BAB 17

6.3K 439 15
                                    

Hari ini adalah hari ketiga setelah pemakaman di langsungkan. Bagi kei ini adalah mimpi. Ketika ia bangun di pagi hari sekuat tenaga ia berharap semua itu adalah mimpi, berharap itu tidaklah nyata dan hanya lelucon untuknya

Seberapa keras ia mencoba mengelak maka hatinya semakin mengoyak, seperti di silet. Perih sampai ia tidak bisa mengadu pada siapapun. Tidak ada tempat bersandar dan tidak ada tempat untuk bermanja lagi.

Kejutan yang ingin di berikan ibu dan ayah untuknya gagal. mereka tidak akan datang kerumah sambil mengucapkan 'kami pulang putriku' dan berpeluk mesra. Duduk menceritakan pengalaman dan makan di meja makan ketika malam. Menonton tv bersama bahkan berteriak hal-hal kecil yang menjadi lelucon.

Semua itu hanyalah kenangan. Mungkin ini adalah balasan dari anak manja sepertinya. Tapi bukankah terlalu kejam? Ia bahkan masih tersesat saat pulang kerumah. Setega itu tuhan mengambil segala fasilitas yang ia miliki di dunia? Fasilitas yang tidak bisa terganti dengan apapun?

Kei masih di bawah selimut. Ia tidak ingin membuka mata karna berharap ini adalah kejutan untuknya. Dan setiap pagi ia selalu berharap seperti itu

"Kau demam. Ayo kita ke rumah sakit" myung soo duduk di sisi ranjang mengamati wajah di bawah selimut. Tidak ada jawaban lagi "kau tidak bisa terus seperti ini. Sudah 1 bulan kau terus seperti ini. Bangkit dan lihat masa depanmu"

Kei masih terdiam. Berusaha memejamkan matanya kembali. Tapi kali ini tampaknya kesabaran myung soo habis. Pria itu menarik selimut kei "bangun! Kau tidak mendengarku? Kau harus mempersiapkan wisudamu, kau harus melakukan berbagai interview"

"Aku tidak mau" jawab kei dengan suara serak. Ia memeluk tubuhnya "pergilah"

"mau sampai kapan kau seperti ini, hah? Seumur hidup? Meskipun kau seperti ini terus menerus orang tuamu tidak akan kembali. Ambil hal positif yang bisa kau petik untuk hidupmu nanti"

Kei tersenyum samar "hal positif? Apa yang bisa aku ambil dari kepergian mereka? Hutang yang mereka tinggalkan untukku? Apa yang sebenarnya mereka lakukan di luar negri sehingga meninggalkan hutang sebanyak itu, hah?"

Myung soo terdiam. Ia tidak tau bahwa kei sangat terluka dan terpukul sekarang "aku bahkan hanya menghitung hari kapan aku di usir dari rumah ini. Apa hal positif yang bisa aku dapatkan?" Air mata pertahanan kei akhirnya jatuh lagi. Ia sudah tidak teringat kapan ia berhenti menangis karna setiap menit gadis itu pasti menangis

"Aku bisa membantumu"

"Membantu? Tidak. Kau tidak akan sanggup membayar semua itu. Pergilah aku baik-baik saja, aku tau kau sibuk. Jangan halangi pekerjaanmu hanya untuk melihat gadis menyedihkan sepertiku" kei menghapus air matanya lalu menatap myung soo "pergilah, aku tau kau sibuk"

"Aku akan kemari setelah meeting nanti"

Kei mengangguk tersenyum kecil. Ia menatapi punggung myung soo yang kian menjauh dan hilang di balik pintu. Kei menarik nafasnya panjang lalu kembali menarik selimut. Ia terlalu lelah untuk memikirkan banyak hal. Rasanya tidak sanggup dan sudah cukup otaknya bekerja sekarang. Memikirkan hutang orang tuanya, ketika rumahnya di sita dan ia tinggal di jalanan

Suara bel di bawah berbunyi entah sudah yang keberapa kali. Kei membuka matanya malas dan kepalanya pusing. Ia memberikan waktu sejenak untuk mengisi ruang otaknya agar tidak jatuh ketika melangkah.

Kei membuka selimutnya, mengenakan sandal merah berbulu dengan kepala mickey mouse lalu berjalan ke lantai bawah. Ia menguncir rambutnya asal sebelum membuka pintu

"Tunggu seben-" ucapan kei berhenti seketika melihat seorang pria kini berdiri di depan rumahnya. Wajahnya sedih, rapuh, dan matanya menunjukkan kesedihan yang mendalam "song mino?"

"Annyeong. Kim jiyeon" sapanya mencoba menunjukan senyuman di bibir

Mata kei berkaca. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Memarahi karna mino pergi tanpa izin? Mengusirnya karna telah meninggalkannya atau memeluknya karna ia sedang butuh sandaran saat ini?

Gadis itu maju satu langkah memperdekat jaraknya dengan mino. Untuk marah pada pria itu rasanya butuh tenaga yang ekstra tidak untuk sekarang. Ia terlalu lemah untuk mengusirnya.

"Kau dari mana? Kenapa pergi selama itu? Apa kau berniat pergi ketika aku sungguh mengusirmu? Hya! Aku hanya bercanda. Aku kesal dan aku kecewa padamu, tapi.. tapi aku tidak sejahat dirimu yang meninggalkanku selama ini" kei memeluk mino, menangis di dekapan pria itu. Ia merindukan mino, pelukannya, sentuhannya, bicaranya, aroma tubuhnya, ia merindukan semuanya

Mino mengelus kepala kei, mencium pucuk kepala gadis itu "maaf. Karna aku telah meninggalkanmu. Maafkan aku"

Kei menangis, menumpahkan segala kekesalannya di dada mino. Ia ingin mengadu dan ingin mino melindunginya, berada di sampingnya, menghapus air matanya dan berdiri paling depan ketika ia butuh benteng pertahanan

Kini mino kembali. Orang yang selalu bisa membuat dirinya bermanja kini datang lagi. "Jangan pergi lagi. Kumohon" ucap kei di sela isak tangisnya

"Pasti. Aku tidak akan pergi lagi. Maaf"

Kei melepaskan pelukkannya menatap wajah mino dan menyentuh wajah pria itu dengan kedua tangannya "kau kenapa? Ada apa? Kenapa dengan wajahmu? Kau kesulitan? Sakit?"

Mino menyentuh tangan kei di pipinya "aku hanya merindukanmu"

"Kau di mana selama ini?"

"Sebuah tempat seperti penjara, dingin, dan aku tidak bisa bergerak selain bernapas dan membuka mata"

"Kenapa wajahmu seperti ini? Aku akan menyukur bulu yang tubuh di pipimu. Ayo masuk" kei menarik tangan mino menuju kamar mandi mengoleskan cream putih di wajah mino "kenapa kau tidak mengurus tubuhmu? Kau bertambah kurus"

"Aku kesulitan, dan aku terjebak"

"Terjebak? Dimana?"

Kei menghentikan aktifitasnya ketika sebuah ketokan pintu berbunyi sangat keras. Awalnya kei tidak ingin menghiraukan tapi suara itu semakin mengeras membuatnya sangat pusing, berat dan ia tidak bisa membuka matanya

"Hya!! Buka pintunya!!"

Kei membuka matanya, mengatur nafasnya sejenak "ini mimpi?" Tanyanya miris. Sebesar itukah dirinya merindukan mino sehingga pria itu muncul dalam mimpinya. Kei langsung keluar dari kamarnya berlari menuju pintu

Mimpi itu masih sangat jelas di dalam pikirannya. Dengan semangat gadis itu membuka pintu berharap mimpi itu terulang

"kau yang bernama kim jiyeon? Silahkan pergi karna rumah ini disita"

---

Kangen song mino yahh.. sama author juga. Mino hilang

The Young Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang