Sixteen

11 2 0
                                    

Ya, sejujurnya aku ingin berterus terang kepada Richard. Tapi apa harus sekarang? Kurasa aku belum siap, tapi aku juga membutuhkan penjelasan secepatnya dari apa yang telah kudengar kemarin. Apa benar ayah Richard ada sangkut-pautnya dengan kasus penembakan Melissa?

Mau bagaimana lagi? Aku harus berkata jujur jika aku ingin mengetahui kebenaran juga. Ya, aku harus jujur. Aku akan mengatakan semuanya pada Richard. Dan aku juga akan berusaha untuk membuat Richard berkata jujur. Aku ingin dia menjelaskan padaku apa maksud dari semua percakapan yang kudengar kemarin.

Karena menurutku percakapan kemarin itu mencurigakan.

"...semua gara-gara kamu dan anak sialan itu!"

Bisa jadi ada hubungannya dengan surat ancaman yang Melissa terima

"Richard seharusnya tidak bertemu kamu. Bahkan dengan kehadiran anak itu saja aku sudah meradang, lalu ditambah kehadiranmu. Kalian berdua sama-sama pembawa sial..."

Iya kan? Mungkin saja begitu.

Kurasa aku harus mengubah pemikiranku, aku harus berterus terang kepada Richard bahwa aku datang ke rumahnya dan mendengar pertengkaran dia dan ayahnya kemarin. Saat ini hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa mendapat kejelasan dari semua yang telah kualami, yang telah membuatku bingung dan membuat keadaan saat ini terasa semakin rumit. Kebenaran bisa terungkap jika dimulai dengan seseorang yang berani bertindak kan? Sekecil apapun tindakan yang dilakukan, namun dikerjakan secara jujur, jika Tuhan mengizinkan, maka kejujuran yang kita lakukan akan dibalas dengan kebenaran dan kebaikan juga. Semoga saja Richard tidak marah karena aku tidak berkata jujur padanya tadi.

***

"Hai Vera, apa ada Richard di dalam?"

"Hai juga Elena, tunggu sebentar ya. Nanti akan ku panggilkan"

Disinilah aku. Di depan pintu kelas Richard. Aku ingin menemuinya dan berkata jujur kepadanya tentang kejadian kemarin. Aku sendiri, tidak ditemani oleh Cindy. Dia tahu ini mengenai kasus penembakan Melissa, tetapi aku tidak menceritakan kepadanya secara detail. Jadi dia tidak ingin ikut karena tidak mau mengganggu percakapanku dan Richard nanti. Aku meminta tolong kepada Vera, teman sekelas Richard, untuk memanggilkan Richard yang sedang berada di dalam kelasnya.

Tampak seorang lelaki yang kukenal keluar kelas dan berjalan kearahku. Itu Richard.

"Maaf Richard, apa aku mengganggumu? Aku ingin berbicara denganmu, apa boleh?" Tanyaku

"Tentu saja. Apa yang kamu ingin bicarakan denganku?"

"Tentang kemarin. Sebenarnya aku tidak pergi, aku datang ke rumahmu kemarin. Aku menepati janji kita untuk mengerjakan tugas bersama. Maaf aku telah berbohong tadi"

"Jadi kemarin kamu datang ke rumahku?"

"Iya, aku datang. Dan aku juga tahu kalau kamu sudah membohongiku, sebenarnya kemarin kamu ada di rumah kan? Kamu bertengkar dengan ayahmu kan? Dan juga terdapat dua perempuan yang tidak ku kenal di dalam rumah itu, iya kan?"

"I..iya. Maaf juga karena aku telah membohongimu"

"Iya, aku maafkan. Dengar, permohonan maafmu bukanlah hal yang begitu penting sekarang. Aku hanya butuh penjelasan. Aku mendengar semua percakapanmu dengan ayahmu kemarin. Apa maksud dari semua itu? Apa ayahmu memiliki keterkaitan dengan kasus penembakan Melissa? Umm, maaf jika aku lancang"

"Begini ceritanya--"

KRINGG!!

Bel masuk berbunyi. Dan Richard belum sempat menjelaskan apapun padaku. Terpaksa aku harus segera masuk ke kelas untuk melanjutkan KBM.

"Baiklah. Aku ingin kamu menjelaskan soal itu secepatnya padaku, aku masuk dulu ya. Ingat, kau.berhutang.penjelasan.padaku" ucapku sambil menekankan kata-kataku dan berjalan ke kelas

"I-- iya" balasnya singkat terbata-bata dan kembali ke kelasnya

***

KRING!!

Bel pulang sekolah yang ditunggu-tunggu para siswa akhirnya berbunyi juga. Pulang sekolah hari ini aku dijemput oleh Mama dan adikku. Mama menjemput adikku yang sudah pulang sekolah terlebih dahulu, lalu menjemputku. Aku pun segera menghampiri Mama yang sudah menungguku di tempat parkir.

Sesampainya di tempat parkir, mataku mencari Mama, adikku dan motornya. Tak butuh waktu yang lama, aku bisa menemukan mereka yang sepertinya sudah menungguku sedari tadi.

"Hai Ma, maaf ya lama" sapaku sambil menyalami tangan Mama

"Eh iya gak papa sayang. Ayo kita pulang" balas Mama sambil menyalakan motornya

Ting.

Handphone ku berbunyi.

"Eh Ma, tunggu. Hp aku bunyi" ucapku sambil mengeluarkan hp dari tasku

"Telepon kak?" Tanya adikku, Raisha

"Bukan, ada WhatsApp masuk" jawabku

"Dari siapa?" Tanya mama

Aku segera membuka WhatsApp dan pesan yang baru kuterima. Ternyata itu dari Mama Melissa.

"Elena, pelaku penembakan Melissa sudah tertangkap. Tante dan om sudah berada di kantor polisi sekarang, apa kamu mau datang kesini juga?"

Mataku berbinar ketika membaca pesan tersebut. Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Aku segera membalas pesan tersebut.

"Baiklah tante, aku akan segera kesana"

Syukurlah kalau pelakunya sudah tertangkap. Akhirnya, yang kutunggu-tunggu selama beberapa minggu ini datang juga. Setelah semua tanya yang memenuhi kepalaku, akhirnya ada kabar baik yang datang. Kuharap semua jawaban dari pertanyaan yang ada di kepalaku bisa segera terungkap kebenarannya. Aku hanya membutuhkan penjelasan dan jawaban yang sejujur-jujurnya.

Tapi siapa ya pelakunya? Dan mengapa ia bisa melakukan perbuatan sekeji itu terhadap sahabatku? Memang apa yang telah Melissa lakukan kepadanya? Dan apa benar bahwa si pelaku itu juga yang menulis surat ancaman kepada Melissa?

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang