PART KEDUA : Kecelakaan ira
***
Rama melemparkan tas slempangnya yang tak berisi buku itu ke kasur. Ia merebahkan tubuhnya di samping tas birunya.
Ia memejamkan mata. Berusaha mengingat kejadian-kejadian tadi yang dialaminya.
Mulai dari ia dikejar-kejar oleh gerombolan SMA tetangga, akan diajak tawuran. Kemudian ia bersembunyi di sebuah kedai yang belum buka. Lalu bertemu gadis lugu yang bernama Ira.
Rama tersenyum mengingatnya. Sedetiknya, ia lantas menggeleng.
Ngapain gue malah senyum-senyum nginget dia sih? Kata hatinya.
Rama bangkit. Mengacak-acak rambutnya dan melepaskan baju putih sekolah, mengganti dengan
baju kaos berwarna hitam. Lalu, ia mengganti celana abunya dengan celana selutut bermotif kotak-kotak.***
"Ram!"
Rama menoleh ke asal suara. Ia melihat dua teman seperjuangannya di salah satu meja café Loryalls. Ia segera menghampiri Fano dan Dika.
"Lo tadi gimana?" Tanya Dika seraya meminum kopi hitamnya.
Rama mengernyit, "gimana apanya?""Yaelah, telmi. Anak-anak SMA tetangga itu lho," Fano menempeleng kepala Rama.
"Oh yang itu. Gue selamat. Udah tau lagi males tawuran, masih aja dipaksa, sampe dikejar-kejar. Tai banget emang." Rama memanggil pelayan, dan memesan satu kopi hitam mirip Dika. Omong-omong, Fano tak menyukai kopi, ia lebih menyukai yang manis-manis. Seperti milkshake, orange ice, dan sejenisnya.
"Ya, untung deh lo. Lo sembunyi di mana emang?" Tanya Dika.
"Di kedai irama."
Fano melotot. "Itu kedai deket sekolah kita 'kan? Bukannya itu belum buka ya?"
Dika mengangguk, menyetujui ucapan Fano.
"Gue masuk-masuk aja kesana. Pas banget ada anak yang punya kedainya," ujar Rama. "Eh, Kalau nanti kedai itu udah buka, kita kesana."
"Apa? Ke kedai kecil itu? Lo lagi gak mimpi 'kan, Ram?" Kali ini, Dika yang melotot.
Rama menggeleng.
"But, gue rasa tumben seorang Rama Aditya mau ke kedai sederhana gitu." Timpal Fano sambil melihat Rama dengan mengintidiminasi.
Dilihat seperti itu, Rama risih. "Gue udah janji sama anak yang punya kedai itu. Gimana pun juga kan dia yang nolongin gue dari anak-anak SMA tetangga." Jelasnya.
"Eh, eh. Bentar... anak nya yang punya kedai irama cowok atau cewek?" Tanya Dika seraya menyeruput kopi hitamnya.
"Cewok."
"Gue serius, tai." Kesalnya.
"Cewek, tai."
Dika berseru, "wow, seru deh kayaknya. Lo demen ya sama cewek itu, aaaaa, Rama...," goda lelaki berjambul itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Irama
Teen FictionRama suka kopi hitam, tetapi kulitnya tidak hitam. Rama dulu suka ke kafe, tetapi semenjak ke Kedai Irama, ia lebih suka ke Kedai itu daripada ke kafe langganannya dulu. Menurut Ira, Rama itu seperti riddle. Sulit ditebak. Menur...