Seventeen

10 2 0
                                    

"Ma, Mama Melissa memberitahuku bahwa pelaku penembakan Melissa sudah tertangkap. Kedua orangtua Melissa ada di kantor polisi sekarang. Apa boleh kalau aku pergi kesana juga?" Tanyaku kepada Mama dengan penuh harap

"Syukurlah kalau begitu. Ya sudah ayo, mama antar kamu kesana. Mama juga ingin melihat pelakunya" jawab Mama

Aku segera menaiki motor dan berjalan menuju ke kantor polisi. Rasanya sudah tidak sabar hati ini untuk melihat dan menemui pelakunya. Seandainya saja motor ini bisa terbang, hufft :(

***
Disinilah aku. Di depan kantor polisi. Aku menunggu mama yang sedang memarkirkan motornya. Tampak di depan gedung sudah banyak dipenuhi wartawan yang ingin mewawancarai anggota kepolisian atau pelaku untuk memberikan keterangan.

Setelah selesai memarkirkan motornya, aku, Raisha, dan Mama segera masuk ke dalam gedung kantor kepolisian dengan berlari kecil. Tentu saja kami tidak ingin dikerubungi wartawan yang mengetahui statusku sebagai saksi di kasus ini, maka dari itu kami mempercepat langkah kaki kami.

Ketika kami memasuki gedung, aku langsung melihat kedua orangtua Melissa di lantai dasar. Kami segera menghampiri mereka.

"Tante, bagaimana? Siapa pelakunya?" Tanyaku

"Tante juga belum tahu pasti, sayang. Tante belum melihatnya. Tante baru diberi kabar oleh pihak kepolisian tadi pagi, tante dan om langsung kesini" jawab Mama Melissa dengan wajah yang cemas

Ya ampun, padahal aku sudah penasaran setengah mati.

"Memang sudah benar dipastikan kalau dia pelakunya? Semoga saja tidak salah orang ya" tanya mamaku

"Ya bu, saya yakin dia pelakunya. Semoga saja. Meski saya belum melihatnya. Saya juga yakin kalau dia juga yang menulis surat ancaman untuk Melissa. Entah mengapa, feeling saya sangat kuat sekali" jawab Mama Melissa dengan mata berkaca-kaca dan suara yang menahan tangis

Papa Melissa sedari tadi hanya terdiam, matanya juga terlihat berkaca-kaca. Aku yang memandangnya jadi kembali merasa sedih.

Mengapa Melissa harus pergi secepat ini, Ya Tuhan?

Aku tahu Tuhan menyayangi orang-orang baik seperti Melissa, maka dari itu Tuhan memanggilnya terlebih dahulu. Namun tak bisakah aku menghabiskan waktuku lebih lama lagi bersamanya?

Ting.

Pintu lift terbuka. Keluarlah seorang laki-laki dengan kedua tangan yang sudah diborgol dan dua petugas polisi bersama seorang remaja laki-laki yang wajahnya tak asing lagi untukku.
Richard. Itu dia.

Aku yakin, lelaki dengan tangan terborgol itu pasti pelakunya. Namun mengapa harus ada Richard disini? Apa hubungannya dia dengan pelaku?

Kedua orangtua Melissa terlihat sangat terkejut begitu melihat pelakunya. Begitupun dengan aku, mamaku dan adikku. Mama Melissa tidak dapat menahan air matanya lagi, dia menangis seketika begitu melihat sang pelaku.

Richard yang melihatku hanya menatapku dan menundukkan kepalanya.

Belum selesai sampai disitu, pintu lift kembali terbuka lalu keluarlah seorang perempuan muda dengan tangan terborgol dan dua petugas kepolisian yang mendampinginya. Sepertinya dia juga pelakunya. Mengingat kesaksian seorang warga pada waktu itu, aku jadi bertambah yakin kalau dia juga ada kaitannya dengan kasus ini.

Petugas kepolisian sepertinya akan langsung membawa kedua tersangka ke rutan. Kedua tersangka langsung dimasukkan ke dalam mobil polisi. Terlihat diluar gedung wartawan sudah mengerubungi tersangka dan meminta keterangan. Namun kedua tersangka yang tidak kukenal tersebut tidak berbicara sepatah kata pun. Begitupun dengan keempat petugas kepolisian yang mendampingi mereka. Mobil-mobil polisi yamg membawa para tersangka langsung melaju dan mengabaikan para wartawan yang mengejar-ngejar mobil polisi. Petugas keamanan yang berjaga di luar gedung tampaknya kewalahan mengatasi kerumunan wartawan di luar sana, saking banyaknya wartawan yang datang untuk meminta keterangan.

Richard yang tidak ikut menaiki mobil polisi, hanya terdiam di luar gedung. Dia juga tampaknya dikerubungi wartawan untuk dimintai keterangan. Namun sama, dia juga tidak berbicara sepatah kata pun. Menyadari banyaknya wartawan yang mengerubunginya, dia segera masuk kembali ke dalam gedung. Dia pun memeluk seorang wanita yang tidak kusadari kehadirannya sedari tadi. Tampaknya wanita tersebut sudah sangat akrab dengan Richard. Entah itu ibunya atau bibinya. Wanita itu terlihat sedang menangis dan Richard berusaha menenangkannya dengan mengusap punggungnya secara halus. Aku segera menoleh ke belakangku dan menyadari bahwa Mama Melissa juga sedang menangis. Mamaku dan Papa Melissa sedang berusaha menenangkannya. Aku pun menghampiri Mama Melissa yang sedang terduduk lemas di sofa sambil memegang sebuah sapu tangan, sesekali dia mengusap air matanya. Aku pun turut berusaha untuk menenangkannya. Sebenarnya aku juga ingin menangis, tapi aku tidak mau membuat Mama Melissa semakin sedih.

Aku pun kembali teringat para tersangka yang kulihat beberapa menit yang lalu. Siapa mereka sebenarnya? Mengapa Richard berada disini bersama mereka tadi? Lalu siapa wanita yang sedang Richard peluk tersebut?

Banyak hal yang ingin kutanyakan pada Richard. Ia juga tadi belum sempat menjelaskan apapun padaku. Aku harus segera bertanya kepadanya.

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang