One

73 6 1
                                    

Yang kudengar tadi adalah suara tembakan. Entah darimana datangnya tembakan itu. Saat ini sangat gelap karena mati lampu dan sulit rasanya bagiku untuk melihat keadaan disekitarku.

Perasaanku bercampur aduk saat ini. Takut, gelisah, kaget, dan bingung. Ya, semuanya bercampur jadi satu. Aku pun berjalan ke tempat parkir dengan hati-hati karena takut menabrak benda-benda. Dan.. Melissa sudah terbaring lemas dengan dua luka tembak di bagian dada dan leher. Wajahnya sangat pucat, entah sudah berapa banyak darah yang mengalir keluar dari tubuhnya. Aku pun berteriak minta tolong dan segera duduk di tanah dan memindahkan kepala Melissa ke atas pangkuanku.

Hanya ada seseorang orang yang keluar dari restoran, aku tidak tahu itu siapa, karena keadaan yang gelap ini jadi sangat sulit untuk melihat keadaan sekitar. Mereka yang keluar pun belum tentu tahu apa yang telah terjadi. Karena pada saat itu keadaan sangat gelap dan parahnya, genset di restoran itu sepertinya rusak.

"El t...tolong bilang makasih sama s..semua temen-temen dan terutama..terutama keluarga gue, bilang maaf jug..juga karena gue suka ngerepotin dan bikin me..mereka kesel. Lo..lo har..harus bahagia tanpa gue ya" ucap Melissa terbata-bata

"Lo tuh ngomong apa sih Mel, lo bakalan sembuh, lo gak bakal pergi kemana-mana" ucapku dengan mata berkaca-kaca

"Sebentar gue telepon ambulance dulu" ucapku sambil mengeluarkan hp dari sakuku dan berusaha untuk menahan tangis.

Tidak. Tidak ada sinyal. Pasti karena hujan deras tadi. Ya Tuhan, tolong. Aku harus bagaimana ini.

"Ya ampun, ada apa ini?! Dek, udah telepon ambulance?" Tanya seorang laki-laki yang sepertinya salah satu pegawai restoran itu karena dia memakai seragam restoran.

"Belum mas, gak ada sinyal" jawabku panik. Aku sudah tidak bisa menahan air mataku lagi, air mataku berjatuhan membasahi pipi.

Melissa tidak bersuara. Mungkin dia sudah terlalu lemas untuk berbicara karena kehilangan banyak darah.

"Iya hp mas juga gak ada sinyalnya de, kalo mas pake motor nyari rumah sakit disekitar sini, mungkin bisa ya, nama kamu siapa?" Tanya pegawai restoran tersebut

"Aku, Elena. Ini sahabatku, Melissa. Makasih banyak ya mas atas bantuannya." Ucapku

"Gak..gak us..sah. Nan..nti ngerepot..tin" ucap Melissa tersengal-sengal

Gak usah bagaimana? Sudah jelas-jelas dia harus dibawa kerumah sakit.

"Nggak Mel, lo harus kerumah sakit. Mmm, maaf mas kalo nama mas siapa?" Tanyaku kepada pegawai restoran tersebut.

"Nama mas, mas Rio, de" jawabnya

"Yaudah mas nyari rumah sakit duluya, memang gelap sih tapi semoga aja saya bisa nemu rumah sakit. Soalnya saya juga baru pindah ke kota ini 2 mingu yang lalu, jadi saya belum terlalu tau daerah sini" ucapnya sambil mengeluarkan motornya.

"Makasih mas" ucapku

Mas Rio hanya tersenyum dan berlalu pergi dengan motornya.

"El, mak..makasih udah jadi sa..sahabat yang ba..baik buat gue" ucapnya tersengal-sengal lagi

"Mel lo gak usah bilang makasih sama gu... Mel! Bangun Mel! Ya ampun!! Tolongg!" Ucapku panik sambil menangis dan menggoyang-goyangkan tubuh Melissa.

"MELISSAAAA!!! Jangan tinggalin gue, Mell! Huhuhu..."

Tiba-tiba, listrik menyala. Mata Melissa sudah tertutup, semua orang dari restoran tersebut berhamburan keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Ya ampun kenapa itu?"

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang