Twenty Three

32.1K 2K 64
                                    

Jam menunjuk pukul 7.00 malam, namun Ali belum juga kunjung kembali tak seperti biasanya. Dengan setia Prilly menunggu suaminya tersebut. Sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi Ali namun tak pernah mendapat jawaban dari pria tersebut.

Waktu terasa melambat, Prilly bosan menunggu. Perutnya sudah kerocongan. Anak diperutnya sudah berteriak meminta makan juga. Sudah setengah jam berlalu, Ali tak kunjung pulang. Sampai pada akhirnya, saat Prilly baru saja ingin mencentong nasi di piring suara decitan pintu terbuka dan gema salam dari suara berat yang Prilly nantikan juga terdengar setelah decitam pintu tersebut.

"Asalamaualaikum.."

"Walaikumsalam.."balas Prilly sambil menghampiri Ali. Ia mengambil alih jas dan tas Ali. Ia menyuruh Ali mandi, menaruh barang-barang tersebut pada tempatnya dan menyiapkan baju ganti untuk Ali.

Ia menunggu Ali di ruang makan. Menyiapkan makan untuk Ali yang sudah tersedia di atas piring sambil sesekali memgangi perutnya karena bayi di dalam sana sedang asik beraktivitas menendang-nendang perut Prilly.

"Malem semua!!" Pekik Ali yang langsung duduk di kursinya. Ia mencium kening Prilly dan mengelus perut Prilly lembut sebelum makan.

"Kenapa sayang??" Tanya Ali saat melihat raut wajah aneh Prilly.

"Sakit. Dia aktif banget." Jawab Prilly mengelus-elus perutnya.

"Sabar ya, kurang 4 minggu lagi. Sayang, jangan nakal-nakal ya, kasihan mama-nya.." ucap Ali sambil menundukan kepalanya menghadap perut Prilly seakab sedang berbicara dengan anak tersebut. Setelah dia tenang, Prilly barulah menyuapkan nasi beserta lauk ke dalam mulutnya.

Setelah makan malam dan shalat isya', Ali dan Prilly masuk ke kamar. Prilly sibuk dengan iPod dan earphone yang ia taruh di perutnya. Ia ingin mengajarkan anaknya sedikit ajaran islam dan membuatnya tenang. Ia memainkan lantunan ayat-ayat suci Allah melalui iPod yang tersalur pada earphone yang melekat pada perut Prilly.

Ali hanya tersenyum bahagia melihat pemandangan tersebut. Ia sedang sibuk dengan ponselnya, entah sedang apa. Prilly acuh, bukan acuh tapi saat ini ia terlalu fokus pada baby yang sebulan lagi akan ia gendong, susui, mandikan, dan lain sebagainya.

Malam semakin larut, Prilly mulai merasakan kantuk. Ia tertidur pada akhirnya, lupa dengan iPod dan earphone tersebut. Melihat itu, Ali langsung bertindak. Ia melepas earphone itu dan menutup baju Prilly sempurna. Mematikan lantunan tersebut dan menaruhnya di nakas. Gadis kecil mungil yang dulu ia nikahi sekarang sudah berubah menjadi seorang ibu hamil. Badannya berambah gemuk terisi. Kadang Ali ingin sekali tertawa, saat dia curhat bila ada yang menghinanya seperti 'kurcaci' atau ada yang mengatakan Prilly 'wanita cebol', dsb.

Jari Ali menari diatas ponselnya terlebih dahulu beberapa menit sebelum dia ikut Prilly kedalam alam mimpi.

***

Siang menjelma, Prilly sibuk memasak sambil mendengarkan musik yang teralun merdu melewati speaker yang ada di ruang tengah yang kebetulan berhadapan dengan dapur.

"Mbak Prilly... Mbak Prilly..." panggil Ros yang membuat Prilly menghentikan kegiatannya.

"Apa Ros??" Tanya Prilly menghampiri yang ada di depan kamarnya.

"Ini mbak, hp-nya bunyi.."jawab Ros sambil memberikan ponsel Prilly.

"Oalah." Balas Prilly sambil menerima ponsel tersebut. "Kamar udah diberesin??" Tanyanya yang diangguki oleh Ros.

"Yaudah tolong kamu lanjutin masakan saya yah.."ucap Prilly lalu masuk ke dalam kamarnya mengangkat telpon.

"Halo. Asalamualaikum. Ya sorry gue tadi lagi masak. Ada apa?? Ngapain?? Hm, serah lo dah. Iyaiya, ini gue jalan ke sono, bawel." Ucap Prilly dengan orang di ujung telpon sana yang tak lain ialah Tata.

Mr. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang