Sekarang sudah jam 10 malam. Aku sedang berbaring di atas tempat tidurku, tetapi aku masih terjaga. Sulit rasanya untuk tidur dengan nyenyak. Melissa, Richard, dan "03" itu terus saja melayang-layang di pikiranku. Aku tidak mengerti lagi mengapa semua harus serumit ini. Mengapa Melissa tidak mau bercerita kepadaku? Tentang Richard, tentang masa lalunya, tentang surat-surat ancaman itu, dan tentang "03" yang mungkin Melissa ketahui siapa dia sebenarnya.
Perlahan-lahan mataku terasa berat dan mengantuk. Tak lama, aku tertidur dengan pulas di atas kasurku yang empuk ini.
***
Hari mulai pagi. Sinar matahari mulai menerobos melalui sela-sela jendela kamarku. Langit terlihat sangat cerah, tetapi tidak secerah hatiku pagi ini. Aku masih terus dirundung kesedihan karena kepergian sahabat tercinta. Pasti sulit untuk menemukan kembali sosok yang seperti dia, dia tidak bisa digantikan oleh siapapun. Pribadinya yang hangat, lembut, suka menolong, periang, dan murah senyum. Tetapi dibalik semua itu, mungkin dia memiliki masa lalu yang kelam juga, yang harus aku cari tahu kebenarannya.
Aku segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat shubuh. Aku memohon kepada Sang Maha Kuasa agar semuanya dimudahkan dan diberi titik terang, agar si pelaku dapat cepat tertangkap dan Melissa bisa beristirahat dengan tenang.
Selesai shalat, aku segera mandi dan ke ruang makan untuk sarapan bersama keluargaku
"Oiya gimana kemarin? Katanya kamu disuruh ke rumah Melissa sama mamanya. Ada apa?" Tanya papaku
"Jadi Mama Melissa nemuin surat-surat ancaman gitu buat Melissa. Melissa ngerahasiain itu dari orangtuanya dan aku. Gak tau siapa yang ngirim, disuratnya cuma tertulis "03". Gitu doang, bingung kan. Terus ada nama Richard-Richard gitulah, gatau juga siapa. Melissa ngerahasiain banyak hal dari aku" terangku
"Kok tega banget ya yang ngirim ancaman-ancaman itu" balas papaku
"Kenapa dulu dia gak terus terang aja ya. Mungkin kamu bisa bantu kan" ucap mamaku
"Gak tau juga ma, ya seharusnya sih terbuka aja ya" balasku sambil menyuap makananku
"Mau sedekat apapun hubungan antar manusia, semua orang pasti punya privasi. Yang hanya boleh diketahuinya sendiri. Bahkan orangtuanya aja mungkin gak boleh tau. Kamu yang sahabatnya aja, gak boleh tau juga. Itu wajar. Tetapi yang gak wajar disini, privasi nya itu sudah mengancam kehidupannya. Tapi dia gak mau terus terang untuk meminta tolong. Mungkin dia gak mau membebani orang lain, terutama orang tuanya" terang papaku
"Iya mungkin. Tapi kan manusia itu makhluk sosial pa, sehebat apapun dia pasti butuh bantuan orang lain. Gak semuanya bisa di handle sendiri" balasku
"Iya, itu sih tergantung orangnya masing-masing" ujar mamaku
"Ya sudah, semuanya kita serahkan sama Allah. Allah selalu tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha semampu kita" tambah mamaku
"..Kita hanya bisa berdoa dan berusaha semampu kita"
Berdoa dan berusaha. Berdoa sudah, bahkan selalu. Berusaha. Ya berusaha. Berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, itu yang belum ku lakukan. Sepertinya kata-kata mamaku tadi membuat tekadku semakin bulat untuk menelusuri kembali masa lalu Melissa. Siapa saja orang-orang di masa lalunya dan hal apa saja yang pernah terjadi dengannya. Itu yang harus ku lakukan. Aku akan berusaha semampuku untuk menegakkan keadilan untuk sahabatku.
Setelah sarapan, aku kembali ke kamarku dan membuka handphone. Siapa tahu ada kabar penting tentang Melissa. Dan benar saja. Ada WhatsApp masuk dari Mama Melissa
"Elena. Hari ini tante dipanggil ke kantor polisi, hasil autopsi Melissa sudah keluar. Tante dan om berencana akan memakamkan Melissa besok, itu pun jika sudah diperbolehkan oleh pihak kepolisian. Nanti tante kabari lagi jika ada kabar penting. Maaf mengganggu, terimakasih"
Dengan segera, aku membalas pesan tersebut
"Alhamdulillah kalau begitu, semoga bisa secepatnya. Tidak mengganggu kok, terimakasih atas infonya tante"
Aku segera keluar kamar untuk memberitahukan kabar ini kepada Mamaku. Papaku sudah berangkat kerja tadi, sedangkan adikku bermain di kuar rumah bersama teman-temannya. Dan sesampainya di ruang keluarga, kulihat Mama sedang menonton televisi. Tepatnya menonton berita. Dan sepertinya, berita tentang Melissa. Dann.. benar saja. Reporter tersebut mengatakan kalau hasil autopsi Melissa sudah keluar dan kepolisian akan terus memproses kasus ini. Kulihat mamaku sangat serius menonton berita tersebut, sehingga sepertinya tidak menyadari kehadiranku yang sekarang telah duduk disampingnya.
"Ma"
"Eh ada kamu El, maaf ya mama keasyikan nonton"
"Iya. Baru aja tadi Mama Melissa WA ke aku. Kalau hasil autopsi Melissa sudah keluar dan orangtua Melissa dipanggil ke kantor polisi. Orangtua Melissa pengennya Melissa dimakamin besok, tapi belum tau boleh apa nggak sama pihak kepolisian"
"Semoga saja diperbolehkan, biar dia lebih tenang disana"
"Iya sih ma, aku juga maunya begitu"
"Iya kasian dia. Orangtuanya Melissa pasti sangat sedih. Dia kan anak yang baik, ceria, suka menolong. Ya orangtua mana sih El yang gak sedih kalo anaknya meninggal. Mama aja sempat shock dan sedih waktu dengar berita itu, apalagi orangtuanya"
"Iya ma. Aku tuh penasaran. Siapa sih yang ngirimin surat-surat itu dan siapa Richard itu. Dan kemarin Mama Melissa bilang, dia mau serahin semua surat itu ke polisi. Siapa tau surat itu bisa membantu penyelidikan lalu polisi bisa tahu siapa pengirim surat-surat itu dan pelakunya segera ketangkap"
"Iya, mama harap juga begitu. Kasian Melissa dan orangtuanya. Harusnya dia terbuka, kalau dia berterus terang, mungkin kita dan orangtuanya bisa bantu dan mungkin gak begini akhirnya ya"
"Ya tapi mau gimana lagi ma"
"Semuanya sudah terlanjur, El. Kita tidak bisa memutar balik waktu. Yang sudah terjadi, ya terjadilah. Semua itu takdir, kita gak bisa mengelak. Kamu juga harus terlihat kuat di depan orangtua Melissa. Kamu gak mau kan ngeliat orangtua Melissa sedih terus? Mama juga gak tega lihat mamanya menangis histeris kaya kemarin. Pokoknya kita harus menguatkan mereka. Terutama kamu sebagai sahabatnya Melissa, kamu tidak boleh terlihat sedih meski kamu sendiri sangat sedih. Kita harus terlihat kuat dan tenang, meski berkecamuk amarah di dalam diri. Bagaimana kita bisa menguatkan orang lain jika kita sendiri terlihat sedih, hancur, dan rapuh? Mungkin itu juga yang Melissa lakukan. Dia berusaha untuk terlihat kuat dan tenang seakan semuanya baik-baik saja. Itu karena dia tidak mau membebani orangtuanya, kamu sebagai sahabatnya dan orang-orang di sekitarnya. Dan sekarang kita yang harus melakukan itu, kita harus terlihat kuat dan menguatkan mereka agar orangtua Melissa juga kuat dan tegar mengahadapi cobaan ini" jelas mamaku
"Iya ma" balasku sambil mengangguk
".. Kita harus terlihat kuat dan tenang, meski berkecamuk amarah di dalam diri. Bagaimana kita bisa menguatkan orang lain jika kita sendiri terlihat sedih, hancur, dan rapuh?"
Perkataan mamaku benar juga. Aku harus terlihat kuat, tenang, sabar dan tegar menghadapi semua ini. Aku juga tidak mau dan tidak tega melihat orangtua Melissa terus-terusan bersedih karena kepergian anaknya. Aku harus menguatkan mereka. Jika mereka kuat dan sabar, aku yakin pasti Melissa juga semakin tenang disana.
Aku harus berusaha untuk Melissa, sahabatku yang selalu menemaniku selama dua tahun terakhir ini. Aku akan berjuang, melawan semua rasa takut, sedih, dan cemas untuk membongkar kebenaran untuknya. Kamu hanya perlu menunggu, Mel. Tuhan pasti sudah punya rencana yang lebih baik. Pasti ada hikmah disetiap peristiwa yang terjadi kan? Semua kebenaran akan segera terungkap dan keadilan akan ditegakkan. Aku yakin itu. Dan aku akan berusaha semampuku untuk mewujudkannya. Untukmu, Melissa sayang. Untukmu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melissa
Teen FictionKetika kepergian sahabatmu menyisakan luka dan kesedihan yang sangat mendalam. Namun, tak hanya itu. Kepergian sahabatmu juga menyisakan banyak misteri dan sejuta tanya. Dan semua itu akan terbongkar satu persatu seiring berjalannya waktu. Cover by:...