Eight

27 5 0
                                    

Tak lama setelah aku mendapat balasan pesan dari Adinda tadi, handphone ku kembali berdering. Ternyata itu WhatsApp dari Mama Melissa.

"Elena, pihak kepolisian sudah memperbolehkan kami untuk membawa pulang jenazah Melissa untuk dimakamkan. Jadi Melissa akan dimakamkan besok. Kamu bisa datang kan? Terimakasih"

Akhirnya, Melissa sudah boleh dimakamkan. Setidaknya dia bisa beristirahat lebih tenang di peristirahatan terakhirnya.

"Syukurlah kalau begitu. Inshaallah aku bisa datang besok. Terimakasih atas infonya, tante. Oiya, Adinda teman sekelas Melissa semasa SMP dulu mengucapkan turut berduka cita atas kepergian Melissa untuk Tante dan keluarga"

Setelah membalas pesan tersebut, aku menyalakan televisi yang ada di kamarku. Aku pun mengganti channel untuk mencari acara tv yang lebih seru. Mataku terhenti ketika melihat acara berita yang mengabarkan bahwa jenazah Melissa sudah boleh dibawa pulang untuk dimakamkan oleh keluarganya. Disitu terlihat peti jenazah Melissa dimasukkan ke dalam mobil ambulance untuk dibawa ke rumah duka. Kedua orangtua Melissa ikut menaiki mobil ambulance tersebut. Mama Melissa menangis lagi, dia sangat-sangat terpukul dengan kematian anak semata wayangnya, Melissa.

Entah mengapa, aku kembali merasa bersalah. Apa mungkin karena aku tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa Melissa pada waktu itu? Ya mungkin karena itu. Dan karena aku tidak bisa menyelamatkannya pada waktu itu, maka yang harus kulakukan sekarang adalah memecahkan misteri dibalik kematiannya. Aku harus melakukan sesuatu lagi setelah aku mengetahui bahwa Richard adalah mantan kekasih Melissa. Tentu itu saja belum cukup. Ya, aku harus melakukan hal lainnya agar semua misteri ini bisa dipecahkan.

***

Hari ini adalah hari pemakaman Melissa. Aku beserta keluargaku menghadiri acara pemakaman tersebut. Kami mengunjungi rumah Melissa sebelum berangkat ke pemakaman. Disini sudah banyak orang yang berkumpul untuk menghadiri pemakamannya. Mulai dari keluarga, tetangga, hingga teman-teman sekolah dan beberapa guru kami.

"El" panggil seseorang

"Eh, ya?" Aku menoleh

Ternyata itu adalah Cindy, teman satu kelasku.

"Apakah kasus pembunuhan Melissa ini sudah ada perkembangan?" Tanyanya

"Aku belum mengetahui bagaimana pastinya. Tapi sepertinya sudah. Dan maaf saja aku belum bisa berbicara banyak mengenai hal itu karena investigasi kasus ini masih dibuka dan kasus ini masih dalam penyelidikan kepolisian" jelasku

"Baiklah, aku mengerti. Kamu yang sabar ya. Aku percaya kamu bisa melalui semua ini meski sulit"

"Iya terimakasih ya Cin"

Cindy hanya membalasnya dengan anggukan. Tak lama, kami pun melaksanakan shalat jenazah di masjid yang ada di komplek perumahan tempat tinggalku. Lalu aku dan para pelayat yang lain memanjatkan doa-doa untuknya. Mama Melissa terus menangis, dia tidak mampu lagi menahan air matanya. Bahkan tadi kudengar, tetangganya berkata bahwa Mama Melissa sempat pingsan tadi pagi.

Selesai shalat dan berdoa, kami segera berangkat menuju pemakaman. Lafaz "Laailahailallah" terus saja dikumandangkan sepanjang perjalanan. Karena lokasi pemakamannya tidak terlalu jauh dari komplek, tak butuh waktu yang lama untuk sampai di pemakaman. Sesampainya di pemakaman, kami berjalan menuju liang lahat yang telah disiapkan. Setelah menemukan liang lahatnya, papa Melissa beserta beberapa orang lainnya segera membuka keranda dan mengangkat jenazah Melissa untuk dimasukkan ke liang lahat. Mama Melissa menangis lagi ketika melihat jenazah putrinya masuk ke liang lahat sedangkan papanya berusaha terlihat tegar meski aku tahu dia sangat sedih. Kedua orangtua Melissa mungkin masih tak percaya bahwa putrinya lah yang mendahului mereka untuk menghadap Sang Pencipta.

Para pelayat memanjatkan doa-doa untuk Melissa. Setelah prosesi pemakaman selesai, sebagian besar pelayat pulang. Hanya ada aku, keluargaku dan keluarga Melissa yang tersisa disana.

Baru kusadari, ada seorang lelaki yang mungkin memperhatikan kami di pemakaman ini sedari tadi. Ya, aku melihat seorang laki-laki berpakaian hitam dan juga memakai kacamata hitam. Mungkin umurnya tidak berbeda jauh denganku. Entahlah, wajahnya tidak terlalu jelas karena dia berdiri jauh dari tempatku berdiri. Aku terus memperhatikan lelaki itu dan sepertinya lelaki itu juga terus memperhatikan aku.

"Bu, yang sabat dan tegar ya. Semoga amal kebaikan Melissa diterima di sisi Allah" ucap Mamaku sambil mengelus pundak Mama Melissa dengan halus

"Iya bu, aamiin, terimakasih ya. Elena, maafin Melissa ya kalo Melissa punya salah sama kamu. Tolong dimaafkan ya, nak" seketika ucapan Mama Melissa membuyarkan lamunanku

"Eh. Iya tante, lagipula Melissa gak pernah punya salah sama aku kok. Dia orang yang sangat baik" balasku

Mama Melissa hanya membalasnya dengan senyuman. Air mata kembali membasahi pipinya.

Sedangkan mataku kembali melirik keadaan sekitar untuk melihat kembali lelaki tersebut. Lelaki itu sudah tidak ada. Secepat itukah dia menghilang? Apa yang dia lakukan disini? Jika dia mau melayat Melissa mengapa dia tidak mendekat dan bergabung bersama para pelayat yang lain tadi?

Deg.

Jantungku terasa berhenti sesaat. Aku baru menyadari sesuatu. Satu hal yang terbersit di pikiranku saat ini. Mungkinkah lelaki tersebut adalah Richard?

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang