Nineteen

14 2 0
                                    

It's gonna be a longer chapter! Hope you like it! :)
***

"Ternyata kau sudah mengalami banyak hal di dalam hidupmu, menurutku kau sangat kuat untuk menghadapi semua ini. Kepergian ibumu, kepergian Melissa, tentang ayah dan kakakmu. Itu semua bukanlah hal yang mudah" ucapku

"Mau bagaimana lagi, aku tidak punya pilihan lain, aku harus kuat. Dan aku berusaha keras untuk itu. Hmm, sebenarnya sejak pertama kali aku melihat dan bertemu kamu, aku sudah percaya padamu. Namun aku belum siap untuk menjelaskan semua padamu" balasnya

"Aku senang dan bersyukur jika kau percaya padaku. Ya, memang awalnya aku curiga padamu. Kau terlihat seperti menyembunyikan banyak hal dariku. Aku kira kau ada kaitannya dengan penembakan Melissa, tapi ternyata tidak begitu"

"Iya. Wajar jika kau curiga, dia mantanku dan namaku ada disurat-surat ancaman yang dia terima"

"Iya. Ternyata kau orang yang baik, maaf aku telah berburuk sangka padamu"

"Tak apa-apa, tidak masalah kok"

"Oiya apa masih ada lagi sesuatu yang akan kau jelaskan padaku?"

"Oh ya, yang tadi itu belum selesai. Nah, soal surat wasiat itu. Sepertinya ayahku tahu dimana ibuku menyimpan surat wasiat itu. Lalu karena mereka ingin menguasai seluruh harta ibuku, mereka menyembunyikan surat wasiat yang asli dan memalsukannya. Mereka membuat ulang surat wasiat itu dan di surat itu tertulis bahwa perusahaan itu diwariskan kepada ayahku. Padahal di surat wasiat yang asli, perusahaan itu diwariskan untukku dan Tante Hana. Lalu aku bilang kepada ayahku dan Rania bahwa surat itu palsu, surat yang asli isinya tidak seperti itu. Bahwa seharusnya perusahaan itu diwariskan untukku dan Tante Hana. Lalu mereka berkata bahwa aku tidak memiliki bukti akan hal itu, mereka terus berkata bahwa perusahaan itu diwariskan kepada mereka dan menunjukkan surat wasiat itu. Tentu saja aku harus menemukan surat wasiat yang asli agar aku memiliki bukti bahwa perusahaan itu diwariskan untukku dan Tante Hana. Aku bukannya serakah seperti mereka, Elena. Aku hanya menuntut sesuatu yang menjadi hakku. Dan perusahaan itu adalah hakku dan Tante Hana juga. Lalu aku berpacaran dengan Melissa pada saat kelas 2 SMP. Aku menceritakan semua yang telah terjadi padaku kepada Melissa"

"Lalu? Apa reaksi Melissa setelah dia mendengar ceritamu?"

"Melissa pun mau membantuku untuk mencari di mana surat wasiat yang asli itu. Awalnya aku menolaknya ketika dia menawarkan bantuan, tetapi dia memaksa dan dia bilang tidak menerima penolakan. Akhirnya dengan terpaksa aku menyetujuinya. Kami mengikuti kemanapun ayahku pergi sebanyak beberapa kali. Bahkan kami sempat menyelinap masuk ke rumah tempat tinggalku dulu. Untuk mencari surat wasiat tersebut. Tapi kami tak kunjung mendapat petunjuk dimana surat wasiat itu disembunyikan. Ayahku dan Rania mengetahuinya, mengetahui bahwa Melissa mencoba untuk membantuku. Aku tahu Melissa dalam bahaya, ayahku dan Rania bisa saja berbuat apapun untuk menyakitinya. Sampai pada akhirnya, aku memintanya untuk berhenti membantuku. Aku memberi pengertian padanya bahwa sekarang kehidupannya terancam dan itu semua gara-gara aku. Lalu dia pernah mendapat surat ancaman sewaktu SMP dulu, dia memperlihatkan surat itu padaku. Tetapi aku menyobek kertas surat itu dan membuangnya. Beberapa hari setelah itu, aku jadi semakin khawatir karena kulihat mobil Rania yang sering parkir di tempat parkir sekolah kami dulu. Kupikir Rania sedang mengintaiku dan Melissa, Melissa memang tidak menyadari keberadaan Rania pada saat itu. Tetapi aku tahu. Aku cemas karena aku takut dia akan mencelakai Melissa. Akhirnya, aku memutuskannya karena aku tidak ingin dia diancam lagi dan lagi. Aku ingin aku dan dia terlihat jauh agar Melissa tidak diganggu lagi oleh ayahku dan Rania. Mungkin itu membuatnya patah hati, namun aku memutuskannya karena aku ingin melindunginya. Yang sayang memang tidak pernah pergi. Namun dengan keadaan yang seperti ini, aku juga harus berpikir agar bisa melindunginya meski itu bukanlah hal yang mudah. Dan ternyata setelah bertahun-tahun setelah itu, ayahku dan Rania masih saja dendam dan mengirimkan surat ancaman itu kepada Melissa"

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang