Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Mino langsung menuju hotel yang sudah ia siapkan sebelumnya. Kei terlihat sudah sangat ngantuk karna sepanjang perjalanan gadis itu tertidur. Mino langsung manarik tangan kei masuk kedalam, mereka harus makan malam terlebih dahulu
setelah menikmati hidangan makan malam dan juga live music mino mengantar kei menuju kamarnya sedangkan soo jung di arah timur berbeda beberapa pintu darinya
"Masuklah, kau terlihat sangat mengenaskan" ucap mino membuka pintu kamar untuk kei
"Kamarmu dimana?"
"Kenapa? Kau berubah pikiran untuk satu kamar denganku?" Tanya mino menggoda. Kei langsung menginjak kaki mino
"Ada soo jung disini, jika kau macam-macam. Aku akan mengutukmu, araseo!"
"Aww ya ampun ji, kau kasar sekali sih!" Mino mengelus kaki kirinya "kau tidak ingin berjalan-jalan dulu? Ada sebuah tempat yang ingin kutunjukkan padamu"
***
Mino mengendarai mobilnya sekitar 10 menit. Tempatnya tidak jauh dari hotel. Angin pantai langsung menyerbu ketika kei turun dari mobil. Ia mulai menggigil bila saja mino tidak memberikan sebuah jaket yang memang sudah ia persiapkan. Mino menggenggam tangan kanan kei lalu mereka mulai memasuki sebuah goa yang sangat gelap dan penerangan mino hanya dari sebuah ponsel
Kei sudah berkata ingin kembali ke hotel tapi mino bersikeras tidak mau. akhirnya Mereka tiba di ujung goa dan suara gemuruh ombak langsung menghampiri keduanya. Rambut kei langsung berterbangan dan jika saja mino tidak menggenggam tangannya ia sudah terbawa angin.
Mereka menuruni tangga yang jumlahnya puluhan untuk tiba di pinggir pantai. Tidak ada orang di sana
kei mengedarkan pandangannya "Aku tidak bisa melihat apa-apa" ucap kei merapatkan jaketnya. Kei benar dan tidak berbohong, ia hanya bisa mendengar suara ombak tanpa melihat pantainya hanya rembulan malam yang ikut menerangi lautan dari atas sana
"Aku belum mulai" jawab mino lalu ia meraih sesuatu di saku celananya dan seketika lampion memenuhi pantai ada lilin yang mengampung di pantai dan kei sadar sekarang dirinya tengah berada di sebuah lingkaran puluhan lampu. Kei menutup mulutnya takjub lalu menatap mino tidak percaya
"Kau bisa melihat pantainya?" Mino membawa kei menuju bibir pantai lalu keduanya duduk menikmati sentuhan ombak yang menerpa
kei masih takjub dengan penglihatannya "Bagaimana kau bisa melakukannya? Ini sangat indah mino-ya"
"Kau suka?" Kei mengangguk "aku bisa melakukan ini kapanpun kau mau"
Kei terdiam senyumannya tiba-tiba pudar. Ia menatap mino yang kini mengalihkan pandangan darinya. Ia tidak salah dengar kan? Kei menggelengkan kepalanya lalu kembali tersenyum
Mungkin bagi wanita yang di beri kejutan seperti ini akan merasa senang dan terharu sama halnya dengan kei. Tapi masalahnya bukan myung soo yang notabennya adalah tunangannya melainkan mino sahabatnya. Tidak masalah emang tapi jika mino terus memberikan hal semacam ini rasa di dalam dirinya akan tumbuh menjadi sangat luas dan dalam
"Ada hal yang tidak kau ketahui tentangku jiyeon-ah"
"Em? Apa?"
Mino menarik nafasnya sejenak melingkarkan tangannya di kedua kaki "aku sakit"
DEG!
kei menatap mino dari samping. Ia teringat ucapan myung soo waktu itu yang mengatakan bahwa mino itu sakit. Apa semua yang di ucapkan myung soo benar? Benarkah? Kenapa ia tidak tau selama ini "apa?"
"Jiwaku kadang terganggu"
"Benar" batin kei
"Alasan aku menghilang karna aku kolaps sehabis aku bertemu denganmu. Bukan karna dirimu" ucap mino mengklarifkasi karna takut gadis itu akan menyalahkan dirinya "tapi karna jiso"
"Apa?"
"kau ingat ketika aku tamat smp aku langsung pergi ke america?" Kei mengangguk "disana aku bertemu myung soo"
"Apa?"
"Aku dan kim myung soo bersahabat kami sudah satu sendok makan di america. Aku, boby dan myung soo tinggal bersama sampai kami bertemu satu gadis yang myung soo cintai namanya lisa. Gadis cantik yang begitu tergila-gila pada myung soo. Tiba-tiba gadis itu hamil dan myung soo sulit untuk di temui. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di luar daripada kembali ke apartemen. Lisa sudah menunggu waktu sangat lama hanya untuk memberi tau bahwa ia hamil tapi myung soo tidak kunjung datang sampai akhirnya gadis itu-ahhh" mino meremas kepalanya ia tiba-tiba air matanya jatuh. Ia tidak bisa melanjutkan, tidak bisa. Terlalu sulit dan menyakitkan.
Awalnya ia ingin menceritakan kejadian itu pada kei ia ingin kei tau yang sebenarnya tapi lagi-lagi banyangan lisa membuat dirinya tertarik lagi kedalam
"Mino-ya kau tidak papa? Sudahlah jangan kau ceritakan sekarang. Jangan terlalu memaksakan" kei membawa mino kedalam pelukannya berharap pelukan itu bisa meredamkan sakit dihatinya. Meski kei sangat penasaran kenapa ada nama myung soo di masa lalu mino
Mino memejamkan kedua matanya berusaha mengatur nafasnya kembali. "Akan ku ceritakan semuanya. Tapi tidak sekarang"
"Iya aku akan selalu menunggumu"
Setelah mino sudah kembali seperti semula kei merebahkan tubuhnya kebelakang menjatuhkan dirinya ke pasir putih di ikuti mino di sebelahnya. Mereka berdua menatap langit yang kini di taburi bintang, rembulan yang cerah membuat kei takjub dengan ciptaan tuhan.
"Mau seperti apa dirimu. Aku akan tetap di sampingmu, kau tidak perlu takut aku akan meninggalkanmu mino-ya"
"Kau akan pergi. Kau tunangan myung soo, ji"
Kei terdiam meredam rasa lelah karna terikat dalam tali pertunangan "aku akan selalu jadi sahabatmu, bukankah seorang sahabat akan selalu menemani dalam hal suka dan duka?"
mino langsung membalik tubuhnya menatap kei yang terkunci oleh kedua tangannya. Ia mengamati sekali lagi lekuk wajah gadis itu seakan tidak ingin setiap inchi ia lewatkan "kau yakin menganggapku hanya sebatas sahabat kim jiyeon?"
Nafas kei memburu, jantungnya berdegup kencang ketika jarak wajahnya dan mino semakin dekat. Ia bisa mencium aroma parfum yang mino gunakan yang selalu ia rindukan selama ini. Jangan tanyakan hal itu pada kei karna dirinya juga tidak tau apa nama hubungannya dengan mino sekarang
"Kenapa? Bukankah selalu begitu song mino?"
"Aku tidak yakin"
"Apa yang membuatmu tidak yakin?"
"Banyak hal. Pertama, kenapa kau lebih memilih bekerja di perusahaanku dari pada di perusahaan tunanganmu. Kedua, kenapa kau meninggalkan myung soo dan kembali ke apartemenku. Ketiga-" mino menggantungkan kalimatnya menatap bibir kei. Ia merindukan bibir itu. Lalu kembali menatap mata bulat kei
"Ketiga?" tanya kei
"Kenapa wajahmu selalu berubah ketika aku dekat dengan jiso? Kenapa kau marah ketika tau aku masih tidur dengan wanita, kim jiyeon?"
Kei kalah kali ini. Ia menyerah, pertanyaan mino selalu sulit untuk di jawab dan meskipun ia tau jawabannya kei tidak mungkin mengatakannya dengan jujur. Mino masih menatapnya menunggu jawabannya
"Jawab aku ji, atau perlu ku ulang pertanyaannya?"
Kei menggerakkan tubuhnya berharap mino segera bangkit ia sudah sangat sesak sekarang. Kedua kakinya bahkan di kunci oleh mino "kau ingin dengar jawabannya?" Mino mengangguk "lepaskan aku dulu bodoh aku tidak bisa bernafas"
"Kau tidak bisa bernafas karna jantungmu yang terus berdegup kencang atau karna kau gugup dengan perasaanmu sendiri?"
Tbc..
Vote and coment juseeooo...
jangan lupa baca ceritaku judulnya 'heart dignity and die' sama 'apology' okehh #promosi terus deh haha
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Girl [COMPLETED]
Fanfictionkau itu sahabatku kenapa kita tidak pernah melakukannya. SEBAGIAN CERITA DI PRIVAT HARUS FOLLOW DULU. TERIMAKASIH