Eighteen

24 2 0
                                    

It's gonna be a long chapt! Hope you like it!
***


Aku yang sudah sangat-sangat penasaran, segera menghampiri Richard yang terlihat sedang berbicara kepada wanita yang ia peluk tadi.

"Hmm permisi Bu" ucapku sambil menghampiri wanita yang sedang berbicara bersama Richard sambil menyalami tangannya

"Eh iya, temennya Richard ya? Seragam sekolah kalian sama" jawab perempuan tersebut sambil tersenyum ramah

Jika kulihat-lihat, perempuan ini sepertinya berusia sekitar 20-30 tahunan.

"Iya bu, maaf saya mengganggu kalian. Mmm, ibu ini mamanya Richard?" Tanyaku dengan sangat hati-hati

"Bukan, Elena. Dia tanteku, namanya Tante Hana. Tante, kenalkan ini Elena, dia teman sekolahku namun tidak sekelas denganku" jawab Richard sambil menatapku

"Oh Elena. Iya tidak apa-apa. Kam-- kamu sahabatnya Melissa ya?" Tanya perempuan tersebut lagi yang ternyata adalah Tante Richard

"Iya Tante" jawabku sambil tersenyum

"Tante turut berduka cita ya atas kepergian sahabatmu, tante minta maaf ya atas semu--"

Aku mengerutkan dahiku. Mengapa Tante Hana harus meminta maaf atas semua yang telah terjadi? Lagipula ini semua bukan salah Tante Hana kan?

"Nanti akan kujelaskan, ayo ikut aku. Tante, kita permisi dulu ya" ucap Richard sambil menarik tanganku dan berjalan meninggalkan Tante Hana yang hanya membalas perkataan Richard tadi dengan anggukan

Kulihat Tante Hana menghampiri kedua orangtua Melissa dan mamaku yang sedang duduk di sebuah sofa. Tante Hana tampak membuka pembicaraan dengan mereka, entah apa yang mereka bicarakan. Sedangkan aku hanya mengikuti Richard berjalan. Masih dengan perasaan yang bingung dan heran, aku kembali melirik ke tempat dimana mamaku dan dan kedua orangtua Melissa duduk bersama Tante Hana sekarang. Miris sekali rasanya melihat Mama Melissa yang masih belum bisa menghentikan tangisannya. Mataku kembali berkaca-kaca. Namun dengan segera aku menyeka air yang hampir saja jatuh dan keluar dari mataku. Dan mengikuti Richard yang terus saja berjalan di depanku. Tiba-tiba Richard berhenti berjalan, seketika aku pun berhenti berjalan. Richard mengajakku duduk di sebuah sofa yang terletak di sudut ruangan, aku hanya mengangguk dan segera duduk di sofa tersebut bersamanya.

"Jadi apa yang akan kau jelaskan?" Tanyaku

"Tentang penembakan itu, Elena. Sekarang aku tahu semuanya. Kau butuh jawaban kan? Akan ku berikan sekarang" jawabnya dengan mantap dan penuh keyakinan

"Kamu tahu semuanya?" Tanyaku dengan perasaan kaget dan heran

Secepat itukah dia mengetahui semuanya?

"Aku akan membayar hutangku padamu" jawabnya sambil menatapku

"Kalau begitu jelaskanlah. Aku akan mendengarkanmu"

Richard terdiam sejenak. Aku menatapnya tajam. Menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulutnya.

"Kematian Melissa ini adalah salahku"

"Apa maksudmu? Tolong, jangan buatku semakin bingung"

"Aku belum selesai berbicara kan?"

"Baiklah, maaf. Lanjutkan"

"Kamu tahu kalau ayahku itu orangnya keras, kasar, dan galak?"

"Iya"

"Begini. Sebelum menikah dengan ibuku, ayahku itu duda. Dia memiliki satu anak perempuan, namanya Rania. Dia adalah kakakku, namun kami dilahirkan dari ibu yang berbeda. Perempuan muda yang keluar dari lift tadi, itu Rania"

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang