Nine

34 4 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang kemarin. Sungguh liburan yang sangat menyedihkan, karena aku harus kehilangan sahabatku pada libur sekolah kali ini. Ya mungkin sekarang hari-hariku di sekolah akan terasa lebih sepi karena tidak adanya Melissa yang biasa menemaniku di sekolah. Aku juga belum tahu aku akan sebangku dengan siapa sekarang karena sebelumnya Melissa duduk sebangku denganku. Aku merasa tidak bersemangat hari ini. Tidak seperti hari-hari sebelumnya ketika Melissa masih ada.

Aku berangkat ke sekolah diantar oleh papaku. Aku ingat biasanya jika aku berangkat ke sekolah diantar papa, kadang Melissa berangkat sekolah denganku karena rumah kami satu komplek sehingga terkadang dia ikut berangkat bersamaku.

Melissa, aku merindukanmu. Rindu canda tawa kita, rindu disaat kita menghabiskan waktu bersama. Aku rindu semua tentangmu dan tentang kita.

Sesampainya disekolah, aku segera berjalan ke ruang kelasku. Dilantai 3. Aku pun menaiki anak tangga satu persatu dengan sedikit rasa malas. Kadang aku duduk di tangga ini pada saat jam istirahat sambil mengobrol bersama Melissa. Tapi sekarang, semua kebiasaanku tersebut tentunya akan berubah.

Sesampainya dikelas, teman-temanku menyapaku. Tentu saja mereka pasti sudah mengetahui apa yang terjadi padaku dan Melissa beberapa hari yang lalu. Tapi mereka tidak banyak bertanya tentang hal itu, mungkin mereka takut aku akan merasa sedih lagi jika mereka terus membicarakan hal tersebut didekatku. Aku segera duduk ditempat duduk yang biasa kutempati. Tapi bedanya, bangku disebelahku kosong sekarang, ya bangku Melissa. Mungkin nanti akan ada teman lain yang akan duduk disini. Aku pun menatap tempat duduk yang kosong tersebut. Mataku kembali berkaca-kaca.

"Seandainya kita tidak berangkat pada malam itu, atau jika saja kita tetap berdiam didalam restoran dan tidak keluar, mungkin ini semua tidak akan terjadi" batinku.

Ah sudahlah, ini semua sudah takdir-Nya. Yang terpenting sekarang aku harus fokus belajar dan tidak boleh terus-terusan larut dalam kesedihan seperti ini karena akan mengganggu konsentrasi belajarku. Ya, aku harus belajar merelakan meski terkadang merelakan bukanlah hal yang mudah.

"Elena" seseorang menyapaku, aku mengenali suara itu. Ya itu suara Cindy, teman sekelasku yang hadir di acara pemakaman Melissa kemarin.

"Eh, hai Cin" balasku dengan senyuman

"Mmm.. boleh aku duduk disini?" Tanya Cindy

"Tentu saja, silahkan" jawabku

Cindy pun duduk disebelahku. Ya mungkin untuk beberapa bulan ke depan, Cindy lah yang akan menjadi teman sebangkuku.

Cindy adalah salah satu teman dekatku dikelas. Namun hubungan pertemanan kami tidak sedekat hubungan pertemananku dengan Melissa.

"Bagaimana kabarmu? Apa kamu sudah merasa lebih baik?" Tanyanya

"Entahlah, aku tidak tahu. Perasaanku tidak menentu sekarang" jawabku

"Dengar, aku tahu Melissa tidak akan bisa digantikan oleh siapapun. Tapi kurasa aku bisa menjadi tempat curhatmu, tempatmu mengutarakan segala isi hatimu, bercerita tentang kegiatan sehari-harimu. Mungkin aku bisa menggantikan tugasnya untukmu meski aku tahu dia akan selalu ada dihatimu. Jika ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan, bicara saja padaku ya" ucapnya

"Terimakasih banyak ya Cin, kamu baik dan perhatian sekali padaku. Oiya, jika kamu butuh teman bicara juga, bicara saja padaku. Dengan senang hati aku akan mendengarnya" balasku

"Baiklah, terimakasih kembali" ucapnya sambil tersenyum

"Oiya El, kamu tahu tidak? Kudengar sekolah kita akan kedatangan murid baru hari ini. Tapi itu juga belum tentu sih, aku hanya mendengarnya sebentar tadi"

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang