Six

44.5K 2.6K 13
                                    

Sabtu yang indah, namun tak seindah pikiran Ali. Ia sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, mencoba mencerna dengan jelas kata-kata Mami Ully kemarin.  Melihat gurat aneh dari suaminya tersebut, Prilly mencoba mendekati Ali yang tengah termenung menyendiri di balkon kamar.

"Kamu kenapa??" Tanya Prilly yang saat ini sudah berada di samping Ali. Sejak pulang dari rumah Maminya, Prilly tetap seperti biasanya. Seakan-akan tak pernah terjadi apa-apa. Dia membuang semua pikiran negatifnya tentang Ali dan Lani.

"Gapapa" jawab Ali singkat.

"Kamu kepikiran sama omongan Mami kemaren ya? Emang Mami ngomong apa sih?!"

"Gak kok, gak ngomong apa-apa."

"Klo gak ngomong apa-apa, kenapa sejak kemarem pulang dari rumah Mami kamu gundah gitu?!"

"Masa sih? Perasaan biasa ae deng.." Ali merangkul pundak Prilly. Membuktikan bahwa apa yang dikata itu benar. Dia biasa saja, tidak kepikiran apa-apa. Walaupun itu hanya gimic belaka.

"Heh, sudahlah terserah kamu. Cuma mau bilang, omongan Mami kemaren gak perlu kamu anggep serius. Kenapa? Karena Mami orangnya rada-rada. Dia gak serius ngomong kayak kemaren."

"Emang kamu tau Mami kemaren ngomong apa?" Tanya Ali membuat Prilly terpojok. Tak mungkin ia mengatakan sejujurnya klo dia nguping pembicaraan Ali dan Maminya kemarin.

"Hayo, kok gak jawab. Kamu nguping ya kemaren?!"

"Nggak, apasih?! Gak usah fitnah deh, aku dikasih tau Mami.." elak Prilly yang dibalas dengan tawa ejekan Ali.

"Kok ketawa sih?" Tanya Prilly.

"Gapapa, lucu aja. Kalo lagi bohong pipi kamu merah, ngembung kayak tomat.." jawab Ali jujur.

"Ih, kamu nyebelin banget sih!" Ucap Prilly kesal yang malah mendapatkan cubitan gemas dari Ali di pipinya.

"Ih, Ali sakit.." keluhnya.

"Eh, maaf. Kelepasan. Abisnya kamu gemesin banget sih klo lagi kesel.."

"Auh ah, udah, ganti topik."

"Ganti topik apa?" Tanya Ali.

"Kamu ngitung gak?"

"Ngitung apa?"

"Hari ini itu, hari dimana kehamilan aku genap sebulan.."

"Oya?!" Prilly mengangguk disertai senyum bahagianya.

"Wah, selamat yah sayang.." ucap Ali sambil mengelus pipi Prilly kemudian perutnya.

"Cieee, yang udah mulai sayang sama aku, bentar lagi cinta deh nih sama aku, hahaha.." ucap Prilly membuat Ali tersipu.

"Emang salah ya? Aku sayang, aku cinta sama istri aku sendiri?" Tanya Ali.

"Really? Secepat inikah cinta itu ada? Jangan-jangan cinta itu palsu ya?!"

"Gak pernah ada kepalsuan di kehidupan aku.."

"Masa?"

"Iya"

"Bodo, hahaha.."

"Nyebelin juga ya ternyata istri aku ini, uh.. bikin tambah gemes aja.." ucap Ali gemas sambil menarik hidung mancung Prilly hingga merah.

"Kamu mah.." ambek Prilly. Ali hanya terkekeh kemudian membawa istrinya itu kepelukannya.

Ali perlahan melepas pelukan itu, menengadah wajah Prilly dengan kedua tangannya dan mulai berkata, "Aku sayang sama kamu Pril, bahkan cinta, cinta mati sama kamu. Aku gak tau, kenapa aku bisa secepat ini kecintaan sama kamu, yang aku tau cinta itu gak mandang waktu. Cinta itu datang sendirinya dari hati. Berawalan dari rasa nyaman. Kalo kamu emang masih belum timbul rasa itu, jangan paksakan dirimu untuk cintaiku. Cukup berikan aku kesempatan untuk meraih hatimu dan membuktikan cintaku ke kamu.."

Perlahan Ali mendekatkan wajahnya, mencium kening Prilly dalam dan menyatukan keningnya dengan kening Prilly sehingga hidung mereka bertemu. Deru nafas mereka saling bertemu menerpa wajah kedua.

"Maaf" sebuah kata itu terlontar dari bibir Prilly membuat keduanya mengakhiri kegiatan tersebut.

"Maaf? Untuk apa?" Tanya Ali.

"Aku belum bisa balas cinta kamu. Aku masih waktu.." jawab Prilly lirih tanpa berani memandang wajah Ali.

"Gapapa. Aku paham kok. Aku gak paksa kamu buat balas cinta aku, aku cuma mau kamu tetep ada di samping aku. Kasih aku kesempatan buat buktiin cinta aku ke kamu.." balas Ali yang langsung disambut pelukan Prilly dan isakannya.

"Aku bersyukur karena Tuhan sudah kirim suami baik macam kamu buat aku. Perlahan aku akan coba untuk balas cinta kamu. Walaupun aku gak tau kapan aku bisa bener-bener balas cinta kamu itu. Sabar ya, Li. Kasih aku waktu."

"Iya sayang." Prilly tersenyum manis penuh kebahagiaan. Mungkin benar kata peribahasa, 'berakit-barakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'.

Tak menyangka bahwa pahitnya hidup Prilly dulu dibalas dengan kebahagiaannya saat ini yang dibawa oleh suaminya.

"Oiya, katanya kamu mau buktiin cinta kamu.." ucap Prilly.

"Iya. Aku akan buktiin cinta aku buat kamu. Aku akan tunjukin sebesara dan sedalam apa cinta itu apa di hati aku.

"Kalo gitu, kamu mau dong ya turutin pengennya debay kita."  Ali sedikit mengernyitkan dahinya, mencoba memahami dengan seksama ucapan Prilly.

"Kamu ngidam?!"

"Kayaknya." Jawab Prilly malu-malu.

"Oh.. istri aku lagi ngidam. Pengen apa sih kesayangan??"

"Pengen kembang gula.."

"Kembang gula?" Prilly mengangguk pasti disertai senyum. Melihat semangat istrinya, Ali tak mau mengecewakan. Apalagi ini ngidam pertama yang Prilly lontarkan dari bibir mungilnya.

"Okedeh. Aku cariin. Kamu tunggu di rumah aja ya!"

"Iya. Cepet yah Papa carinya, hihi.."

"Siap Mama!!"

******

"Gimana? Enak gak kembang gulanya?" Tanya Ali pada Prilly yang tengah menikamati kembang gulanya.

"Enak kok. Kamu mau coba? Ini aku suapin ya.." ucap Prilly dengan cerianya.

Bahagia Ali saat ini. Ternyata penatnya mencari kembang gula berkeliling-keliling Jakarta tak sia-sia. Semua terbayar luas dengan melihat raut ceria penuh kebahagia di wajah istrinya tersebut.

"Akk.." Prilly mencuil kembang gula tersebut dan disuapkannya ke mulut Ali. Dengan senang hati Ali menerimanya.

"Kamu cantik deh kalo lagi bahagia gini.."

"Baru tau ya klo istrinya cantik?! Yah, kamu ketinggalan jaman.." ledek Prilly yang membuat Ali gemas. Dia mencubit gemas pipi gembul Prilly yang membuat Prilly kesal.

"Kamu, suka banget sih liat aku tersiksa. Aku tuh gak suka dicubit-cubit pipinya. Entar pipi aku melar.. bukannya tirus malah chubby++"

"Ya gapapa, aku lebih suka kamu chubby dari pada tirus.."

"Ish jelek tau. Udah ah, males aku sama kamu.." Prilly berniat untuk meninggalkan Ali namun tangannya ditarik dan alhasil Prilly jaruh dipangkuan Ali.

"Jangan marah dong Mama, Papa kan gak mau dicuekin sama Mama.."

"Ih, apasih kamu kok jadi alay gini. Jijik aku dengernya.."

"Beneran jijik?"

"Banget"

"Yaudah sana pergi. Cari papa lain aja buat anak yang kamu kandung.. yang gak alay kayak aku. Yang selalu bikin kamu gak jijik."

"Apa sih kok jadi kamu yang marah. Bercanda tau. Iya sih aku jijik, tapi aku suka.." ucap Prilly yang membuat tawa kembali menghiasi wajah Ali.

"Kamu ya.." Ali mendekatkan wajahnya ke Prilly.

"Kamu mau apa? Jangan bikin takut deh.."

"Mau... kelitikin kamu.." Ali membawa Prilly ke ranjang, menindihinya dan mengelitikinya sepuas yang dia mau.

Haha, kejam ya Li..

********************************

Mr. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang