Twelve

30 3 0
                                    

Aku terus terpikirkan ucapan Cindy tadi hingga sepulang sekolah. Entah mengapa aku yakin Richard menutupi sesuatu dariku. Hmm, yang aku khawatirkan adalah, jika ia menjadi korban kekerasan, mungkin sesuatu yang dia alami tersebut bisa jadi ada hubungannya dengan Melissa. Itu yang ada di otakku sampai sekarang, padahal sekarang aku sudah sampai rumah. Dan tidak bisa fokus karena masih terpikirkan soal Richard tadi.

Umm, bagaimana jika masalah tadi aku ceritakan kepada Adinda? Bisa saja dia mengetahui sesuatu tentang Richard, meski kemungkinannya kecil karena Richard dan Adinda bersekolah di tempat yang berbeda. Tapi tidak ada salahnya kan jika aku ceritakan ini kepada Adinda? Ya, aku akan coba mengirim pesan kepadanya.

"@elena.dz: Hai Adinda, maaf mengganggu. Boleh tidak kalau aku bercerita sedikit? Terimakasih :)"

Send.

"@adindaristy: Hai juga Elena, boleh kok. Apa yang akan kamu ceritakan? Aku akan menyimak kok. Btw, kamu tidak menggangguku dan sama-sama :)"

"@elena.dz: Jadi begini, Richard mantan Melissa yang tak lain adalah salah satu teman SMP mu dulu, dia pindah ke sekolahku kemarin. Aku menanyakan beberapa hal tentang penembakan Melissa dan surat-surat ancaman yang Melissa terima sejak beberapa bulan sebelum penembakan itu terjadi. Tapi Richard bilang, dia tidak mengetahui apa-apa soal itu, meski namanya disebut beberapa kali dalam surat-surat itu. Dia juga bilang bahwa sebenarnya dia sangat terpukul dengan kepergian Melissa. Lalu tadi pagi aku melihat dia di sekolah dengan pipi yang memar dan biru. Aku pun bertanya langsung kepadanua mengapa pipinya menjadi seperti itu, dia menjawab bahwa dia terbentur pintu. Tapi jika terbentur pintu, mungkin memarnya tidak akan separah itu. Aku rasa dia menyembunyikan sesuatu dariku, entah apa yang dia sembunyikan. Aku jadi terpikirkan sampai sekarang mengapa pipi dia menjadi seperti itu padahal kemarin pipinya baik-baik saja"

Send.

"@adindaristy: Benarkah? Jadi sekarang dia satu sekolah denganmu? Apa kalian sekelas? Dia memang orang yang baik dan kemungkinannya kecil untuk menyakiti Melissa apalagi sampai membunuhnya. Tapi apa benar dia benar-benar tidak mengetahui mengaa namanya ada di surat-surat tersebut? Duh, aku jadi bingung. Ini terasa semakin rumit ya. Soal pipinya yang memar, aku sudah pernah melihat dia dengan kondisi seperti itu beberapa kali sewaktu aku masih SMP. Setahuku, ayahnya itu galak. Orangnya keras. Richard sering ditampar dan dimarahi jika dia melakukan kesalahan, meski hanya kesalahan kecil sekalipun. Mungkin dia ditampar ayahnya lagi, ya Richard memang sering menyembunyikan hal itu kepada orang yang tidak terlalu dekat dengannya, apalagi orang yang baru dikenal seperti kamu"

Jadi, Richard sudah sering ditampar oleh ayahnya sendiri hingga pipinya memar seperti itu. Gila. Apa ayahnya tidak punya perasaan? Setega itukah dia menyakiti anaknya sendiri hingga pipinya membiru seperti itu? Ya ampun, kasihan Richard. Itu pasti terasa sakit sekali.

"@elena.dz: Iya, dia tidak sekelas denganku. Kelas kami bersebelahan. Iya, aku yakin dia orang yang baik. Aku juga yakin Richard memang benar-benar tidak mengetahuinya. Kurasa aku percaya adanya. Ya ampun, benarkah? Memangnya apa ya kesalahan yang Richard lakukan sehingga ayahnya menamparnya seperti itu? Apa dia tidak merasa kasihan kepada Richard? Tega sekali ya. Oh begitu, pantas saja dia belum mau terbuka soal itu kepadaku"

Send.

"@adindaristy: Iya begitulah El, aku juga tidak tahu apa kesalahan yang Richard perbuat sehingga sering ditampar oleh ayahnya sampai seperti itu. Karena setahuku Richard itu orang yang baik, El. Dia tidak pernah terlalu terbuka mengenai keluarganya. Tetapi sewaktu SMP dulu, jika ada pembagian rapot disekolah, Tante nya yang selalu mengambil rapot. Aku tidak tahu mengapa tidak orangtuanya saja yang mengambil langsung. Lagipula aku juga tidak terlalu dekat dengannya"

"@elena.dz: Oh begitu, baiklah terima kasih ya sudah mau mendengar ceritaku :)"

Send.

Aku jadi semakin penasaran mengenai Richard dan kehidupannya. Richard sepertinya sangat tertutup tentang kehidupan pribadinya. Terutama soal keluarganya. Ya aku tahu kalau semua orang punya privasi, tetapi jika ada sesuatu yang kita rasa tidak wajar, apa kita harus menanggung semua beban sendiri? Kita pasti butuh seseorang tempat kita berbagi kan? Tempat kita mencurahkan segala isi hati. Tempat kita meminta saran dan bertukar pikiran. Aku yakin, Richard juga pasti membutuhkan seseorang tempat dia berbagi. Aku tidak tahu mengapa dia begitu tertutup, seperti Melissa yang ternyata menutupi banyak hal dariku.

Hmm.

Kasus penembakan Melissa saja belum selesai, lalu Richard datang dengan kehidupannya yang tidak jelas. Kematian Melissa dan kehidupan Richard sama-sama menyimpan sejuta tanya untukku. Mengapa semua ini terasa begitu rumit?

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang