Twenty

14 2 0
                                    

Beberapa minggu kemudian..

Hufft, lelahnya.
Aku baru sampai rumah. Ya, hari ini aku baru saja pulang dari persidangan Ayah Richard dan Rania. Aku dan Richard memberikan kesaksian di persidangan. Ayah Richard divonis 20 tahun penjara, sedangkan Rania divonis 17 tahun penjara karena Rania terbukti sebagai kaki tangan dari pembunuhan ibu Richard dan sebagai pelaku utama dalam pembunuhan Melissa. Tak hanya itu, mereka juga memiliki beberapa catatan kriminal lainnya.

Aku menghembuskan nafas dengan lega, setidaknya pelakunya sudah tertangkap dan keadian bisa ditegakkan. Aku merasa lebih tenang dari sebelumnya. Walau Melissa tidak bisa diselamatkan, tetapi dia bisa beristirahat dengan lebih tenang sekarang. Dan kebenaran sudah mulai terungkap satu-persatu seiring berjalannya waktu.

Dan sekarang aku jadi mengingat kenangan-kenanganku bersama Melissa dulu, aku merindukannya.

Aku sangat merindukannya.

Aku merindukan sahabatku, Melissa.

Aku ingin sekali bertemu dengannya. Namun entah kapan lagi aku bisa bertemu dengannya. Aku sudah tidak bisa lagi menghabiskan waktu bersamanya. Aku sudah tidak bisa lagi melihat wajah cantiknya. Ah Mel, aku jadi semakin merindukanmu dan semua kenangan kita.

Kira-kira kapan ya kita bisa bertemu lagi?

Dan apa yang harus kulakukan sekarang untuk mengobati rasa rinduku padamu?

Hmm.

Bagaimana jika aku berziarah ke makam Melissa sekarang? Ya, mungkin itu bisa sedikit mengobati rasa rinduku padanya. Aku yang sedang berbaring segera beranjak dari kasur empukku dan keluar kamar untuk meminta izin mama dan papa. Kuharap mereka memperbolehkan aku untuk pergi berziarah ke makam Melissa.

Aku menemui papa dan mama yang sedang duduk di sofa di ruang tamu bersama adikku.

"Ma, Pa" sapaku sambil tersenyum

"Eh Elena, kenapa sayang?" Tanya mama sambil mengelus rambutku

"Elena mau ziarah ke makam Melissa boleh gak?"

"Sekarang? Mau papa antar?"

"Iya pa, gak usah. Aku mau naik motor sendiri aja, gak papa kan? Lagipula kan TPU nya tidak jauh dari komplek ini"

"Iya gakpapa El, tapi kamu hati-hati ya"

"Iya ma, pa. Kalau gitu aku pergi dulu ya"

"Iya sayang, hati-hati. Jangan pulang terlalu sore"

"Iya" balasku singkat sambil mengambil helm dan kunci motorku

Aku segera menyalakan motorku dan memanaskannya sebentar. Tak lama, aku pun melaju dengan motorku. Rasanya sudah tidak sabar ingin mengunjungi tempat peristirahatan terakhirnya. Rasanya sudah lama sekali aku tak berziarah, aku terakhir berziarah sekitar sebulan yang lalu.

Tak butuh waktu lama, aku sudah sampai ke tempat tujuanku. Aku pun turun dari motor dan membeli bunga dan air untuk makam Melissa di pedagang bunga yang ada di depan gerbang pemakaman. Setelah membeli bunga, aku berjalan menuju pusara Melissa.

Papan kayu bertuliskan nama Melissa sudah berada di depan mataku. Aku mempercepat langkahku karena tak sabar ingin menghampirinya. Aku yang sudah berada di samping makamnya, segera berjongkok dan mengelus papan kayu bertuliskan namanya. Aku membaca surat al-Fatihah untuknya. Dan setelah itu...

"Hai Melissa, ini aku Elena. Kamu tidak lupa kan?" Tanyaku dengan mata berkaca-kaca di depan papan kayu tersebut sambil membasahi makamnya dengan air dan menaburkan bunga diatas makamnya dengan bunga dan air yang baru saja kubeli tadi

Aku tahu dia tidak akan bisa menjawab apapun. Namun biarlah aku mencurahkan seluruh isi hatiku saat ini.

"Aku sangat merindukanmu. Kau tahu? Sekolah terasa sepi tanpamu walau banyak anak-anak yang lain disana. Aku sangat merindukanmu, aku ingin kita bermain bersama lagi, bercanda dan menghabiskan waktu kita bersama. Namun rasanya itu tidak mungkin sekarang"

Tak terasa, air mata menetes membasahi pipiku.

"Oiya, bagaimana kabarmu? Apa kau bisa beristirahat dengan tenang disana? Kuharap kamu tenang disana ya"

"Mel, aku ingin bercerita tentang beberapa hal. Kamu masih ingat Richard tidak? Richard mantanmu sewaktu SMP. Dia satu sekolah denganku sekarang, namun dia berbeda kelas denganku. Kelasnya bersebelahan dengan kelasku sekarang. Richard orangnya sangat baik dan ramah ya, banyak perempuan yang mengaguminya di sekolah. Pada suatu waktu, aku melihat pipinya memar. Ternyata dia ditampar oleh ayahnya sendiri, kasihan ya. Aku jadi prihatin padanya. Dan umm.. orang yang membunuhmu adalah ayah Richard dan Rania. Mereka sudah ditangkap dan dipenjara sekarang, Mel. Aku menjadi lebih tenang sekarang. Tadi aku datang ke persidangan dan memberikan kesaksian disana. Ayah Richard divonis 20 tahun penjara, sedangkan Rania 17 tahun"

"Oiya, Richard juga menjelaskan padaku tentang hidupnya beberapa minggu yang lalu. Ternyata dia telah melalui banyak masalah berat, ditambah keadaan keluarganya sekarang. Aku jadi makin kasihan. Untung saja ada Tante Hana yang menjaga dan mengurus Richard ya. Setidaknya dia bisa mendapatkan kasih sayang meski bukan dari orangtua kandungnya"

Aku tersadar. Beberapa peziarah lain menatapku heran. Apa mungkin mereka mengira aku gila karena aku berbicara sendiri di depan makam? Entahlah, aku tidak peduli. Yang penting aku hanya ingin mencurahkan segala isi hatiku padamu.

Tak kusadari, aku menangis sedari tadi. Mata ini tidak berhenti menjatuhkan air dan terus membasahi pipiku. Ini semua karena aku merindukanmu, Mel. Aku rindu.

"Mel, kau tahu tidak? Aku sangat sayang padamu. Kau sudah seperti saudaraku sendiri. Kau tahu sendiri kan kalau kita tidak bisa terpisahkan? Dan hanya maut yang bisa memisahkan kita. Dan itu terbukti, kau dan aku. Persahabatan kita. Dipisahkan oleh maut. Itu artinya kita sahabat sejati. Meski baru dua tahun mengenalmu, tapi percayalah aku sudah sangat menyayangi dan peduli padamu"

Aku pun memeluk papan kayu bertuliskan nama Melissa dan menangis lagi.

Aku tahu ini terdengar dramatis, namun inilah salah satu caraku untuk melepas rindu kepada sahabatku.

Seandainya kau bisa kembali lagi Melissa, aku akan melakukan segala hal untuk membuatmu bahagia. Seperti yang telah kau lakukan padaku dulu. Semua usahamu untuk menghiburku dan membuatku ceria lagi.

Seandainya kau masih ada, mungkin kita masih duduk sebangku sekarang dan masih bisa menghabiskan waktu bersama dan juga mengerjakan tugas bersama.

Seandainya kau masih ada, kita masih bisa melakukan banyak hal yang biasa kita lakukan dulu.

Seandainya Mel, seandainya.

Namun itu tidak akan pernah bisa terjadi lagi. Karena tidak ada yang lebih berharga dari persahabatan kita dan tidak ada yang bisa menggantikan posisimu dihati dan hidupku. Sampai kapanpun.

***
One more chapter, semangatt! Jangan lupa vomments nyaa yaa😉

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang