Seventeen

33.2K 2.2K 28
                                    

Prilly termenung sambil menatap perutnya yang sekarang sudah sedikit membuncit tersebut.

"Kamu kenapa Prill?!" Tanya Ali yang baru selesai mandi lalu duduk di samping Prilly di sofa santai kamar mereka.

"Aku gapapa kok. Aku cuma mikir aja,  setiap minggunya pasti nanti perut aku akan semakin membuncit. Sedangkan sekarang kita belum jujur sama Bunda dan Papi. Minggu ini kandungan aku udah mulai masuk minggu ke 12.."

"Kita tunggu Papi kamu pulang dari Brunei aja ya, ntar kita kumpulin mereka di sini dan kita ucapin semuanya.."

"Apa kamu bakal bilang usia kandungan ini yang sebenarnya?!"

"Iya. Nanti aku akan bilang klo bayi itu emang ada sebelum kita menikah. Dan aku akan bilang klo dia ada karena ulahku."

Prilly memejamkan matanya sejenak. Bahagia sekali rasanya, begitu beruntung anak yang ada di kandungannya saat ini. Bisa mendapatkan ayah sambung seperti Ali, yang rela melakukan apa saja demi dirinya.

"Makasih ya Li.. kamu udah mau bantuin aku selama ini. Kamu mau jadi ayah anak ini, kamu udah kasih banyak harapan hidup buat aku dikala titik matiku saat itu.. Aku beruntung bisa dapetin suami kayak kamu."

"Gak perlu makasih sama aku, karena inilah takdir. Takdir yang mempertemukan kita dan pada akhirnya menyatukam kita. Kamu dan anak kamu ini masih berhak hidup, seharusnya iblis yang tega njebak kamu itu yang musnah dari muka bumi ini.. Aku lebih merasa beruntung punya kamu. Gak cuma satu tapi langsung dapet 2.."

"Bonus ini mah.. Klo ntar dia cowok, wish ku dia kayak kamu, gantengnya, baiknya, pinternya, dsb yang ada di kamu nurun ke dia."

"Klo dia mirip ayah kandungnya gimana?!"

"Aku hanyutin di sungai.. Orang gak punya otak kayak gitu mah harusnya musnah aja daro bumi.. Ntar takutnya klo anak kita cewek diapa-apain lagi sama dia klo dia punya penyakit saiko kayak ayah kandungnya.."

"Klo dia cewek, aku mau dia kayak Bunda, cantik, mandiri, baik, pintet, dsb yang ada di Bunda Resi semoga nurun ke dia.."

"Kenapa gak kayak kamu aja?!"

"Jangan! Aku ini bukan yang sempurna! Lihat deh, udah mungil, manjanya minta ampun, cengeng, gampang kebujuk sama orang, gak bisa milih temen yang baik, susah bergaul.."

"Kata siapa kamu gak sempurna, bagi aku, kamu sempurna. Orang dinilai sempura bukan dari cover kepribadiaanya. Namun, dinilai dari hatinya. Hatinya yang tulus untuk mencintai orang yang sangat ia cinta. Selain itu juga caranya, caranya yang sempurna membuktikan cinta itu pada orang yang dia cinta.." ucap Ali yang membuat Prilly semakin merasa beruntung dan bahagia. Ia pun berhamburan peluk di dekapan pria yang saat ini mencintainya tulus begitupun sebaliknya.

***

Hari yang ditunggu Ali maupun Prilly pun akhirnya tiba juga. Tibalah saatnya untuk mereka mengatakan semuanya. Ntah ini bisa dibilang membagi kebahagiaan atau kesedihan, Ali dan Prilly berharap pasti selalu bahagia.

"Mi.. Pi.. Bun.. Ali sama Prilly di sini mau jujur.." Ali sengaja memberi jeda bicaranya membuat Mami Ully cemas. "Klo sebenarnya.." ucap Ali menggantung.

"Sebenernya kenapa Li?!" Tanya Bunda Resi yang sudah tak sabar mendengar lanjutan kata akan dikatakan Ali.

"Sebenernya... Prilly hamil.." ucap Ali yang langsung disambut dengan ucapan hamdalah dari semua orang yang ada di situ.

"Selamat ya sayang!! Kamu kok gak bilang sih Li Prill?! Udah berapa minggu?!" Tanya Bunda Resi.

"12 minggu" jawab Ali dan Prilly sama-sama yang dibalas dengan tampang kaget orang ta mereka.

Mr. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang