Fourteen

25 3 0
                                    

Masih ingat dengan ajakan Richard kemarin? Ya, pagi ini aku akan berangkat ke rumah Richard menggunakan motorku. Tadinya aku akan berangkat sendiri, namun tidak jadi karena mamaku juga akan pergi ke supermarket, jadi kami memutuskan untuk pergi bersama. Mama akan mengantarku sampai ke rumah Richard lalu ia akan melanjutkan perjalanan ke supermarket dan berbelanja.

Oiya, mamaku sudah mengetahui tentang Richard. Aku menceritakannya beberapa hari yang lalu.

Jarak antara perumahan tempatku tinggal dan jalan tempat tinggal Richard tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai di Jalan Lily. Aku dan Mama menyusuri rumah-rumah yang berada di jalan itu untuk mencari tahu letak rumah Richard. Mataku pun terfokus pada sebuah rumah bercat abu-abu.

Jalan Lily no. 35.

Itu dia. Aku sudah berada di depan rumah Richard sekarang.

"Ma, stop. Kayanya yang ini rumahnya" ucapku sambil menunjuk rumah tersebut

"Kamu yakin yang ini? Takutnya salah rumah" ucap mamaku sambil menatap rumah tersebut

"Iya ma, itu ada nomornya, no. 35. Berarti yang ini" balasku meyakinkan mama

Aku pun turun dari motor.

"Ya sudah. Kamu hati-hati ya. Pulangnya jangan terlalu sore. Kalau ada apa-apa telepon mama ya. Mama pergi dulu ya"

"Iya ma" balasku singkat sambil menyalami tangan mama

Mama pun berlalu pergi dengan motornya. Aku pun berjalan ke arah rumah tersebut. Langkahku terhenti secara tiba-tiba ketika aku sudah berdiri di depan pagar rumah Richard.

"KAMU GAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN PAPA YA! GARA-GARA ANAK SIALAN ITU SEMUANYA JADI HANCUR SEPERTI INI!" Aku mendengar suara teriakan seorang lelaki dari dalam rumah.

Oh tidak. Ada sesuatu yang tidak beres, terdengar seperti suara orang yang sedang bertengkar dari dalam rumah ini. Sepertinya yang berteriak tadi adalah ayahnya Richard. Adinda benar, sepertinya dia memang orang yang kasar dan keras.

Aku yang merasa takut melangkah mundur, sedikit demi sedikit menjauhi pagar rumah tersebut.

"Tapi Papa tenang saja, pa. Semua kan sudah selesai, sudah kita bereskan. Tidak ada lagi yang bisa menghalangi kita" terdengar suara seorang perempuan, masih dari dalam rumah.

Tak hanya itu yang kudengar, aku juga mendengar suara seorang perempuan yang sedang menangis dari dalam rumah itu. Suaranya berbeda dari perempuan yang berteriak tadi. Aku semakin takut dan bingung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

"PAPA INI GAK PUNYA HATI YA! MELAKUKAN SEMUA INI CUMA DEMI HARTA! DIMANA PERASAAN PAPA?" Teriak seorang lelaki. Kurasa aku mengenal suaranya. Itu suara Richard.

"KALAU HIDUP TUH GAK USAH BANYAK-BANYAK PAKE PERASAAN, CUKUP PAKE OTAK!" Teriak seorang perempuan itu lebih keras lagi.

"TAPI KEBERADAAN KITA SUDAH MULAI DIKETAHUI OLEH POLISI! BAGAIMANA KALAU KITA TERTANGKAP? DAN SEMUA INI GARA-GARA KAMU DAN ANAK SIALAN ITU. APA YANG SEBENARNYA KAMU INGINKAN?" Teriak seorang lelaki, sepertinya itu suara ayah Richard.

Tertangkap polisi? Anak sialan? Apa maksud semua ini?

"Atau kamu menginginkan uang? Uang kami? Kamu sirik kan kepada kami?" Tanya seorang perempuan yang berteriak tadi, entah itu suara siapa.

"Tidak! Dengar ya, aku tidak membutuhkan uang hasil pekerjaan kotor kalian. Aku tidak mau makan dan hidup dari uang haram seperti itu! Aku tidak sirik. Apa sih yang kalian punya sehingga membuatku iri? Tidak ada! Asal kalian tahu ya, jika kalian hanya ingin membuat keributan, sebaiknya kalian angkat kaki dari rumah ini!!" Itu suara Richard.

Siapa yang Richard usir? Apa dia mengusir ayahnya sendiri? Ya ampun, bagaimana ini?!

Ngomong-ngomong, aku tahu menguping pembicaraan orang itu bukan hal yang baik. Tetapi aku tidak punya pilihan saat ini. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

"KAMU MEMANG ANAK KURANG AJAR!" Teriak ayah Richard

"YANG KURANG AJAR ITU SIAPA? PAPA ATAU AKU? DAN PEREMPUAN GILA INI?" teriak Richard. Suaranya terdengar penuh amarah.

"KAMU INI YA! ANAK TIDAK TAHU TERIMAKASIH!" Balas ayah Richard, masih dengan penuh amarah.

"UNTUK APA AKU BERTERIMAKASIH KEPADA ORANG YANG MENCOBA MENGHANCURKAN HIDUPKU?" Tanya Richard dengan berteriak.

"HENTIKAN! INI SUDAH LEBIH DARI CUKUP! APA KALIAN TIDAK BISA MEMBIARKAN RICHARD HIDUP DENGAN TENANG?!" teriak seorang perempuan, suaranya terdengar seperti habis menangis. Sepertinya dia adalah perempuan yang menangis tadi. Entah siapa dia.

"DIAM KAU! INI BUKAN URUSANMU!" Teriak ayah Richard membalas perkataan perempuan itu.

"JANGAN PERNAH MENCOBA UNTUK MENYAKITI ORANG YANG KUSAYANGI LAGI! SUATU SAAT NANTI KALIAN AKAN TAHU AKIBATNYA!" Teriak Richard

"BERANI-BERANINYA KAMU MENYUMPAHI KAMI!" teriak seorang perempuan, sepertinya dia yang berteriak dan marah-marah tadi. Dia terdengar seperti membela Papa Richard. Suaranya terdengar sama.

"KELUAR.KAMU.DARI.SINI.SEKARANG!" ucap Richard sambil menekankan setiap kata yang diucapkannya.

Cklek.

Terdengar suara seseorang membuka pintu. Lalu dia menutup pintu itu dengan kasar. Aku segera berlari menjauhi rumah itu. Aku bersembunyi dibalik pohon yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Richard. Kulihat sebuah mobil keluar dari rumah itu. Sepertinya papa Richard dan perempuan itu sudah pergi.

Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah sebelum aku menyelesaikan tugasku bersama Richard. Bagaimana mau mengerjakan tugas kalau keadaannya seperti ini? Aku tahu, Richard pasti masih dalam keadaan emosi. Aku tidak ingin semakin merusak suasana di rumah itu. Aku juga tidak ingin dia tahu kalau aku mendengar semua pembicaraannya dengan ayahnya tadi.

Aku menjadi semakin bingung.

Memangnya siapa yang dia sebut perempuan gila itu? Mengapa papa Richard membicarakan tentang kepolisian? Apa yang telah papa Richard lakukan sehingga membuat ia dikejar oleh polisi? Apa yang membuat Richard menjadi semarah itu terhadap ayahnya? Apa yang telah ayahnya dan perempuan itu lakukan? Apa yang dimaksud dari semua yang baru terjadi tadi? Sepertinya Richard tidak tinggal bersama orangtuanya. Tapi jika ia tidak tinggal dengan orangtuanya, dengan siapa dia tinggal? Apa ini semua berhubungan dengan kematian Melissa? Lalu apa yang ayah Richard lakukan demi harta?

Aaaarrrghh semua ini membuat keadaan semakin rumit, aku benar-benar tidak mengerti lagi. Semua tanda tanya ini semakin memenuhi otakku. Kepalaku terasa sangat pusing dibuatnya. Tak ingin berlama-lama disana, aku memutuskan untuk segera pulang dengan menggunakan taksi.

***
Maaf kalo kebanyakan capslock ya hehe. Vommentsnya dong! Yang baca sama yang vote beda jauh gini angkanya, jongklang banget, sedih dd :(

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang