Prilly dan Ali baru saja menginjakan kakinya di pelataran Vila mami Prilly tiba-tiba heboh sendiri menghampiri mereka.
"Prilly, Digo dimana?" Pertanyaan itu membuat jantung Prilly seketika berhenti berdetak.
"Kan tadi sama Mami," jawab Prilly dengan nada sedikit naik beberapa oktaf.
"Tapi sekarang gak ada." Seperti orang mati seketika. Badan Prilly kaku nan dingin. Ali merangkul Prilly mencoba menenangkan wanitanya itu.
"Terakhir Mami sama Digo main dimana?" Tanya Ali.
"Di gazebo situ." Ali mengangguk paham. Dilihatnya buliran-buliran kristal itu sudah meluruh di pipi Prilly.
"Sayang, jangan nangis please. Aku bakal cari Digo kok, insyaallah Digo pasti ketemu. Kamu tunggu di rumah aja sama Mami yah, jangan nangis."
"Gak. Aku mau ikut Li. Digo anakku, aku gak bisa hidup tanpa dia." Tangus prilly pecah tak bisa ditenangkan. Ali pun memeluknya. Mengunci gerak wanitanya tersebut.
"Oke, oke, kita sama-sama cari Digo." Ucap Ali. "Tapi kamu diem dulu, jangan nangis." Prilly menghapus air matanya lalu mengamgguk patuh pada Ali. Keduanya akhirnya bersamaan dengan anggota keluarga lainnya berpencar mencari keberadaan Digo.
*****
"Digooo... Digoooo... kamu dimana sayang?? Digoooo... ini mama nak." Teriak Prilly dengan tangis membuat Ali mengecangkan rangkulannya. Dia juga sedih, kehilangan bayi yang sudah seperti separuh dirinya sendiri. Sebenarnya Ali ingin menangis namun ditaham dalam batinnya. Ditampah lagi melihat Prilly seperti ini, membuatnya semakin tak tega dan ingin menangis.
"Li, aku takut."
"Takut apa sayang?"
"Takut klo Digo...."
"Stttt, gak bakalah sayang. Digo pasti ketemu. Percaya deh."
"Tapi Li...."
"Udahlah kita cari aja sekarang. Gak usah banyak tapi," Prilly ngangguk. Berteriak-teriak lagi memanggil nama Digo.
"Lo nyari Digo?" Suara itu spontan membuat Ali dan Prilly berbalik badan. Dilihatnya ada Lani di sana.
"Lani!" Pekik Ali dan Prilly bersamaan.
"Kenapa? Kaget? Lo berdua bisa kerjasama ngancurin gue, bikin malu gue. Gue juga bisa kerjasama sama seseorang bikin lo menderita kehilangan anak."
"Lan, kalo lo mau balas dendam, balas dendam ke gue aja. Gak perlu ke anak gue. Balikin anak gue Lan, dia masih terlalu kecil buat lo sakitin." Balas Prilly dengan tangisnya.
"Siapa juga yang mau nyakitin anak lo. Justri gue tuh baik sama anak lo, balikin dia ke bapak aslinya. Ya gak Dan??" Sosok Wildan yang tadinya bersembunyi kini muncul sambil menimang Digo tenang.
Prilly menatap Ali yang hanya diam menatap geram ke arah Lani.
"Thanks ya Lan, infonya. Coba lu gak bilang gak bakal gue tau kalo jagoan gue ini udah lahir. Ibunya mau menutup identitas aslinya. Untung lo ada, jadi anak gue gak perlu jadi kayak wakwaw yang nyari-nyati bapaknya."
"Please, balikin anak gue."
"Ini juga anak gue. Dia ada karena sperma gue. Bukan pak dokter di sebelah lo itu. Gue yang nidurin lo di malam itu. Princess Prilly." Tegas Wildan. "Lo mau Digo balik kegendongan lo?" Dengan spontan Prilly mengangguk.
"Gampang. Lo ikut gue, tinggal sama gue. Kita bangun rumah tangga kecil kita. Lo, gue, dan Digo. Tinggalin pak dokter kesayangan lo itu."
Ali mulai panas, ia maju ingin melayangkan hantaman pada Wildan namun ditahan oleh Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Doctor
FanfictionSendiri selama 28 tahun tidak menjadi beban bagi seorang dokter tampan yang sangat dikagumi tersebut. Namun, ibunya selalu mendesaknya agar cepat menikah. Dokter tampan ini termasuk anak yang sangat berbakti kepada sang ibu. Ia selalu menurut apa ka...