Prilly yang masih sibuk merapikan pakaian yang Ali kenakan.

"Hm" Ali membalasnya hanya dengan deheman. "Ada apa?" Tanya Ali.

"Kapan kita kasih tau Bunda sama Papi tentang kehamilan aku ini?" Tanya Prilly yang membuat Ali pun bingung harus menjawab apa.

"Sabar ya sayang, mengkin satu bulan lagi. Tunggu sampai mereka bertanya baru kita menjawab..."

"Maksud kamu?" Tanya Prilly yang tak mengerti perkataan yang dilontarkan suaminya tersebut.

"Yah, suatu saat nanti pasti mereka akan bertanya, "Kalian kapan kasih kita cucu?" Dan di situlah kita akan jawab dan buka semuanya.."

"Buka semuanya? Maksud kamu, kamu bakal bilang kalau anak ini sebenarnya bukan anak kamu dan dia ada sebelum kita menikah gitu?!"

"Enggak sayang, maksudnya kita buka semuanya. Kita bilang kalau kamu udah hamil.. aku gak mungkinlah bilang kalau dia ada sebelum kita menikah. Dia itu anak aku, seklipun bukan anak kandung tapi aku merasa aku ayahnya dan kamu ibunya.."

Prilly pun terharu, dia terisak di dekapan suaminya tersebut.

"Makasih.. Makasih banget Li.. kamu udah selamatin hidup aku. Aku beruntung punya kamu, aku sayang kamu.."

"Aku lebih sayang dan cinta sama kamu dan bayi kita.."

Peilly tersenyum sambil perlahan melepas pelukannya pada Ali.
"Loh, duh maaf ya Li, baju kamu jadi basah gini gara-gara aku..."

"Gak apa-apa kok, lagian basah gara-gara kena ingus istri sendiri mah gapapa timbang kena ingus cewek lain.."

"Apaan sih kamu, aku gak ingusan yah.." ucap Prilly sambil berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil kemeja untuk Ali.
"Nih, ganti baju kamu..."

Ali sama sekali tak berkutik, ia hanya memandangi dengan lekat dan tersenyum jail ke arah Prilly.

"Kamu ngapain sih liatin aku kayak gitu?? Udah sana ganti, ntar telat loh ke rumah sakitnya.."

"Kayaknya hari ini aku gak akan ke rumah sakit deh, ada pasien cantik di rumah yang lebih penting dan harus segera ditangani.." ucap Ali sambil mendekat ke arah Prilly dan mengangkat tubuh Prilly membawanya menuju ranjang.

"Dari awal kita nikah, aku gak pernah lihat tubuh kamu di depan mata aku, kali ini aku mohon sama kamu ya... aku janji akan lakuinnya pelan-pelan dan gak akan bahayain baby kita.. oke sayang.." dengan senyum yang dipaksa akhirnya Prilly hanya bisa pasrah menerima.

Memang benar kata Ali selama dia menjadi istri belum pernah sama sekali dia menjalankan kewajibannya selayaknya seperti seorang istri pada umumnya. Mungkin jika formal sudah, namun hasrat sama sekali belum. Mungkin kali inilah saatnya. Dan mungkin dengan cara ini Prilly bisa tertular virus cinta pada diri Ali.

***********

Pagi sudah berganti siang bahkan hampir sore. Jam dinding menunjukan pukul 14.00. Ali dan Prilly yang sedari pagi tadi belum sama sekali keluar dari kamar merasakan lapar karena dari tadi pagi mereka tidak menyentuh makanan sama sekali. Dan saat ini perut mereka berdemo ingin mendapat jatah asupan mereka.

"Sayang.." panggil Ali sambil menyelipkan beberapa anak rambut yanh menutupi wajah Prilly ke belakang telinga Prilly.

"Hm.."balas Prilly dengan deheman dan mata tertutup yang perlahan ia buka.

Mr. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang