PART KEEMPAT BELAS : terbiasa
***
Sudah hampir seminggu setelah acara pemakaman orang tua Ira. Ira berusaha menyibukkan dirinya. Di Pagi hari, menyiapkan sarapan sendiri lalu berangkat sekolah. Pulang sekolah, jika tidak ada kegiatan lain, seperti tugas kelompok atau ekstrakurikuler, ia langsung ke Kedai Irama membantu Mbak Juni melayani pelanggan yang terus berdatangan.
Hingga sekarang, hari Minggu pun tiba. Akhir pekan saatnya Ira bisa beristirahat sejenak. Ya, walaupun ia harus ke kedainya nanti. Semenjak Ira menyibukkan diri, ia belum membuka ponselnya sama sekali. Lagipula ponselnya tidak berisi kuota. Mulai sekarang, ia harus hidup hemat.
Minggu Pagi ini ia hanya berbaring di kasurnya.
Sendiri.
Biasanya, Ibunya akan membuatkan Ira pisang goreng kalau akhir pekan.
Sedangkan Bapaknya sibuk menyuci motor di garasi rumahnya.
Ah, Ira benar-benar rindu masa-masa itu.
Ira bangkit dari tidurnya, dibukanya jendela kamarnya. Sinar matahari menyeruak ke dalam kamar yang sederhana itu. Ira menyipitkan matanya. Silau.
Ia langsung membereskan kasur. Melipat selimut dan merapikan bantal yang ia gunakan untuk tidur semalam.
Dirinya tidak boleh hanya mengurung diri di rumah. Orang tuanya pasti kecewa di sana jika Ira masih saja bersedih. Maka dari itu, ia sekarang ingin belanja untuk bahan masakannya selama sebulan. Mungkin juga sekaligus membeli bahan-bahan makanan untuk di Kedai Irama. Ingatkan Ira untuk belanja dengan hemat.
***
Ira sudah sampai di supermarket besar. Barang di sini murah-murah. Pas untuk dirinya yang mempunyai uang pas-pasan.
Ira mulai mencari barang-barang yang diinginkan. Hal pertama yang ia lihat di kemasan makanan adalah harga. Mungkin di akhir pekan ini ia tidak jadi menggunakan waktunya untuk beristirahat.
Dilihatnya harga susu kaleng berwarna biru, "ih, kok mahal banget sih," gerutunya.
Ia menaruh lagi susu kaleng itu di tempat semula. Mencari harga susu kaleng yang lebih murah. Lalu ia mengambil susu kaleng yang berwarna putih, berbeda merk dengan yang tadi. Setelah melihat harganya, ia langsung menaruh susu kaleng itu di trolinya.
Setelah lelah memutari supermarket dan merasa kebutuhannya sudah dipenuhi, Ira memutuskan untuk ke kasir.
Sambil melihat-lihat kanan kiri, ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Novel.
Ya Tuhan, itu 'kan novel yang ia ingin beli. Ia pun mendekati rak buku. Tak disangka ternyata supermarket ini menyediakan beberapa buku keluaran terbaru juga.
Ira menyentuh novel itu. Matanya berbinar. Mengingat harganya, ia menggigit bibir. Coba aja harganya sepuluh ribu, aku beli, deh. Batinnya.
Saat ingin menaruh novel itu, tangannya disentuh oleh seseorang.
"Kok ditaruh lagi bukunya?" Ucap seseorang itu.
Ira menoleh. Tubuhnya refleks mundur karena terkejut Rama sudah di sampingnya dengan jarak yang sangat dekat.
"Ih! Aku kaget!" Seru Ira
Rama tertawa. "Haha. Sorry. Ngapain ditaruh lagi bukunya? Lo tertarik 'kan?"
"Mahal." Jawab Ira sambil memegang trolinya.
Rama mengangguk dan bergumam, "ohhh." Tangan Rama bergerak mengambil novel yang Ira inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Irama
Fiksi RemajaRama suka kopi hitam, tetapi kulitnya tidak hitam. Rama dulu suka ke kafe, tetapi semenjak ke Kedai Irama, ia lebih suka ke Kedai itu daripada ke kafe langganannya dulu. Menurut Ira, Rama itu seperti riddle. Sulit ditebak. Menur...